2.1 Defenisi
Menurut
wikipedia, implikasi adalah Keterlibatan atau keadaan terlibat; yang termasuk
atau tersimpul yang disugestikan, tetapi tidak dinyatakan. Dan tugas adalah pekerjaan
yang menjadi tanggungjawab seseorang ; pekerjaan yang dibebankan ; sesuatu yang
wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.
Perjalanan
kehidupan manusia akan melewati beberapa fase (periode masa) pertumbuhan atau
perkembangan yaitu : fase bayi, fase kanak-kanak, fase pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dilakukan
dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat.
Havighuerst (1961) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah
”Tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, yang
jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, akan tetapi kalua gagal menimbulkan rasa
tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berkutnya”.
Menurut
kelompok kami tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan
oleh masing-masing individu, setiap individu pasti mengalami perkembangan, baik
itu cepat maupun lambat. Karena secara tidak langsung tugas-tugas itulah yang
menunjukkan individu tersebut berkembang atau tidak.
Menurut
kelompok kami Implikasi Tugas-tugas Perkembangan anak-anak dalam
penyelenggaraaan pendidikan adalah keterlibatan tugas perkembangan anak dalam
penyelnggaraan pendidikan baik itu dirumah atau di sekolah yang diharapkan
dapat dilakukan oleh anak dengan baik.
Menurut
teori Piaget, pikiran anak bukanlah
suatu kotak yang kosong, tetapi malah sebaliknya anak memiliki sejumlah gagasan
tentang dunia fisi dan alamiah, yang berbeda dari gagasan–gagasan orang dewasa.
Pertama, kita harus memahami apa yang dikatakan anak-anak dan menanggapi dengan
cara berbicara yang sama dengan yang digunakan oleh anak-anak. Kedua, anak
selalu tidak mau belajar dan mau belajar kembali lebih lanjut untuk memperoleh
pengetahuan. Anak belajar ke sekolah dengan gagasan-gagasan mereka sendiri
tentang ruang, waktu, sebab, jumlah, dan angka. Ketiga, anak pada dasarnya
adalah suatu makhluk yang berpengetahuan , yang selalu termotivasi untuk
memperoleh pengetahuan. Cara terbaik untuk memelihara motivasi akan pengetahuan
ini ialah membiarkan anak untuk secara spontan berinteraksi dengan lingkungan.
Pendidikan harus menjamin bahwa pendidikan tidak akan menumpulkan rasa
keingintahuan anak denga menyusun suatu kurikulum yang sangnt kaku yang merusak
irama dan langkah belajar anak itu sendiri.
Perjalanan kehidupan manusia akan melewati beberapa fase (periode masa)
pertumbuhan atau perkembangan yaitu : fase bayi, fase kanak-kanak, fase
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang
harus dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat.
Havighuerst (1961) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah ”Tugas yang muncul pada saat
periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan
rasa bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, akan tetapi kalua gagal menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berkutnya”.
Menurut kelompok kami tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang
harus dilakukan oleh masing-masing individu, setiap individu pasti mengalami
perkembangan, baik itu cepat maupun lambat. Karena secara tidak langsung
tugas-tugas itulah yang menunjukkan individu tersebut berkembang atau tidak.
Contoh :
Antara usia 2 dan 4 tahun, mampu mengekspresikan diri mereka sendiri secara
verbal atau menunggu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka
biasanya bergeser dari menunjukkan agresio dengan tangisan dan melaukannya
dengan kata-kata. Dan di usia inilah mereka sering bermain dengan kata-kata,
ketika dia bertemu dengan ayahnya misal, mereka reflek bilang “ayah”, tetapi
ada juga di saat mereka merasa berada di lingkungan yang kurang nyaman, mereka
akan teringat dengan ibunya dan memanggil-manggil ibunya.
Disisni Individu diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu dalam sepanjang
rentang kehidupannya. Hal ini menjadi penting karena dengan kesadaran akan
mempengaruhi pola hidup dan perilakunya sendiri, kegagalan dan atau hambatan
sebaiknya diatasi sedini mungkin.
2.2 Pendidikan
Masa Awal Anak-anak
2.2.1 Prasekolah
Pergi
ke prasekolah merupakan langkah penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif,
dan sosial anak. Saat ini, dengan jumlah yang belum pernah ada sebelumnya, anak
usia 4 tahun bahkan yang berusia 3 tahun, telah didaftarkan ke pendidikan masa
kanak-kanak awal. Transisi ke taman kanak-kanak, dan awal “sekolah yang
sebenarnya” merupakan langkah penting lainnya.
Prasekolah
yang berpusat pada anak muncul sebagai respons atas kritik terhadap prasekolah
yang berpusat dengan masyarakat yang dituduh mematikan ekspresi diri,
kreativitas dan kualitas yang dibutuhkan dalam masyarakat industri Jepang.
Program yang berpusat pada anak, sebagaiman yang ada di barat, lebih
individualis. Anak dapat denga bebas memilih aktivitas dan berinteraksi secara
individual dengan guru mereka.
Program
berpusat pada peran yang berpusat 30% dari prasekolah privat di Jepang menolak individualisme Barat dan mempertahankan
prinsip tradisional Jepang. Mereka berkonsentrasi mempersiapkan anak untuk
menjalankan perannya di masyarakat. Ketika prasekolah yang berpusat pada
masyarakat meremehkan pembelajaran akademis, prasekolah yang berpusat pada
peran tidak hanya mempelajari yang “dasar” seperti membaca, menulis dan
mtematika, tetapi juga bahasa inggris, seni, senam, bermain pedang,
upacara minum teh, dan seni tari Jepang.
Tipe
prasekolah apa yang terbaik bagi anak? Berbagai studi di AS mendukung
pendekatan perkembangan berpusat pada anak. Salah satu studi lapangan (Marcon,
1999) membandingkan 721 anak Afro-Amerika berusia 4-5 tahun dari keluarga
berpenghasilan rendah yang berasal dari tiga tipe prasekolah di Washington, D. C,: child initiated, academically
derected, dan middle of road (campuran dari dua pendekatan sebelumnya).
Anak-anak yang berasal dari program child
initiated, dimana mereka secara aktif mengarahkan pengalaman belajar
mereka, memiliki hasil yang bagus dalam keterampilan akademis dasar. Mereka
juga memiliki keterampilan yang lebih maju dibandingkan dua kelompok dan
dinilai lebih tinggi dibandingkan middle
of road dalam keterampilan berprilaku dan berkomunikasi. Temuan tersebut
juga menyatakan bahwa pendekatan yang berfokus kepada anak lebih efektif
dibandingkan dengan yang berfokus kepada akademis.
2.2.2 Transisi
ke Taman Kanak-kanak
Yang
pada awalnya merupakan awal tahun transisi antara kebebasan rumah atau
prasekolah dengan struktur “sekolah taman kanak-kanak yang sebenarnya” saat ini
lebih mirip tingkat 1. Anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu untuk
aktifitas yang mereka pilih sendiri dan lebih banyak untuk mengerjakan lembar
tugas dan persiapan untuk membaca. Banyak taman kanak-kanak saat ini
menghabiskan waktu sehari penuh ketimbang taman kanak-kanak tradisional yang
setengah hari. Dan, sering dengan semakin memuncaknya tekanan akademis dan
emosional, banyak orangtua yang menahan anaknya setahun lebih lama sehingga
anak-anak tersebut saat ini mulai masuk taman kanak-kanak pada usia 6 tahun.
Anak-anak
dengan pengalaman prasekolah yang panjang cenderung lebih mudah beradaptasi di
tama kanak-kanak dibandingkan mereka yang hanya sebentar atau tidak pernah sama
sekali merasakan prasekolah, anak-anak yang memulai taman kanak-kanak dengan
teman yang mereka ketahui dan sukai cenderung akan lebih baik (Ladd, 1996).
Dalam
sebuah kelompok penelitian, yang diikuti oleh 399 siswa taman kanak-kanak
sepanjang satu tahun, menemukan sejumlah faktor saling terkait yang memengaruhi
pencapaian kognitif dan penyesuaian sosial. Resiko yang sudah ada dan berkaitan dengan anak dan lingkungan rumah
berinteraksi dan karakteristik alamiah dari lingkungan kelas, seperti perkembangan
hubungan antara anak dengan guru dan teman sebaya dan efek yang muncul terus
menguat dari waktu ke waktu. Anak yang menunjukkan prilaku prososial di awal
menjadi lebih disukai sedangkan anak yang sudah menunjukkan non-soaial diawal
menjadi semakin tidak disukai. Jenis yang terakhir seringkali konflik dengan
guru, kurang berpartisipasi dan mendapatkan prestasi yang lebih rendah.
Anak-anak yang sudah matang secara kognitif memiliki kecenderunga yang lebih
besar untuk berpartisipasi, dan mereka yang berpartisipasi lebih banyak akan
mendapat lebih banyak. Latar belakang keluarga yang mendukung juga mempengaruhi
prestasi (Ladd, Birch, & Buhs 1999). Anak-anak yang ditolak teman sebayanya
biasanya dikarenakan cenderung kurang berpartisipasi dalam kelas dan kurang
berprestasi. Mereka cenderung merasa sendiri dan ingin terus berada di rumah
(Buhs & Ladd, 2001).
2.2.3 Taman
Kanak-kanank yang berpusat pada anak
Program
taman kanak-kanak sangat berfariasi. Beberapa pendekatan lebih menekankan pada
perkembangan sosial anak-anak kecil, pendekatan lain lebih menekankan pada
kognitifnya. Sejumlah pakar dalam bidang pendidikan, masa awal anak-anak
percaya bahwa kurikulum di kebanyakan taman kanak-kanak dan program-program
prasekolah dewasa ini menaruh terlalu
banyak penekanan pada prestasi dan keberhasilan. Hal itu menyebabkan anak-anak
kecil itu mengalami tekanan yang terlalu dini dalam perkembangn mereka (Bredekamp & Shepard, 1989; Burts &
others, In Press; Charlesworth, 1989: Elkind, 1987, 1988; Moyer, Egertson,
& Isenberg, 1987). Menaruh
penekanan untuk pencapaian keberhasilan semacam itu sama sekali tidak sesuai
dengan tujuan semula taman kanak-kanak didirikan. Pada tahun 1849an, keprihatinan
Friedrich Froebel akan kualitas pendidikan bagi anak-anak kecil menuntunnya
kearah pendirian taman kanak-kanak, yang secara harfiah berarti “taman bagi
anak-anak”. Pendirian taman kanak-kanak itu mengerti bahwa, seperti tanaman
yang bertumbuh, anak-anak memerlukan pengasuhan yang baik. Sayangnya, terlalu
banyak taman kanak-kanak dewasa ini telah melupakan pentingnya pengasuhan yang
baik bagi anak-anak kecil bangsa ini.
Di taman kanak-kanak yang berpusat pada anak,
(Cild Centert Kindergarten) pendidikan melibatkan seluruh anak dan mencakup
kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif dan sosial anak, pembelajaran
diorganisasikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat-minat dan gaya belajar
anak. Penekanan adalah pada proses belajar dan bukan pada apa yang dipelajari. Setiap
anak mengikuti suatu pola perkemabngan yang unik, dan anak-anak kecil paling
baik belajart melalui penganlaman tangan pertama (langsung) dengan manusia dan
benda-benda. Bermain sangat penting dalam perkembangan total anak. Mencoba,
menjelajahi, menemukan, menguji coba, merestrukturisasi, berbicara, dan
mendenganr ialah kata-kata yang menggambarkan program-program taman kanak-kanak
yang bagus. Program-program seperti itu terkait erat dengan setatus
perkembangan dengan anak-anak usia 4 dan 5 tahun. Program didasarkan atas suatu
keadaan yang tengah berlangsung, bukan atas suatu keadaan yang akan jadi (
Ballenger, 1983).
Karena program taman kanak-kanak dan prasekolah
sangat beragam, sulit untuk mengambil kesimpulan meyeluruh tentang pengaruhnya
terhadap perkembangan anak-anak. Namun demikian, dalam suatu tinjauan tentang
pengaruh pendidikan masa awal anak-anak (Clarke-Stewart & Vein, 1983), disimpulkan
bahwa anak-anak yang mengikuti prasekolah atau taman kanak-kanak:
·
Berinteraksi lebih banyak dengan rekan-rekan sebayanya, secara
positif dan negatif.
·
Kurang kooperatif dan kurang responsif terhadap orang dewasa
dibanding anak-anak yang diasuh di rumah
·
Lebih berkompeten dan dewasa secara sosial dalam arti mereka lebih
percaya diri, mandiri, mengekspreksikan diri secara verbal, mengetahui dunia
sosial dan keadaan yang tidak menyenangkan, dan menyesuaikan diri dengan lebih
baik ketika mereka masuk sekolah (memperlihatkan ketekunan dalam melaksanakan
tugas, kepemimpinan, dan arah tujuan, misalnya)
·
Kurang berkompeten secara sosial dalam arti kurang sopan kurang
tunduk terhadap tuntutan-tuntutan guru, lebih berisik, lebih agresif dan lebih bossy, utamanya bila sekolah atau
keluarga mendukung prilaku seprti itu.
Singkatnya,
pendidikan masa awal kanak-kanak pada umumnya memiliki pengaruh positif
terhadap perkembangan anak-anak, karena prilaku-prilaku yang baru saja
disebutkan, meski kadang-kadang negatif-tampak berada pada arah kedewasaan
perkembangan. Dalam arti, mereka meningkat sesuai usia mereka melalui
tahun-tahun prasekolah.
2.3 Pendidikan
Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak
2.3.4 Transisi
ke Sekolah Dasar
Bagi
kebanyakan anak-anak, masuk kelasa satu SD menandai suatu perubahan dari
seorang “anak rumah” (homechild)
menjadi seorang “anak sekolah” (scoolchild)
di mana peran-peran dan kewajiban-kewajiban baru dialami. Anak-anak menerima
suatu peran yang baru (menjadi murid), berinteraksi dan mengembangkan hubungan
dengan orang-orang baru yang penting lainnya, mengadopsi kelompok acuan baru,
dan mengembangkan standar-standar baru untuk menilai diri mereka sendiri.
Sekolah memberi anak-anak suatu sumber gagasan-gagasan baru yang kaya untuk
membentuk rasa diri mereka (Stipek, 1992).
Salah
satu tekanan utama pada guru-guru adalah tuntutan untuk “meliput kurikulum”.
Seringkali guru-guru memenuhi tuntutan tersebut dengan cara menjadwalkan secara
ketat waktu-waktu yang berlainan untuk setiap mata pelajaran. Pendidikan ini mengabaikan
fakta bahwa anak-anak seringkali tidak perlu membedakan pelajaran menurut
bidang studi. Misalnya, anak-anak mengalami kemajusan dalam pelajaran membaca
dan menulis melalui pelajaran ilmu-ilmu sosial, mereka mempelajaran
konsep-konsep matematika melalui musik dan pendidikan jasmani (Katz & Chard, 1989); Van Henkel &
Argondizza, 1987).
Suatu
kurikulum dapat dilengkapi dengan cara menyediakan bidang-bidang pelajaran
dimana anak-anak dapat merencanakan dan memilih kegiatan-kegiatan mereka.
Misalnya, ruang kelas dijadikan sebagai pudat penerbitan yang diberi
perlengkapan penuh, lengkap dengan bahan-bahan untuk menulis, menggambar,
mengetik, dan menjilid buku-buku yang dibuat oleh murid; bidang sains dilengkapi
dengan binatang-binatang dan tanaman-tanaman untuk keperluan observasi dan
buku-buku untuk dipelajari; dan bidang yang sama lainnya (Van Deusen-Henkel & Argondizza, 1987). Dalam tipe ruang kelas
ini, anak-anak belajar membaca ketika mereka menemukan informasi tentang sains;
mereka belajar menulis ketika mereka mengerjakan bersama tugas-tugas menarik.
Ruang-ruang kelas semacam ini juga memberi peluang bagi permainan spontan yang
menyadari bahwa anak-anak sekolah dasar terus belajar dalam suatu bidang melalui
permainan yang tidak terstruktur, baik sendiri maupun dengan teman lain.
2.3.2 Memasuki
Tingkat Pertama
Performa
tingkat pertama seseorang anak dapat mempengaruhi keseluruhan karier sekolah.
Sama seperti kurikulum tiap tingkat yang didasarkan apa yang telah diajarkan
ebelumnya, begitu pula catatan yang mengikuti anak dari tahun ke tahun.
“Rangkaian catatan” ini membantu untuk persepsi dan ekspektasi guru
baru-ekspektasi yang dapat mempengaruhi prestasi pada tingkat pertengahan (midle grades) dan bahkan pada sekolah
menengah umum (hight grades) (Entwisle & Alexander, 1998).
Untuk
membuat sebagian besar kemajuan, seorang anak harus dilibatkan dalam apa yang
terjadi di kelas. Semakin baik perasaan anak tingkat pertama akademis mereka, mereka
cenderung semakin “masuk” dan sebaliknya, semakin keras anak bekerja di
sekolah, semakin besar rasa percaya diri terhadap kemampuan akademik yang
mereka bangun (Valeksi & Stipek,
2001). Ketertarikan, perhatian dan partisipasi aktif diasosiasikan dengan
pencapaian nilai ujian, dan bahkan lebih jauh lagi, kepada jejak yang
ditinggalkan guru, biasanya dari kelas satu sampai kelas empat.
Karena
pola prilaku kelas dibentuk di tahun pertama, tahun penting ini menawarkan “window of opportunity” kepada orangtua
dan guru untuk membantu anak membentuk kebiasaan belajar yang baik.
2.3.3 Yang
Mempengaruhi Prestasi Sekolah
·
Keyakinan Kecakapan Diri dan Motivasi akademis
Siswa
dengan kecakapan diri yang tinggi yaitu mereka yang dapat menguasai tugas
sekolah dan mengatur pembelajaran mereka sendiri, hal ini memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk mencoba berprestasi dan cenderung sukses
dibandingkan mereka yang tidak yakin akan kemampuan mereka sendiri.
·
Praktek Pengasuhan
Orang
tua menyediakan tempat untuk belajar dan menyimpan buku, menentukan waktu
makan, tidur dan pekerjaan rumah, Memonitor seberapa banyak acara tv yang
ditonton dan apa yang dilakukan anak setelah sekolah, orangtua menunjukkan
ketertarikan kepada kehidupan anak dengan berbincang-bincang tentang sekolah.
Dengan
demikian, ketika usia si anak semakin bertambah, tanggungjawab memeriksa yang
dilakukan oleh orang tua beralih kepada anak (Cooper, Lindsay, Ney, & Greathous, 1998).
Bagaimana
orangtua memotivasi anak untuk belajar baik?
§ Ekstrinsik
Contohnya
: Memberikan uang atau barang apabila anak mendapatkan nilai atau peringkat
yang bagus. Memberikan hukuman apabila anak peringkat yang buruk
§ Intrinsik
Contonya
: Memuji kemampuan atau kerjakeras mereka.
Motivasi
Intrinsik tampaknya lebih efektif. Dalam studi terdapat 77 anak kelas tiga dan
empat, mereka yang tertarik kepada tugas itu sendiri mengerjakannya dengan baik
dibandingkan mereka yang pada dasarnya mengejar peringkat atau pengakuan orang
tua (Miserandino, 1996).
Status
sosioekonomi dapat memengaruhi kemampuan orang tua untuk menyediakan lingkungan
yang mendukung pembelajaran.
Orangtua
yang memiliki keuangan yang memadai cenderung percaya diri dalam efektivitas
mereka sebagai orangtua, mempersiapkan tujuan positif bagi anak meraka, dan
menggunakan praktek pengasuhan yang memunculkan kompetensi anak. Mereka
membentuk rutinitas konsisten, memiliki hubungan keluarga yang harmonis, dan
terlibat secara aktif di sekolah.
Walaupun
demikian, masih banyak anak muda dari lingkungan yang kurang menguntungkan
memiliki reputasi bagus di sekolah. Salah satunya yang dapat membuat perbedaan
adalah modal sosial (social capital):
sumber daya keluarga dan komunitas yang dapat digunakan oleh anak tersebut.
·
Ekspektasi Guru
Merujuk
prinsip Self Fulfilling Prophecy
(peramalan pencapaian diri), yaitu ekspektasi atau prediksi perilaku yang
cenderungbenar karena ekspektasi tersebut menggiring seseorang untuk bertindak
seakan-akan hal tersebut adalah benar adanya.
Walaupun
demikian, dalam situasi tertentu, misalnya ketika kebaikan hati sang guru
sangat tinggi terhadap mereka yang berprestasi rendah, atau pada saat guru
memiliki ekspektasi yang rendah kepada anak-anak miskin, dalam hal ini ekspektasi harus benar-benar
berfungsi sebagai peramal pencapaian diri, karena keduanya memprediksi dan
mempengaruhi pembelajaran anak.
Apabila
peramalan pencapaian diri sedang berlangsung , entri awal catatan kumilatif
anak akan menjadi sangat penting, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pencapaian siswa ketika si anak berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya.
0 komentar:
Post a Comment