2. PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kognitif
Kognitif
adalah
salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman ( comprehention ), penerapan (
aplication ), analisa (analysis), sintesa ( sinthesis ),
evaluasi ( evaluation ). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional ( akal ). Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik,
yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga
pendidik misalnya. Seorang dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang
kognitif. Artinya dosen tersebut harus memiliki kemampuan intelektual, seperti
penguasaan materi perkuliahan, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
cara menilai mahasiswa dan sebagainya.
Berdasarkan
pakar teoritis, beberapa penulis mendefinisikan kognitif dengan pengertian yang
berbeda-beda, namun pada dasarnya sama, yaitu aktivitas mental dalam mengenal
dan mengetahui tentang dunia. Neisser mendefinisikan kognitif sebagai proses
berpikir dimana informasi dari pancaindera ditransformasi,
direduksi, dielaborasi, diperbaiki, dan digunakan.
Secara
ringkas, Morgan, dkk menyatakan bahwa kognitif sebagai pemrosesan informasi
tentang lingkungan yang dipersepsikan melalui pancaindera. Menurut Santrock,
kognitif mengacu kepada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke
dalam pikiran, disimpan dan ditransformasi, serta dipanggil kembali dan
digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir. Jadi, perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan ( kapasitas )
individu untuk memanipulasi dan mengigat suatu informasi.
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss,
mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka
sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang
koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Sedangkan
Lev Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan
mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan
alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang
dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang
tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan
kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang
kesepian. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif
dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
2.2
Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa
latin adolescere yang berarti ”
tumbuh ” atau “ tumbuh menjadi dewasa “. Bangsa primitive
ataupun orang-orang pada zaman purbakala memandang masa remaja tidak berbeda
dengan periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa
apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Istilah adolescence mempunyai arti yang luas yaitu kematangn mental,
emosional, social, dan fisik. Pandangan ini dikemukakan oleh Piaget (121).
Secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan yang sama. Integrasi dalam masyarakat ( dewasa )
mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual
yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencpai integrasi
dalam mencapai hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri
khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Menurut Papalia dan Olds (2001),
masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Papalia & Olds (2001) juga berpendapat bahwa masa
remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Bagian dari masa
kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan
masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan
kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak.
Transisi
perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan dewasa sudah dicapai. Yang dimaksud
dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan..
Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi
atau berat tubuh; dan kulitati, misalnya perubahan ara berpikir secara kankret
menjadi abstrak.
Menurut
Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian
identitas diri. Selain itu, James Marcia juga menemukan bahwa ada empat status
identitas diri pada remaja yaitu
a)
identity diffusion confussion ( kebingungan identiras )
b)
moratorium ( penundaan )
c)
foreclosure ( penyitaan )
d)
identity achieved ( pengakuan identitas )
Karakteristik
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering
menimbulkan masalah pada diri remaja. Beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu :
1.
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan
2.
Ketidakstabilan emosi
3.
Adanya perasaan kosong kosong akibat perombakan pandangan
dan petunjuk hidup.
4.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua
5.
Pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal
penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua
6.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja
tidak sanggup memenuhi semuanya
7.
Senang bereksperimentasi
8.
Senang bereksplorasi
9.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan
10. Kecenderungan
membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan kelompok
2.3 Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja
adalah suatu masa perubahan. Ada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik
secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama
masa remaja antara lain :
1.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal yang dikenal dengan masa storm & stess. Peningkatan emosional
ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja berada dalam kondisi baru yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja daam kondisi
baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan
tekanan yang ditunjukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak
lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya
waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa
kuliah.
2.
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat
remaja merasa tidak yakin dengan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan
fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti
tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap
konsep diri remaja.
3.
Perubahan
dalam hal yang menarik bagi dirinya dan berhubungan dengan orang lain. Selama
masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa
kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini
juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja
tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi
juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa
4.
Perubahan
nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekat dewasa.
5.
Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Disisi
mereka menginginkan kebebasan terjadi, disisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan.
6.
Tugas
utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confussion, yang
merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya.
Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya
remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren
dan peran yang bernilai di masyarakat. Untuk menyelesaikan krisis ini remaja
harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat,
apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut
seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap,
nilai, serta minat yang dimilikinya.
2.4
Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Kognisi Remaja
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
mempunyai empat aspek, yaitu
1)
Kematangan,
sebagai hasil perkembangan susunan syaraf
2)
Pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya
3) Interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial
4) Ekuilibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Kematangan
Kematangan
sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat
secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan
sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara
kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung
pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber
pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk
mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan
pengalaman tersebut.
Interaksi Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan,
pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif
Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri (ekuilibrasi),
mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman
fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan
kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
Dalam
pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan
menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah
struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada
dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi
skema mereka yaitu :
1.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena
seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
2.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian
lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi
baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Piaget
membagi perkembangan kognitif anak ke dalam
4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan
usia yaitu :
1. Tahap sensorimotor berlangsung sejak lahir
hingga usia 2 tahun
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman
diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat
indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa
suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia
mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang
dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai
mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya.
Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam
struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai mampu untuk
melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara
meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2. Tahap praoperasional berlangsung dari
usia 2 hingga 7 tahun
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk
pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak
berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda
pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan ( conservation ), yaitu kekekalan panjang,
kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini
belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan.
3. Tahap operasional konkret pada usia 7
hingga 11 tahun
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami
operasi logis dengan bantuan benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam
memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak
pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini ( karena itu disebut tahap operasional
konkrit ). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini
masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4. Tahap operasional formal yang
berlangsung pada masa remaja, usia 11 hingga 15 tahun.
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan
benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus
berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi
dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol,
ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan,
memahami konsep promosi.
Pada tahap terakhir tersebut, individu
melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara
abstrak dan lebih logis. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kecerdasan
kognitif manusia pada tahap remaja ini telah sampai ke tahap maksimal. Tahap
kognitif ini menunjukkan para remaja berfikir tentang fikiran itu sendiri,
mempelajari tatabahasa yang kompleks, konsep matematik dan mengendalikan tugas
mental dengan menggunakan konsep serta fikiran yang kompleks. Individu telah dapat mencari jalan untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan rasonal dan lebih sistematik.
Tahap
operasional formal dibagi menjadi dua, yaitu :
ü
Operasional formal tahap awal
Peningkatan
kemampuan remaja untuk berpikir dengan menggunakan hipotesis membuat mereka
mampu berpikir bebas dengan kemungkinan tak terbatas. Pada masa awal ini, cara
berpikir operasional formal mengalahkan realitas, dan terlalu banyak terjadi
asimilasi sehingga dunia dipersepsi secara terlalu subyektif dan idealistis.
ü
Operasional formal akhir mengembalikan keseimbangan
intelektual.
Remaja pada tahap
ini mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan terjadi pemantapan cara
berpikir operasional formal. Keseimbangan intelektual terjadi kembali sejalan
dengan usaha remaja untuk mengakomodasi gejolak kognitif yang dialaminya.
Ciri-ciri pemikiran
operasional formal yaitu :
Abstrak
Remaja akan berpikir lebih abstrak dibandingkan anak-anak. Remaja tak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka dapat membayangkan suatu rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis.
Remaja akan berpikir lebih abstrak dibandingkan anak-anak. Remaja tak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka dapat membayangkan suatu rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis.
Idealistis
Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal ini. Contohnya berfantasi akan masa depan, mengkhayal tentang sesuatu hal yang tidak dimilikinya. Mereka menjadi tidak sabar dengan patokan ideal yang dimilikinya dan bingung patokan ideal manakah yang akan dipegangnya.
Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal ini. Contohnya berfantasi akan masa depan, mengkhayal tentang sesuatu hal yang tidak dimilikinya. Mereka menjadi tidak sabar dengan patokan ideal yang dimilikinya dan bingung patokan ideal manakah yang akan dipegangnya.
Logis
Remaja akan berpikir logis, mulai berpikir layaknya ilmuwan yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah. Piaget menyebutkan hal ini dengan pemikiran deduktif hipotesis. Penalaran deduktif hipotesis (Hypothetical deductive reasoning) adalah konsep operational formal Piaget yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik, mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudia mereka menarik kesimpulan secara sistematis atau menyimpulkan pola mana yang diterapkan dalam memecahkan masalah
Remaja akan berpikir logis, mulai berpikir layaknya ilmuwan yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah. Piaget menyebutkan hal ini dengan pemikiran deduktif hipotesis. Penalaran deduktif hipotesis (Hypothetical deductive reasoning) adalah konsep operational formal Piaget yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik, mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudia mereka menarik kesimpulan secara sistematis atau menyimpulkan pola mana yang diterapkan dalam memecahkan masalah
Gagasan Piaget mengenai pemikiran operasional formal baru-baru ini ditentang. Pada kenyataanya lebih banyak variasi individual pada pemikiran operasional Piaget. Hanya satu remaja dari tiga remaja muda yang merupakan pemikir operasional formal. Jadi tak semua orang menjadi pemikir operasional formal. Karena pengalaman kebudayaan mempengaruhi para individu mencapai suatu tahap pemikiran Piagetian. Pendidikan dalam logika sains dan matematika adalah suatu pengalaman kebudayaan yang penting untuk mengembangkan pemikiran operational formal.
Remaja
yang menjadi pemikir operasional formal, proses asimilasi mendominasi
perkembangan awal pemikiran operasional formal dan dunia dilihat secara
subyektif dan ideal. Belakangan pada masa remaja, ketika keseimbangan intelektual
tercapai, individu ini mengakomodasikan pergolakan kognitif yang terjadi. Pada
tahap ini juga, pemikiran baru dihasilkan yaitu berbentuk abstrak, formal dan
logik. Walaupun pemikiran operasional formal dimulai sejak masa remaja,
pemikiran seperti ini jarang digunakan. ( Burbulus & Linn 1988 ).
Perkembangan kognitif seseorang itu tidak hanya ditentukan dari pertumbuhan dan kematangan sistem saraf pusat maupun perifer saja, namun juga cara ia memproses informasi, meningkatkan daya ingat dan kapasitas memorinya, dan kedekatannya dengan suatu objek pengetahuan. Walaupun demikian, tingkat kematangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan dan usaha untuk memperbaiki cara belajar dan mengorganisasi memori. Hal ini juga tidak terlepas dari potensi-potensi yang dimilikinya, termasuk bakat tentang pengetahuan tertentu. Suatu hal yang harus diperhatikan pada perkembangan kognitif remaja adalah bukan pada cara berfikir dan banyaknya informasi yang dikuasainya, namun lebih kepada cara remaja itu menggunakan informasi yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan
teori dan eksperimen dari piaget tersebut Keating (alam seiffert dan hoffnung,
1994), membedakan gaya pemikiran formal operasional dari gaya pemikiran konkrit
operasional dalam tiga hal penting yaitu :
1. Penekanan
pada kemungkinan vs kenyatan (emphasizing the possible vs the real).
2. Penggunaan
penalaran ilmiah ( using scientific reason ).
3. Kecakapan
dalam mengkombinasikan ide-ide (skillfully combining ideas).
Unsur yang
terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan
pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta
mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya
ataupun intelegensinya.
Piaget
membedakan dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman
fisis: terdiri dari
tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi untuk mengabstraksi
sifat-sifatnya.
2. Pengalaman
matematis-logis: terdiri dari
tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap
objek itu.
Selain itu,
unsur paling penting dalam perkembangan pemikiran adalah mekanisme internal ( ekuilibrium ) sebagai self-regulasi yang
mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari
luar. Piaget juga menyebutkan adanya pengaruh afeksi dalam perkembangan
pemikiran.
Unsur yang
terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman.
Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil
kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun
intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman,
yaitu :
1. Pengalaman
fisis terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi
untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman matematis-logis terdiri dari tindakan terhadap objek
untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap objek itu.
2.5 Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky
Vygotsky menekankan bahwa anak-anak
secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky,
fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat
bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional
sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli. Konsep-konsep
yang di keluarkan oleh Vygotsky yaitu :
ü
Konsep Zona Perkembangan Proksimal
(ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk
rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat
diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang
terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal
merupakan celah antara actual development dan potensial development,
dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang
dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat
keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah
tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan
seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada
interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
ü
Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah
istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang
lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah
alat yang penting dalam ZPD ( Zona Perkembangan Proksimal ). Vygotsky memandang
anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog,
konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis,
logis dan rasional.
ü
Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan
bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu mereka
menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini
menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku
mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang
terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memf
Sumbernya mana
ReplyDeleteMakasih
ReplyDelete