BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Memahami perkembangan aspek peserta didik merupakan
salah satu faktor untuk mencapai hasil yang baik dalam proses pendidikan, tidak
hanya dalam hasil akademik tapi juga dalam hal pembentukan moral.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa
kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam rentang kehidupan saat di mana
individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
Meskipun dasar dari tugas perkembangan yang
diharapkan sudah dikuasai anak sebelum mereka masuk sekolah diletakkan selama
masa bayi, tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun,
yaitu dalam periode awal masa kanak-kanak yang relative singkat.
Afektif
mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh setiap anak, yang juga perlu
mendapatkan perhatian dan pembelajaran. Setiap anak memiliki emosi yang
berbeda, sehingga yang diberikan juga harus berbeda.
Seseorang
individu dalam merespon sesuatu diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan
tetapi pada saat tertentu dorongan emosional banyak campur tangan dan
mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Perbuatan
atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif yang
kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif
tersebut akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut
emosi (Sarlito, 1982:59).
Reaksi
emosional dapat berkembang menjadi kebiasaan, sehingga mempengaruhi
perkembangan nilai, moral dan sikap individu ataupun peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian afektif atau emosi ?
2. Bagaimana ciri-ciri
perkembangan emosi pada masa kanak-kanak ?
3. Apa
pola emosi yang umum pada masa
kanak-kanak ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian afektif atau emosi.
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri
perkembangan emosi pada masa kanak-kanak.
3. Untuk mengetahui apa
pola emosi yang umum pada masa kanak-kanak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Afektif atau Emosi
Afektif menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa
takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau
makna yang menunjukkan perasaan.
Seseorang
individu dalam merespon sesuatu diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan
tetapi pada saat tertentu dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi
pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Perbuatan
atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif yang
kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif
tersebut akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut
emosi (Sarlito, 1982:59). Disamping
perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah
gembira, cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal
yang berbeda, tetapi perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan
tegas, emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara
kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat
suatu warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat
dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam.
Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi, menurut Crow dan Crow (1958)
pengertian emosi itu sebagai berikut : “
an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner
adjustment and mental and physioligicial strirredup states in the individual,
and that shows it self in his overt behavior.”
Jadi, emosi adalah pengalaman
efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.
B.
Ciri-ciri Perkembangan Emosi
Pada Masa Kanak-kanak
Adanya pengaruh faktor
pematangan dan faktor belajar terhadap perkembangan emosi menyebabkan emosi
kanak-kanak seringkali sangat berbeda dari emosi anak yang lebih tua atau orang
dewasa. Orang dewasa yang belum memahami hal ini cenderung menganggap
kanak-kanak sebagai tidak matang. Sangat tidak logis bila orang dewasa menuntut
agar semua anak pada usia tertentu mempunyai pola emosi yang sama. Perbedaan individu
tidak dapat dielakkan, karena adanya perbedaan taraf pematangan dan kesempatan
belajar. Terlepas dari adanya perbedaan individu, ciri khas emosi anak
membuatnya berbeda dari emosi orang dewasa. Ciri khas tersebut antara lain :
1. Emosi
yang kuat
Kanak-kanak bereaksi
dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang
serius. Anak pra remaja bahkan bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap hal-hal
yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.
2. Emosi
seringkali tampak
Anak-anak seringkali
memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan
emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk
menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan
berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih
dapat diterima.
3. Emosi
bersifat sementara
Peralihan yang cepat
pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke
tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari 3 faktor,
yaitu :
a)
Membersihkan
sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang.
b)
Kekurangsempurnaan
pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan
c) intelektual
dan pengalaman yang terbatas.
d)
Rentang
perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan.
e) Dengan
meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi lebih menetap.
4. Emosi
berubah kekuatannya
Dengan meningkatnya
usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat berkurang kekuatannya,
sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat. Variasi ini
sebagian disebabkan oleh perubahan dorongan, sebagian oleh perkembangan
intelektual, dan sebagian lagi oleh perubahan minat dan nilai.
5.
Emosi dapat
diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak mungkin tidak
memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka
memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis,
kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan
mengisap jempol.
C.
Pola Emosi Yang Umum Pada Masa
Kanak-kanak
Emosi yang meninggi pada awal masa
kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan
iri hati yang tidak masuk akal.
Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi emosi, antara lain
kecerdasan. Anak yang cerdas lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan
lebih banyak bertanya daripada anak yang kecerdasannya lebih rendah. Besarnya
keluarga juga sangat mempengaruhi sering dan kuatnya rasa cemburu dan iri hati.
Lingkungan sosial rumah memainkan peranan yang penting dalam menimbulkan sering
dan kuatnya rasa marah anak-anak, misalnya ketika ada tamu di rumah. Jenis
disiplin dan metode latihan anak juga mempengaruhi frekuensi dan intensitas
ledakan amarah anak. Semakin orang tua otoriter, semakin besar kemungkinan anak
bereaksi dengan amarah.
Pada
umumnya, pola emosi yang umum pada awal
masa kanak-kanak yaitu :
1. Perasaan
marah
Perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa
tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya.
Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan
sakit. Begitu pun ketika kemauannya tidak diturutin oleh orangtuanya, terkadang
timbul rasa marah pada si anak. Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang
hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang
ditandai dengan menangis berteriak, menggertak, menendang.
2. Perasaan
takut
Rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi mereka
takut akan suara-suara yang gaduh atau ribut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut
mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pun mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan makhluk-makhluk yang menyeramkan lainnya, melompat-lompat dan
memukul. Pembiasaan peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti
cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, televisi, dan film-film dengan
unsur-unsur menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah
panik kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar dan bersembunyi,
menangis, dan menghindari situasi yang menakutkan.
3. Perasaan gembira
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak
layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan,
membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak
mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan,
melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia. perasaan
gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya
ketika anak diberi hadiah oleh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti
suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang
tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4. Rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih
banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat
sesuatu yang lucu.
5. Cinta atau kasih sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang atau benda
yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah
besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk,
menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya.
6.
Rasa
Cemburu
Rasa cemburu adalah
reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang
yang nyata atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu timbul
dari kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan ditujukan kepada orang lain. Pola
rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa
marah. Ada tiga sumber utama yang menimbulkan rasa cemburu, dan kadar penting
masing-masing sumber bervariasi menurut tingkatan umur, yaitu :
a) Rasa
cemburu pada masa kanak-kanak umumnya ditumbuhkan di rumah, artinya timbul dari
kondisi yang ada di lingkungan rumah. Karena bayi yang baru lahir meminta
banyak waktu dan perhatian ibu, maka anak yang lebih tua menjadi terbiasa
menerima rasa diabaikan, dan kemudian ia merasa sakit hati terhadap adik yang
baru, serta ibunya.
b) Situasi
sosial di sekolah juga merupakan sumber berbagai kecemburuan bagi anak-anak
yang berusia lebih tua. Kecemburuan yang berasal dari rumah sering dibawa ke
sekolah dan mengakibatkan anak-anak memandang setiap orang di sana, yaitu
para guru atau teman sekelas sebagai ancaman bagi keamanan mereka. Rasa cemburu
secara normal hilang apabila anak-anak berhasil melakukan penyesuaian yang baik
di sekolah, tetapi dapat berkobar kembali apabila guru memperbandingkan seorang
anak dengan teman sekelasnya atau kakaknya.
c) Dalam
situasi di mana anak merasa diterlantarkan dalam hal pemilikan benda-benda
seperti yang dimilki temannya, anak itu akan cemburu kepada temannya. Jenis
kecemburuan ini berasal dari rasa iri, yaitu keadaan marah dan kekesalan hati
yang ditujukan kepada orang yang memiliki benda yang diirikan.
7.
Duka
Cita (Sedih)
Dukacita
adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh
hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam bentuk yang lebih ringan keadaan ini
dikenal sebagai kesusahan atau kesedihan. Anak-anak merasa sedih karena
kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi
dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda mati seperti mainan. Secara
khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan
minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8. Iri Hati
Anak-anak
sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Iri
hati ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan
mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain
atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
9. Rasa malu
Rasa malu merupakan
bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang
lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
10. Rasa canggung
Seperti halnya rasa
malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan ada obyek atau
situasi. Rasa canggung berbeda dengan rasa malu daam hal bahwa kecanggungan
tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah
dikenal yang memakaai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan
oleh keraguan-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau diri
seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang
menyangkut kesadaran-diri (selfconscious distress).
11. Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya
dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti
ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan
dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa
khawatir timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan
meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada
anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.
12. Rasa cemas
Rasa cemas ialah
keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang
dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran, ketidakenakan, dan merasa
yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan
perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula
dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Afektif menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa
takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau
makna yang menunjukkan perasaan. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi perbedaan
antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas, emosi dan perasaan
merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan
tetapi tidak jelas batasnya.
2.
Terlepas dari
adanya perbedaan individu, ciri khas emosi anak membuatnya berbeda dari emosi
orang dewasa. Ciri khas tersebut antara lain:
a) Emosi
yang kuat
b) Emosi
seringkali tampak
c) Emosi
bersifat sementara
d) Emosi
berubah kekuatannya
e) Emosi
dapat diketahui melalui gejala perilaku
3.
Emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh
ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk
akal. Pada
umumnya, pola emosi yang umum pada awal
masa kanak-kanak yaitu :
a) Perasaan marah
b) Perasaan takut
c) Perasaan gembira
d) Rasa humor
e) Cinta
atau kasih sayang
f) Rasa
cemburu
g) Duka
cita
h) Iri
hari
i)
Rasa malu
j)
Rasa canggung
k) Rasa
khawatir
l)
Rasa cemas
Daftar pustaka
Hurlock, E.B.1990. Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa Isawidayanti dan Soedjarwo.Jakarta:Eralangga.
Sunarto, H. Hartono B.
Agung.2002. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110
http://oxygendistro.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment