Saturday, July 30, 2016

Filled Under:

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA MASA ANAK-ANAK

2.1.       Pengertian Tugas Perkembangan
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu, dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan.  Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu.         
Robert J. Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan itu merupakan suatu hal yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu yang apabila berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan ke tugas perkembangan selanjutnya, tapi jika gagal akan menyebabkan ketidak bahagiaan pada individu yang bersangkutan dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas berikutnya.
Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan sebagai social expectations yang artinya setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya  menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui oleh berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.
Masa kanak-kanak sering disebut masa estetika, masa indera, dan masa menentang orang tua. Disebut estetika karena pada masa ini merupakan saat terjadinya perasaan keindahan. Disebut masa indera, karena pada masa ini indera berkembang pesat dan merupakan kelanjutan dari perkembangan selanjutnya. Berkat kepesatan perkembangan itulah, dia senang mengadakan eksplorasi. Kemudian disebut dengan masa menentang. Masa itu disebut juga Masa Trotz Alter dengan sikap egosentris karena merasa dirinya berada di pusat lingkungan, yang ditampilkan anak dengan sikap senang menentang atau menolak sesuatu yang datang dari orang di sekitarnya. Perkembangan seperti itu antara lain disebabkan oleh kesadaran anak, bahwa dirinya mempunyai kemauan dan kehendak sendiri, yang dapat berbeda dengan orang lain. Kesadaran itu merupakan awal dari usaha untuk mewujudkan diri (self realization) sebagai satu diri (individu), dengan menunjukkan bahwa dirinya tidak sama dengan orang lain.
 Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain dengan lelakon (sandiwara) atau khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu dalam mengatasi kekurangan-kekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang bermacam-macam itu akan memberikan ketrampilan dan pengalaman-pengalaman terhadap si anak.

2.2.       Tugas-Tugas Perkembangan Masa Anak-Anak
   Menurut Web edukasi kompasiana bahwa tugas-tugas perkembangan masa anak-anak meliputi:
1.    Belajar Berjalan
Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada usia ini tulang kaki, otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.
2.    Belajar Memakan Makanan Padat
Hal ini terjadi pada tahun kedua, sistem alat-alat pencernaan makanan dan alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.
3.    Belajar Berbicara
Yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada orang lain dengan perantaraan suara itu, diperlukan kematangan otot-otot dan syarat dari alat-alat bicara. Ada dua pendapat mengenai cara permulaan anak dalam belajar berbicara, yaitu:
1.      Pendapat pertama, mengemukakan bahwa bayi mulai belajar bicara dengan jalan mengeluarkan macam-macam suara yang tidak berarti (meraban). Kemudian orang disekitarnya mengajarkan kepadanya nama-nama atau kata-kata tentang sesuatu secara teratur dalam situasi tertentu sampai anak belajar mengasosiasikan (menghubung-hubungkan) suara-suara tertentu dengan benda atau situasi (prilaku) tertentu. Misalnya, suara “bapak” yang diucapkan anak secara kebetulan, kemudian oleh orang di sekitarnya diulanginya apabila sang ayah hadir di dekatnya, maka terjadilah asosiasi antara “bapak” dengan orangnya.
2.      Pendapat kedua, justru sebaliknya, menurut teori ini suara bayi tidaklah searah kebetulan tetapi mempunyai arti baginya karena suara-suara itu mengekspresikan (menyatakan) perasaan-perasaannya. Perkembangan selanjutnya dari belajar bahasa ini terjadi dengan jalan meniru (imitasi).
4.    Belajar Buang Air Kecil Dan Buang Air Besar
Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu yang sesuai dengan norma masyarakat. Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat mengatasi (menahan) ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan kebersihan terhadap anak usia di bawah 4 tahun, cukup dengan pembiasaan saja, yaitu setiap kali mau buang air, bawalah anak ke WC tanpa banyak memberikan penerangan kepadanya.
5.    Belajar Mengenal Perbedaan Jenis Kelamin
Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya. Dengan cara tersebut, anak dapat mengenal perbedaan anatomis pria dan wanita, anak menaruh perhatian besar terhadap jenis kelamin (sex) itu berjalan normal, maka orang tua perlu memperlakukan anaknya, baik dalam memberikan alat mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.
6.    Mencapai Kesetabilan Jasmaniah Fisiologis
Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah. Perbedaan variasi makanan yang diberikan dapat merubah kadar garam dan gula dalam darah dan air di dalam tubuh. Untuk mencapai kesetabilan jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses mencapai kesetabilan jasmaniah ini, orang tua perlu memberikan perawatan yang intensif, baik menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.
7.    Membentuk Konsep-Konsep (Pengertian) Sederhana Kenyataan Sosial dan Alam
Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya. Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk generalisasi (kesimpulan) dari berbagai benda yang pada umumnya mempunyai ciri yang sama. Anak belajar bahwa bayangan tertentu dengan suara tertentu yang nyaring memenuhi kebutuhannya disebut “orang”, ”ibu”, “ayah”. Anak belajar bahwa benda-benda khusus dapat dikelompokan dan diberi satu nama, seperti kucing, ayam, kambing, burung dapat disebut binatang. Untuk mencapai kemampuan tersebut (mengenal pengertian-pengertian) diperlukan kematangan sistem syaraf, pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.
8.    Belajar Mengadakan Hubungan Emosional Dengan Orang Tua, Saudara, dan Orang Lain.
Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya menggunakan berbagai cara yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang lain, sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari. Apakah ia bersikap bersahabat, bersikap dingin, introvert, extrovert dan sebagainya. Misalnya, apabila anak memperoleh pergaulan dengan orang tuanya itu menyenangkan, maka cenderung akan bersikap ramah dan ceria.
9.    Belajar Mengadakan Hubungan Baik dan Buruk, Yang Berarti Mengembangkan Kata Hati
Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan  dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). Apabila anak bertambah besar ia harus belajar pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah, sebab sebagai makhluk sosial (bermasyarakat), manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan/kenikmatan sendiri saja, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pengertian baik dan buruk, benar dan salah ini dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Pada mulanya anak belajar apa yang dilarang itu berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan itu berarti baik atau benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukan kata hati anak. Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan, buku-buku bacaan dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang penting dalam mengembangkan kata hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan bimbingannya. Hal ini lebih baik daripada penggunaan hukuman dan ganjaran, meskipun dalam situasi tertentu masih tetap diperlukan.
10. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
11. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
12.  Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
13. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, manulis, dan berhitung.
14.  Mengembangkan sikap terhadap kelompok social.
15.  Mencapai keberhasilan pribadi.
  
2.3  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan Anak
Pada Web Karim71.Blogspot menyebutkan bahwa masa pekembangan, yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak-anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam-jam untuk bermain dengan teman-teman sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan, yang merajuk pada aliran psikologi diantaranya:

1.    Aliran nativisme (pembawaan/hereditas)
Pada aliran nativisme di kemukakan bahwa manusia yang baru dilahirkan telah memiliki bakat dan pembawaan, baik karena berasal dari keturunan orang tuanya maupun karena di takdirkan seperti itu. Artinya bahwa dalam perkembangan seseorang hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan saja sedangkan factor pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh dalam perkembangan tersebut. Misalnya apabila seorang anak yang kedua orang tuanya memiliki potensi kecerdasan di sekolahnya maka anak tersebutpun juga akan mempunyai potensi kecerdasan seperti yang di miliki oleh orang tuanya juga. Sebagai contoh apabila di sekolah sewaktu di beri pelajaran oleh gurunya, anak tersebut akan lebih cepat menangkap pelajaran tersebut. Jadi faktor ini sangat berpengaruh dalam perkembangan anak.

2. Aliran Empirisme (Lingkungan)
Aliran empirisme merupakan aliran yang mengemukakan bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan seseorang sedangkan faktor bakat tidak ada pengaruhnya. Pengalaman dan lingkungan hidup sangat berperan penting dalam perkembangan anak karena semua ini dapat mempengaruhinya. Misalnya seorang anak dari keluarga baik-baik namun dalam bergaul di lingkungan sekolah anak tesebut berteman dengan anak-anak yang nakal maka secara perlahan-perlahan anak tersebut akan ikut menjadi anak yang nakal, apabila tidak ada pengawasan atau pengarahan dari orang tuanya.



3. Aliran Konvergensi (persesuaian)
Aliran kovergensi merupakan aliran yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan factor hereditas (pembawaan) dan limgkungan sama-sama penting. Antara factor hereditas dan lingkungan saling mempengaruhi perkembangan anak. Misalnya Apabila seorang anak mempunyai keturunan potensi kecerdasan yang baik dalam lingkungan sekolah dan apabila kecerdasan ini tidak dilatih dan di dalam lingkungan sekolahnya anak tersebut bergaul dengan teman-teman yang pemalas maka lama-kelamaan anak tersebut akan menjadi malas belajar sehingga kecerdasannya pun juga akan menurun. Jadi factor lingkungan juga berperan penting dalam perkembangan anak. Faktor pembawaan dan lingkungan menjadi sumber timbulnya setiap perkembangan tingkah laku dan kedua factor ini tidak berfungsi secara terpisah melainkan saling berhubungan.

4.    Aliran Konstruktivisme
Pada aliran ini merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan yang di peroleh merupakan bentukan atau konstruksi dari diri sendiri. Artinya bahwa pengetahuan tersebut bukan dari hasil seseorang meniru dari realitas dan bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Adapun implikasi pembelajaran teori implikasi sebagai berikut :
1)      Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2)      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3)      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

5. Aliran Behaviorisme
Pada aliran ini menekankan bahwa tingkah laku seseorang terbentuk karena hasil dari pengalaman. Pengalaman ini merupakan sebagai hasil dari belajar karena seseorang dianggap telah belajar apabila seseorang tersebut telah menunjukan perubahan perilakunya. Misalnya implikasi dalam pembelajaran yaitu, apabila guru memberikan pelajaran kepada siswanya maka siswa tersebut akan memberikan respon yang berupa reaksi atau tanggapan siswa terhahap pelajaran yang di berikan oleh guru tersebut. Artinya bahwa anak dalam bertindak berdasarkan pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh.

6. Aliran Humanistik
Pada aliran ini menekankan pada pentinngnya kesadaran aktualisasi pada diri dan hal-hal yang bersifat positif pada seseorang.Aliran ini selalu mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaan terhadap potensi-potensi yang ada. Misalnya dalam sekolah apabila ada suatu anak yang pintar, rajin dan baik maka anak tersebut akan memperoleh penghargaan dari gurunya akibat dari tingkah lakunya.

7. Aliran Kognitif
Pada teori kognitif menekankan proses belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Teori ini menyebutkan bahwa seseorang yang mempunyai suatu pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya dan pengalaman dan pengetahuan itersebut tertata dalam bentuk struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara bersama-sama dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Adapun implikasi pembelajaran dalam aliran kognitif sebagai berikut :
1.    Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
2.    Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
3.    Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Dalam pembelajaran guru harus memehami karakter siswa dan mengerti bahwa anak-anak bukan sebagai orang dewasa yang cepat dalam proses berfikirnya dan guru tersebut harus menciptakan pembelajaran yang bermakna dan membedakan perbedaan individual dalam mencapai keberhasilan siswa.






0 komentar:

Post a Comment