Thursday, December 5, 2013

Filled Under:

kurva IS-LM terhadap kebijakan moneter dan fiskal

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Analisis Kurva IS-LM terhadap Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah proses mengatur persediaan uang sebuah negara untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menahan inflasi, mencapai pekerja penuh atau lebih sejahtera. Kebijakan moneter dapat melibatkan mengeset standar bunga pinjaman, “margin requirement”, kapitalisasi untuk bank atau bahkan bertindak sebagai peminjam usaha terak                     hir atau melalui persetujuan melalui negosiasi dengan pemerintah lain.
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen
sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Kebijakan Ekspansi Yaitu kebijakan ekonomi makro yang mempunyai tujuan untuk memperbesar kegiatan ekonomi dalam perekonomian.
Kebijakan Kontraksi Yaitu kebijakan ekonomi makro yang tujuannya untuk menurunkan kegiatan ekonomi dalam perekonomian.
            Kebijakan ekspansi umumnya diambil pada masa-masa perekonomian menghadapi banyak pengangguran dan kapasitas produksi nasional yang belum maksimal. Sedangkan, kebijakan kontraksi umumnya pada keadaan overemployment atau permintaan agregatif lebih tinggi dibandingkan kapasitas produksi nasional yang ditandai dengan inflasi yang tinggi atau mengalami deficit perekonomian yang terus-menerus. Kebijakan ekspansi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan nasional dan menurunkan tingkat pengangguran. Sedangkan, kebijakan kontraksi diharapkan dapat menurunkan tingkat inflasi dan memperkecil defisit neraca pembayaran luar negeri.
Instrumen Kebijakan Moneter Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1.      Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2.      Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
3.      Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4.      Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.



Kurva LM
 


R                                                            R

         R2                                           E2                            R2                                     E2
L2
 
R1                                         E                         R1          E1
L1
 



                        M/P                                                Y1             Y2                    Y


1.      Penawaran uang merupakan garis tegak lurus (M/P1).
2.      Pada penghasilan tertentu ada permintaan uang, kurva permintaan uangnya adalah L1 = kY – h.R.
3.      Perpotongan kurva permintaan uang (M/P1) dan penawaran uang (L1) terletak pada titik E1 dan menentukan tingkat bunga R
4.      Apabila pendapatan bertambah maka kurva permintaan terhadap uang menjadi L2 dan memotong kurva penawaran uang pada E2 sehingga jadi R2
5.      Titik Y1 penghasilan yang bersifat Given kedua tingkat bunga R yang terbentuk pada diagram sebelah kiri permintaan dan penawaran, kemudian karena penghasilan naik yaitu menjadi Y2, maka permintaan terhadap uang menjadi L2 yang menghasilkan tingkat bunga R2 maka terbentuk kurva LM.

Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan melalui perubahan pada variabel tingkat suku bunga dan pendapatan yang terkait dengan kebijakan moneter. Pergeseran kurva LM dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
2.2       Analisis Kurva IS-LM terhadap Kebijakan Moneter
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih mekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.


Jenis Kebijakan Fiskal
Dari sudut ekonomi makro maka kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua yaitu Kebijakan Fiskal Ekspansif dan Kebijakan Fiskal Kontraktif. Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan output Actual (Y1).
Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik maka dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (ΔG) naik atau selisih pajak (ΔT) turun maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).
Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1).
Analisis kebijakan fiscal melalui kurva is



                                                                                                                    
AD/AS                                                                                
 


                                                    
                                               
45°
                               



                R



                                                          
                                                                          
                                                                                                    IS
                                                                        Y

1.      Pada tingkat bunga pada R1 maka kurva permintaan agregat adalah pada kurva a + bY + e –f.R1, maka pendapatan nasional equilibrium pada Y1.
2.       Titik E1 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a + bY + e – f.R1 dan garis 45o.
3.      Titik E1 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik dari titik E1 pada diagram pertama dengan garis R1 pada diagram kedua.
4.      Bila tingkat bunga pada R2, maka kurva permintaan agregat adalah pada kurva a + bY + e – f.R2, pendapatan nasional equilibrium pada Y2.
5.      Titik E2 pada diagram pertama terbentuk dari perpotongan antara kurva a + bY + e – f.R2 dan garis 45o.
6.      Titik E2 pada diagram kedua merupakan perpotongan garis yang ditarik dari titik E2 pada diagram pertama dengan garis R2 pada diagram kedua.
7.      Dengan menghubungkan titik E1 dan E2 pada diagram kedua, didapatkan kurva IS.
Pergeseran dan pergerakan dalam kurva IS, secara umum dapat dilakukan melalui perubahan–perubahan pada variabel pengeluaran pemerintah (G) dan pajak (T) yang terkait dengan kebijakan fiskal.
Dengan menggunakan perpotongan Keynesian untuk melihat bagaimana perubahan-perubahan lain dalam kebijakan fiskal menggeser kurva IS. Karena kenaikan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak akan memperbesar pendapatan dan menggeser kurva IS kekiri atau kekanan.


Secara grafik maka pergeseran tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
AE                                                                                      
                AE1
                                                    
                AE0                        

                                    450   
                                                Y0                          Y1                              Y
                R

                                                                                                               IS1
                                                                                                     IS0
                                                                                                    IS
                                        Y0                Y1                     Y

Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah (G) menggeser kurva IS dari IS0 ke IS1. Kenaikan pengeluaran pemerintah meningkatkan pengeluaran yang direncanakan. Pada tingkat bunga tertentu, pergeseran dalam pengeluaran yang direncanakan sebesar ΔG menyebabkan kenaikan dalam pendapatan nasional Y sebesar ΔG / (1 – MPC) sehingga kurva IS bergeser ke IS1.

4 komentar:

  1. itu kuryanya ndak muncul min tolong diperbaiki

    ReplyDelete
  2. Min, bisa gak saya minta filenya kurvanya kok gak ada, mohon ya min, bukan untuk di plagiatkan kok , cuma untuk jadi bahan pelajaran agar lebih paham

    ReplyDelete