BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1 Motivasi
2.1.1
Pengertian Motivasi
Sebelum sampai pada motivasi, maka
penulis terlebih dahulu akan menjelaskan kata “motiv” terlebih dahulu, karena
kata “motiv” muncul terlebih dahulu sebelum kata “motivasi’. Kedua hal
tersebut merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Motiv dapat diartikan sebagai suatu kondisi internal ( kesiapan, dan
kesiagaan ). Yang berawal dari kata “motiv” itu, maka motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak yang telah aktif pada saat-saat tertentu
terutama apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan
mendesak. Motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada
sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi secara
etimologi adalah dorongan atau daya penggerak yang ada daya
penggerak yang berada dalam diri seseorang untuk melakukan
suatu tindakan untuk mencapai sebuah tujuan. Di bawah ini merupakan beberapa pengertian dari motivasi
dari para ahli sebagai berikut :
1. Motivasi adalah
pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar
mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai kepuasan. ( Malayu
S.P. Hasibuan 2002:143 )
2.
Motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar
mampu mencapai tujuan dari motifnya. ( Anwar
Prabu Mangkunegara 2000 : 93 )
3.
Motivasi adalah faktor-faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang. ( Marihot Tua Efendi Hariandja 2002 : 321 )
4.
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan. ( T.
Hani Handoko 2003 : 252 )
5.
Motivasi adalah
suatu kekuatan penggerak dalam prilaku individu dalam prilaku
individu baik yang akam menentukan arah maupun daya ahan (perintence)
tiap perilaku manusia yang didalamnya terkandung pula ungsur-ungsur
emosional insan yang berasangkutan. ( Sujono Trimo )
Sedangkan secara terminonologi
banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi
diantaranya :
1. Menurut Sartain
Motivasi
adalah suatu pertanyaan yang komplek dimana dalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan ( goal ) atau perangsang.
2. Menurut Chifford T. Morgan
Motivasi
berkaitan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari pada
motivasi. Ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku
(Motiving states), yaitu tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut
(Motiving Behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (Goal or Endsof Such
Behavior).
3. Menurut Fredrick J. Mc Donal
Motivasi
adalah perubahan energi pada diri dari seseorang yang ditandai dengan perasaan dan
juga reaksi untuk mencapai sebuah tujuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dalam mengarahkan individu yang
merangsang tingkah laku individu serta organisasi untuk melakukan tindakan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2.1.2 Tujuan
Motivasi
Tujuan motivasi adalah sebagai
berikut :
1.
Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan
produktivitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan
kestabilan karyawan perusahaan.
4.
Meningkatkan kedisiplinan karyawan.
5. Mengefektifkan
pengadaan karyawan.
6. Menciptakan suasana
dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan
loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan
kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa
tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10.Meningkatkan efisiensi penggunaan
alat-alat dan bahan baku
(
Malayu S.P. Hasibuan 2002:146 )
2.1.3
Jenis-Jenis Motivasi
Jenis-jenis
motivasi adalah sebagai berikut :
1.
Motivasi
Positif (Insentif Positif)
Motivasi Positif
adalah Manajer memotivasi (merangsang) bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi di atas prestasi standar.
2.
Motivasi
Negatif (Insentif Negatif)
Motivasi Negatif
adalah Manajer memotivasi bawahan dengan standar mereka akan mendapatkan
hukuman. Dengan motivasi negatif ini semangat bekerja bawahan dalam waktu
pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka panjang
dapat berakibat kurang baik. ( Malayu
S.P Hasibuan 2002 : 150)
2.1.4 Metode Motivasi
Ada dua metode motivasi adalah
sebagai berikut :
a. Motivasi
Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung
adalah motivasi ( materiil dan Non Materiil ) yang diberikan secara langsung
kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya,
jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus
dan bintang jasa.
b.
Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi Tidak langsung
adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang
mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas sehingga para
karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya. Misalnya ruangan kerja
yang nyaman, suasana pekerjaan yang serasi dan sejenisnya.
( Malayu
S.P. Hasibuan 2002 : 149 )
2.1.5.
Proses Motivasi
Proses motivasi adalah sebagai berikut
:
1.
Tujuan
Dalam proses motivasi perlu
ditetapkan terlebih dahulu tujuan organisasi. Baru kemudian para karyawan
dimotivasi kearah tujuan.
2.
Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses
motivasi adalah mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari
sudut kepntingan pimpinan atau perusahaan saja.
3.
Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus
dilakukan komunikasi yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa
yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya
insentif tersebut diperolehnya.
4.
Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk
menyatukan tujuan organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan organisasi
adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba serta perluasan
perusahaan. Sedangkan tujuan individu karyawan ialah pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan. Jadi, tujuan organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk
itu penting adanya penyesuaian motivasi.
5.
Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan
bantuan fasilitas kepada organisasi dan individu karyawan yang akan mendukung
kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Seperti memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
6.
Team Work
Manajer harus membentuk Team work
yang terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team Work
penting karena dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian
( Malayu S.P. Hasibuan 2002 : 151)
2.2
Model-model
motivasi
2.2.3
Motivasi Tradisional
Model Motivasi tradisional
dikaitkan dengan Frederick Taylor dan aliran manajemen ilmiah. Aliran ini
berpendapat bahwa salah satu aspek penting pekerjaan manajer adalah memastikan
bahwa para pekerja melakukan tugasnya yang membosankan dan berulang-ulang
dengan cara yang paling efisien. Manajer menentukan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan dan menggunakan suatu sistem perangsang upah untuk memotivasi para
karyawan sehingga makin banyak yang mereka hasilkan, makin besar upah yang mereka
peroleh. Pandangan tradisional menganggap bahwa karyawan pada dasarnya malas
dan manajer memahami pekerjaan karyawan lebih baik daripada karyawan itu
sendiri. Karyawan hanya dapat dimotivasi dengan imbalan uang dan di luar
pekerjaannya, sedikit sekali yang dapat disumbangkan karyawan untuk
organisasinya.
Dalam banyak situasi, pendekatan
ini cukup efektif. Sejalan dengan meningkatnya efisiensi, lebih sedikit
karyawan yang dibutuhkan untuk menangani suatu tugas tertentu. Sejalan dengan
perkembangan waktu, manajer mengurangi besarnya rangsangan upah intensif.
Pemutusan hubungan kerja menjadi lazim, dan karyawan lebih mencari keamanan
kerja daripada hanya
peningkatan upah yang kecil dan sementara. Dengan kata lain, model ini juga mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dengan system pengupahan intensif untuk memacu para pekerjaan agar memberikan produktivitas yang tinggi sehingga lebih banyak menerima penghasilan.
peningkatan upah yang kecil dan sementara. Dengan kata lain, model ini juga mengisyaratkan bagaimana manajer menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan dengan system pengupahan intensif untuk memacu para pekerjaan agar memberikan produktivitas yang tinggi sehingga lebih banyak menerima penghasilan.
2.2.4
Motivasi Hubungan Manusiawi
Banyaknya praktek manajemen
merasakan bahwa motivasi tradisional tidak memadai. Akhirnya, Elton Mayo dan para peneliti hubungan
manusiawi lainnya menemukan bahwa kontak-kontak sosial karyawan pada
pekerjaannya adalah penting, kebosanan dan tugas yang rutin merupakan pengurang
dari motivasi. Untuk itu para karyawan perlu dimotivasi melalui pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan sosial dan membuat mereka berguna dan penting dalam
organisasi. Sebagai hasilnya, para karyawan diberi kebebasan membuat keputusan
sendiri dan kreatifitas dalam pekerjaannya, untuk para pekerja informal perlu
mendapat perhatian yang lebih besar. Lebih banyak informasi disediakan untuk
karyawan tentang perhatian manajer dan operasi organisasi. Jadi motivasi
karyawan adalah untuk mendapatkan materiil dan non materiil.
2.2.5
Motivasi Sumber Daya Manusia
Model Sumber Daya Manusia yaitu
karyawan mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam, bukan hanya motivasi
karena uang ataupn keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk
berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Tugas manajer dalam model ini,
bukanlah menyuap para karyawan dengan upah atau uang saja tetapi juga untuk
mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan organisasi dan
anggotanya, dimana setiap karyawan menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan
kemampuannya masing-masing.
McGregor
Maslow. Argyris dan Lkert mengkritik model hubungan manusaiwi bahwa seorang
bawahan tidak hanya dimotivasi dengan memberikan uang atau keinginan untuk
mencapai kepuasan, tapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan memperoleh
pekerjaan yang berarti dalam arti lebih menyukai pemenuhan kepuasan dari suatu
prestasi kerja yang baik, serta mereka tidak secar otomatis melihat pekerjaan
sebagai sesuatu yang tidak dapat menyenangkan. Jadi, para karyawan dapat diberi
tanggung jawab yang lebih besar untuk pembuatan keputusan dan pelaksanaan tugas-tugas.
Para
manajer dapat menggunakan model motivasi hubungan manusiawi dan sumber daya
manusia secara bersamaan. Dengan bawahannya, manajer cenderung menerapkan model
hubungan manusiawi. Mereka mencoba untuk mengurangi penolakan bawahannya dengan
perbaikan moral dan kepuasan. Bagi dirinya sendiri, manajer akan lebih menyukai
model sumber daya manusia karena mereka merasa kmampuannya tidak digunakan
secara penuh. Oleh karena itu, mereka mencari tanggung jawab yang lebih besar
dari atasan-atasan mereka
2.3
Teori-teori
Motivasi
2.3.3
Teori-teori petunjuk ( Prescriptive Theories )
Mengemukakan bagaimana memotivasi
para karyawan. Teori – teori ini didasarkan atas pengalaman coba – coba. Faktor
– faktor yang dapat dipakai untuk memotivasi telah banyak dibahas di bagian –
bagian sebelumnya, sehingga teori-teori ini tidak diliput dalam pembicaraan
berikutnya
2.3.4
Teori Isi ( Content Theories )
Teori isi
dari motivasi memusatkan perhatiannya pada pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku terjadi dan
berhenti ? Jawabannya terpusat pada 1) Kebutuhan-kebutuhan, motif-motif atau
dorongan-dorongan yang mendorong, menekan, memacu, dan menguatkan karyawan
untuk melakukan kegiatan
2) Hubungan-hubungan para karyawan
dengan faktor-faktor eksternal (insentif) yang menyarankan, menyebabkan,
mendorong, dan mempengaruhi mereka untuk melaksanakan kegiatan. Teori isi
menekankan pentingnya pengertian akan faktor-faktor internal individu tersebut,
kebutuhan atau motif, yang menyebabkan mereka memilih kegiatan, cara dan
perilaku tertentu untuk memuaskan kebutuhan yang dirasakan. Pendekatan isi
banyak dihubungkan dengan nama-nama seperti Maslow, McGregor, Herzberg,
Atkinson dan McClelland. Nama-nama ini merupakan para penulis yang mempunyai
pengaruh sangat kuat dalam bidang manajemen dan pada pemikiran dan kegiatan
para manajer praktisi. Berikut macam-macam
teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh tersebut :
Ø
Teori
Hierarki Kebutuhan Menurut Abraham H. Maslow
Maslow ( 1954 ) mengemukakan bahwa
kebutuhan individu dapat disusun dalam suatu hierarki. Hierarki kebutuhan yang
paling tinggi adalah adalah kabutuhan fisiologis karena kabutuhan ini merupakan
kabutuhan yang paling kuat sampai kebutuhan tersebut terpuaskan. Sedangkan
kabutuhan yang paling rendah adalah kebutuhan aktualisasi diri. Maslow
mendasarkan konsep hirarki kebutuhan pada dua prinsip. Pertama, kebutuhan-kebutuhan
manusia dapat disusun dalam suatu hirarki dari kebutuhan terendah sampai yang
tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan yang telah terpuaskan berhenti menjadi
motivator utama dari perilaku.
Teori
motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada
pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu :
(1)
Kebutuhan
fisiologikal (physiological needs)
Kepuasan
kebutuhan fisiologi biasanya dikaitkan dengan uang. Hal ini berarti bahwa orang
tidak tertarik pada uang semata, tetap sebagai alat yang dapat dipakai untuk
memuaskan kebutuhan yang lainnya. Termasuk kebutuhan fisiologi adalah makan,
minum, pakaian, tempat tinggal dan kesehatan ( Bedjo Siswanto 2005 : 128 )
(2)
Kebutuhan
rasa aman ( safety needs )
Kebutuhan
keselamatan atau keamanan dapat timbul secara sadar atau tidak sadar. Orientasi
ketidaksadaran yang kuat kepada keamanan sering dikembangkan sejak masa
kanak-kanak. Termasuk kebutuhan ini adalah kebebasan dari intimidasi baik
kejadian atau lingkungan. Tidak dalam
arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual. (Bedjo Siswanto 2005 : 128 )
(3)
Kebutuhan akan
kasih sayang ( love needs )
(4) Kebutuhan akan harga diri ( esteem
needs )
Motif
utama yang berhubungan dengan kebutuhan penghargaan dan rekognisi antara lain :
a.
Prestise
Prestise dilukiskan sebagai kumpulan definisi yang tidak
tertulis dari berbagai perbuatan yang diharapkan individu tampil dimuka orang
lain, yaitu sampai berapa tinggi ia dihargai atau tidak dihargai secara formal
atau tidak formal dengan tulus hati yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status.
b.
Kekuasaan
( Power )
Kekuasaan adalah kamampuan untuk mempengaruhi perilaku orang
lain agar sesuai dengan maksudnya. Kekuasaan ini dapat timbul karena posisi
maupun karena kakuasaan yang mempribadi. Seseorang yang dapat mempengaruhi
orang lain karena posisinya dalam organisasi uhnya dari kekuatan kepribadian
dinamakan kekuasaan posisi. Sedangkan orang yang mengandalkan pengaruhnya dari
kekuatan pribadi, perilakunya tersebut dinamakan kekuasaan mempribadi.
(5) Aktualisasi diri ( self
actualization )
Tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata dan keterampilan.
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia
itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang
unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Ø
Teori Motivasi Higienis Herzberg ( Teori Motivasi
Pemeliharaan)
Teori
yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu
faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”. Menurut teori ini
yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi
yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan
yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang
sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut
Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah
pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau
pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan
seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan
sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan
organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem
imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori
Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebihberpengaruh
kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang
bersifat ekstrinsik.
Ø
Teori
Motivasi Menurut David
McCleland ( Teori Prestasi )
Dari
McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Acievement ( N.Ach ) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai
dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip
oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan : “
Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi,
atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan
hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang
berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa
puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.
Menurut McClelland karakteristik
orang yang berprestasi tinggi ( high achievers ) memiliki tiga ciri umum yaitu
:
(1)
Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat
(2) Menyukai situasi-situasi di mana
kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena
faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya
(3) Menginginkan umpan balik tentang
keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi
rendah.
Prestasi berkaitan erat dengan penyebab motivasi itu
sendiri. Sebagai contoh, sebenarnya pengusaha yang mencari laba termotivasi
untuk giat bekerja untuk meningkatkan prestasi, sedangkan laba itu sendiri
hanyalah tolok ukurnya ( mirip nilai bagi anak sekolah ). Menurut
model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal
adalah :
a.
Persepsi seseorang
mengenai diri sendiri
b.
Harga diri
c.
Harapan
pribadi
d.
Kebutuhaan
e.
Keinginan
f.
Kepuasan
kerja
g. Prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal
mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
a. Jenis dan sifat pekerjaan
b.
Kelompok
kerja dimana seseorang bergabung
c.
Organisasi
tempat bekerja
d.
Situasi
lingkungan pada umumnya
e.
Sistem
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
2.3.5
Teori Proses
Berkenaan dengan bagaimana pelaku memulai dan
melaksanakan motivasi. Teori yang berkaitan dengan ini di antaranya :
(a)
Teori
Pengharapan ( expentancy theory )
Banyak teori proses modern yang penting
didasarkan pada apa yang disebut teori pengharapan. Konsep ini berhubungan
dengan motivasi, dimana individu diperkirakan akan menjadi pelaksana dengan
prestasi tinggi bila mereka melihat : 1) suatu kemungkinan tinggi bahwa
usaha-usaha mereka akan mengarah ke prestasi tinggi, 2) suatu kemungkinan
tinggi bahwa prestasi tinggi akan mengarah ke hasil-hasil yang menguntungkan,
dan 3) bahwa hyasil-hasil tersebut akan menjadi, pada keadaan keseimbangan
penarik efektif bagi mereka.
Teori pengharapan menyatakan bahwa
perilaku kerja karyawan dapat dijelaskan dengan kenyataan : para karyawan
menentukan terlebih dahulu apa perilaku mereka yang dapat dijalankan dan nilai
yang diperkirakan sebagai hasil alternatif dari perilakunya.
Menurut Victor Vroom, dikenal
sebagai teori nilai pengharapan Vroom, orang dimotivasi untuk bekerja bila
mereka (1) mengharapkan usaha-usaha yang ditingkatkan akan mengarahkan ke balas
jasa tertentu, dan (2) menilai balas jasa sebagai hasil dari usaha-usaha
mereka. Jadi dari sudut pandangan manajer menghasilkan rumusan :
Motivasi = (pengharapan bahwa peningkatan usaha akan mengarah ke peningkatan balas
jasa) x (penilaian individu terhadap balas jasa sebagai hasil dari
usaha-usahanya)
|
Teori ini mengandung berbagai
kesulitan dalam penerapannya. Tetapi penemuan sejenis lainnya menunjukan
konsistensi dalam hal adanya pengaruh hubungan sebab akibat antara pengupahan
atau kenaikan pangkat.
(b)
Teori
Pembentukan Perilaku ( operant conditioning )
B.F Skinner mengemukakan pendekatan lain terhadap motivasi
yang mempengaruhi dan merubah perilaku kerja yaitu teori pembentukan perilaku
atau sering disebut dengan istilah-istilah lain seperti behavior modification, positive reinforecement, dan Skinnerian conditioning. Pendekatan ini
didasarkan terutama atas hukum pengaruh (law of effect), yang menyatakan
bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi pemuasan cenderung diulang,
sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang.
Dengan demikian perilaku individu di waktu mendatang dapat diperkirakan atau
dipelajari dari pengalaman di waktu yang lalu.
Proses
pembentukan perilaku ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Rangsangan à Tanggapan à Konsekuensi à Tanggapan di
waktu yang akan datang
(stimulus)
|
Jadi perilaku
individu terhadap suatu situasi atau kejadian adalah penyebab konsekuensi
tertentu. Bila konsekuensi itu positif, individu akan memberikan tanggapan sama
terhadap situasi yang sama, tetapi bila konsekuensi tidak menyenangkan individu
akan cenderung merubah perilakunya untuk menghindarkan dari konsekuensi
tersebut.
Ada empat teknik yang dapat dipergunakan manajer
untuk mengubah prilaku bawahan : (1) penguatan positif, bisa penguat primer
seperti minuman atau makanan yang memuaskan kebutuhan biologis, ataupun penguat
sekunder seperti penghargaan berwujud hadiah, promosi dan uang ; (2) penguatan
negatif, dimana individu akan mempelajari perilaku yang membawa konsekuensi
tidak menyenangkan dan kemudian
menghindari perilaku tersebut dimasa mendatang (avoidance learning) ;
(3) pemadaman, dilakukan dengan peniadaan penguatan ; dan (4) hukuman, melalui
mana manajer mencoba untuk mengubah perilaku bawahan yang tidak tepat dengan
pemberian konsekuensi negatif.
W. Clay Hammer, telah
mengidentifikasika 6 pedoman penggunaan teknik-teknik pembentukan perilaku atau
disebut teori belajar (learning theory), yaitu :
1. Jangan memberikan penghargaan yang sama
kepada semua orang
2.
Perhatikan bahwa kegagalan untuk memberi tanggapan dapat juga mengubah perilaku
3. Beritahu karyawan tentang apa yang harus
dilakukan untuk mendapatkan penghargaan
4. Bertahu karyawan tentang apa yang dilakukan
secara salah
5. Jangan memberi hukuman di depan karyawan
lain
6. Bertindak adil
(c)
Teori
Porter-Lawler
Model Porter – Lawler adalah
teori pengharapan dari motivasi dengan versi orientasi masa mendatang dan juga
menekankan antisipasi tanggapan atau hasil. Para manajer tergantung pada
pengharapan di masa yang akan datang, dan bukan pengalaman biasa yang lalu.Atas
dasar probabilitas usaha pengharapan yang dirasakan usaha dijalankan, prestasi
dicapai, penghargaan diterima, kepuasan terjadi, dan ini mengarahkan ke usaha
di masa yang akan datang.
Secara teoritik model pengharapan
ini berjalan sebagai berikut : 1) nilai penghargaan yang diharapkan karyawan
dikombinasikan dengan, 2) presepsi orang tersebut tentang usaha yang mencakup
dan probabilittas dari pencapaian penghargaan untuk menyebabkan atau
menimbulkan, 3) suatu tingkat usaha tertentu yang dikombinasikan dengan, 4)
kemampuan, sifat-sifat karyawan, dan 5) persepsinya mengenai kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai, 6) tingkat prestasi yang diperlukan untuk
disyaratkan untuk menerima penghargaan intrinstik yang melekat pada penyesaian
tugas, 7) penghargaan ekstrinsik dari manajemen bagi pencapai prestasi yang
diinginkan, 8) presepsi individu mengenai keadilan dari penghargaan ekstrinsik
yang diterima, ditambah perasaan yang dihasilkan dari prestasinya, 9) tingkat
kepuasan yang dialami oleh karyawan.
Model pengharapan ini menyajikan
sejumlah implikasi bagi manager tentang bagaimana seharusnya memotivasi bawahan
dan juga implikasi bagi organisasi. Seperti yang diutarakan oleh Nadler dan
Lawler implikasi model tersebut bagi manager mencakup :
1.
Pemberian penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan
bawahan
2.
Penentuan prestasi yang diinginkan
3.
Pembuatan tingkat prestasi yang dapat dicapai
4.
Penghubungan penghargaan dengan prestasi
5.
Penganalisaan faktor-faktor apa yang bersifat
berlwanan dengan efektifitas penghargaan
6.
Penentuan penghargaan yang mencukui atau memadai
Sedangkan
implikasi bagi organisasi adalah meliputi :
1.
Sistem penghargaan organisasi harus dirancang untuk
memotivasi perilaku yang beringinkan
2.
Pekerjaan itu sendiri dapat dibuat sebagai pemberian
penghargaan secara intrinstik
3.
Atasan langsung mempunyai peranan penting dalam proses motivasi.
(d)
Teori
Keadilan
Teori ini
terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan
antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang
diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan
yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
Seorang
akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
ü Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak
diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan,
sifat pekerjaan dan pengalamannya.
ü Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang
kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan
sendiri.
ü Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di
kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis.
ü Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah
dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai Pemeliharaan hubungan dengan
pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian
kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul,
apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan
timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat
kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas,
seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.
0 komentar:
Post a Comment