Thursday, December 5, 2013

Filled Under:

kain songket palembang

BAB I



                                        

PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Malaysia sudah banyak mencuri atau mengklaim kekayaan budaya Indonesia. Adapun produk kebudayaan Indonesia yang telah diklaim Malaysia antara lain, Songket, lagu Rasa Sayange (Maluku), Angklung (Jawa Barat), Wayang Kulit, Bunga Raflesia (Bengkulu), lagu Bengawan Solo, Tari Pendet, dan terakhir katanya Bahasa Indonesia mau dijadikan bahasa nasional mereka.disisi lain dari keadaan ini semua Kain songket, yang menjadi kebanggaan  Palembang, ternyata sudah dipatenkan oleh pemerintah Malaysia. Sebanyak 22 motif tenun songket Palembang di tetapkan sebagai warisan budaya rakyat Palembang, Sumatera Selatan. Sebanyak 49 motif tradisional lainnya tengah dalam proses. Pengajuan pengakuan sebagai warisan budaya ini dilakukan untuk melindungi kekhasan seni dan budaya Palembang. Motif-motif tersebut memperoleh pengakuan sebagai warisan budaya rakyat (folklore ) Palembang dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Beberapa di antaranya adalah motif bungo intan, motif lepus pulir, motif paku berkait, motif limar berantai, juga disertai motif nampan emas. Dengan paparan diatas kelompok kami akan membahas masalah tentang “MASALAH PENGKLAIMAN KAIN SONGKET PALEMBANG OLEH MALAYSIA”

1.2              Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah pembuatan kain songket Palembang?
2.      Apa saja macam-macam motif kain songket Palembang ?
3.      Apa penyebab Malaysia ingin mengklaim kain songket Palembang?
4.      Apa peran pemerintah dalam penyelesaian masalah pengklaiman kain songket Palembang?


1.3              Tujuan
1.      Untuk mengetahui sejarah kain songket Palembang
2.      Untuk mengetahui macam-macam motif kain songket Palembang
3.      Untuk mengetahui penyebab Malaysia ingin mengklaim kain songket Palembang
4.      Untuk mengetahui peran pemerintah dalam penyelesaian masalah pengklaiman kain songket Palembang

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Sejarah pembuatan kain songket Palembang
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, peci khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai. Isitilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.Beberapa kain songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.
Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisiKelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya. Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delimayang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi.Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk “Ratu Segala Kain”. Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songketsarung dengan baju kurung. Keberadaan kain songket Palembang merupakan salah satu bukti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang mampu penguasai perdagangan di Selat Malaka pada zamannya. Para ahli sejarah mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya sekitar abad XI setelah runtuhnya kerajaan Melayu memegang hegemoni perdagangan laut dengan luar negeri, diantara negara yang mempunyai hubungan dagang dengan kerajaan Sriwijaya adalah India, Cina, Arab dll. Keberadaan hegemoni perdagangan ini menunjukan sebuah kebesaran kerajaan maritim di nusantara pada masa itu. Keadaan geografis yang berada di lalu lintas antara jalut perdagangan Cina dan India membuat kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim dan perdagangan internasional. Gemerlap warna dan kilauan emas yang terpancar pada kain tenun ini, memberikan nilai tersendiri dan menunjukan sebuah kebesaran dari orang-orang yang membuat kain songket. Apabila kita melihat rangkaian benang yang tersusun dan teranyam rapih lewat pola simetris, menunjukan bahwa kain ini dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain. Kemampuan ini tidak semua orang mampu mengerjakannya, keahlian dan ketelitian mutlak diperlukan untuk membuat sebuah kain songket. Pengetahuan ini biasanya diperoleh dengan cara turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.
Sejak zaman Neolithikum, di Indonesia sudah mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan zaman Neolithikum tersebut dapat diketahui bahwa kulit kayu merupakan pakaian manusia pada zaman prasejarah di Indonesia. Alat yang digunakan adalah alat pemukul kulit kayu yang dibuat dari batu,seperti yang terdapat pada koleksi Museum Pusat Jakarta. Disamping pakaian dari kulit kayu, dikenal juga bahan pakaian dengan mengunakan kulit binatang yang pada umumnya dipakai oleh laki–laki sebagai pakaian untuk upacara ataupun pakaian untuk perang. Sejak zaman prasejarah nenek moyang bangsa Indonesia juga sudah mengenal teknik menenun. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penemuan tembikar dari zaman prasejarah yang didalamnya terdapat bentuk hiasan yang terbuat dari kain tenun kasar. Kemakmuran dizaman itu terlihat dari adanya kerajaan Sriwijaya yang menghasilkan berbagai kain songket, dimana pada masa itu diperkirakan gemerlap warna kain songket untuk para pejabat kerajaan khususnya untuk raja di berikan sulaman berbahan emas. Sebagai kerajaan yang kaya dengan emas dan berbagai logam mulai lainnya, sebagian emas-emas tersebut dikirim kenegeri Siam (Thailand) untuk dijadikan benang emas yang kemudian dikirim kembali kekerajaan Sriwijaya, oleh para perajin benang emas tersebut ditenun dengan menggunakan benang sutra berwarna yang pada masa itu diimpor dari Siam (Thailand), India dan Tiongkok (Cina). Perdagangan internasional membawa pengaruh besar dalam hal pengolahan kain songket terutama dalam memadukan bahan yang akan digunakan sebagai kain songket. Kain Songket untuk Raja dan kelurganya tentu memerlukan bahan dan pengerjaan yang lebih, benang sutra yang dilapisi emas menjadi bahan yang menonjol dalam pembuatanya, sehingga menghasilkan sebuah kain songket gemerlap, yang menunjukan sebuah kebesaran dan kekayaan yang tidak terhingga.

2.2       Macam – macam motif kain songket Palembang
Penggunaan kain songket pada dasarnya dipakai sebagai pakaian adat masyarakat dari Palembang untuk menghadiri upacara cukur rambut bayi, upacara perkawinan dan sebagai busana penari Gending Sriwijaya (Tarian selamat datang berasal dari sumsel). Jenis-jenis motif kain songket Palembang, diantaranya adalah :
a.                   Songket Lepus
Kata lepus berarti menutupi, adapun pengertian kain songket lepus adalah kain seluruh bagiannya hampir tertutupi oleh benang emas. Adapun benang emasnya memiliki kualitas tinggi yang didatangkan langsung dari China. Kadang benang emas ini diambil dari songket yang sudah sangat tua (sudah sekitar ratusan tahun) yang diakibatkan kainnya semakin rapuh dan benang emas disulam kembali ke kain baru lagi. Kualitas jenis songket lepus adalah yang termahal harganya dan tertinggi kualitasnya.
b.                   Songket Tawur
Desain songket tawur adalah kain yang pada motifnya tidak menutupi seluruh permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok dan letaknya menyebar. Benang pakan sebagai pembentuk motif sedikit berbeda dari motif songket biasa karena tidak disisipkan dari pinggir kepinggir kain tetapi hanya berkelompok–kelompok saja.
c.                   Songket Tretes Mender
Pada kain songket jenis ini tidak dijumpai gambar motif pada bagian tengah kain (polosan). Motif kain yang terdapat dalam songket tretes mender hanya terdapat pada kedua ujung pangkal dan pada pinggir-pinggir kain
d.                  Songket Bungo Pacik
Pada kain songket jenis ini, sebagian besar motifnya terbuat dari benang emas yang digantikan dengan benang kapas putih, sehingga tenunan benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya dipakai sebagai selingan saja
e.                   Songket Kombinasi
Pada songket jenis ini merupakan kombinasi dari bebeapa jenis songket sebelumnya. Misalnya songket bungo Cina merupakan gabungan songket tawur dan songket bungo pacik sedangkan songket bungo intan adalah gabungan antara songket tretes mender dengan songket bungo pacik
f.                    Songket Limar Kain
songket ini tidak dibentuk oleh benang-benang tambahan seperti halnya pada songket-songket lainnya. Motif kembang-kembangnya berasal dari benang-benang pakan atau benang lungsi yang dicelup pada bagian-­bagian tetentu sebelum ditenun. Biasanya songket limar dikombinasikan dengan songket berkembang dengan benang emas tawur hingga disebut songket limar tawur. Macam dari songket limar diantaranya adalah jando berhias, jando pengantin serta kembang pacar

2.3       Penyebab Malaysia ingin mengklaim kain songket Palembang
Malaysia sudah beberapa kali mencoba mengklaim budaya asli Indonesia dan kali ini Malaysia ingin mengklaim kain songket Palembang. Utusan Negara Bagian Selangor, Malaysia yang berkunjung ke Palembang, Sumatera Selatan, menyampaikan keinginan Negeri Jiran itu menjadikan produk kain songket motif telepuk sebagai pakaian resmi di negeri mereka. Pengurus Peribadatan Adat Melayu dan Warisan Negeri Selangor Shafie Abubakar mengatakan mereka sudah enam tahun meneliti asal motif kain songket telepuk dan hiasan kelingkan. Dari hasil penelitian itu terungkap kain tersebut asli dari Palembang. Pihaknya selama ini ingin menjadikan kain yang bermotif telepuk dan berhiasan kelingkan itu menjadi busana resmi Negeri Selangor. Namun, sebagai langkah awal akan melakukan pendekatan kepada pemilik asli motif itu yaitu perajin Palembang melalui pemerintah kota setempat.
Ia berharap bisa segera melakukan kesepakatan bersama antara pihaknya dengan Pemerintah Kota Palembang agar diperkenankan menjadikan kain bermotif telepuk dan berhias kelingkan menjadi busana resmi negeri jiran itu. Menurut Shafie Abubakar, setelah diizinkan mereka akan membuat duplikat motif tersebut untuk dikenakan sebagai pakaian resmi Negeri Selangor. Sementara Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang Thabrani menjelaskan perlu proses untuk menentukan apakah Negeri Selangor diizinkan menggunakan motif dan hiasan tersebut menjadi pakaian resmi mereka. Koordinasi antarinstansi terkait tentunya harus segera mereka lakukan untuk menentukan sikap apakah keinginan utusan negeri tersebut bisa direalisasikan. Namun, ia menambahkan, dalam waktu dekat mereka akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk memastikan apakah motif tersebut telah dipatenkan atau belum. Jika belum dipatenkan harus terlebih dahulu dilakukan agar jelas hak atas kekayaan intelektual, sehingga tidak bisa langsung mengizinkan keinginan pejabat Negeri Selangor itu. Motif telepuk adalah salah satu dari puluhan motif songket warisan Kesultanan Palembang Darussalam berbentuk bunga khas, sedangkan kelingkan kerajinan juga berupa bunga berbahan perak yang sering digunakan sebagai hiasan kain
2.4       Peran Pemerintah dalam penyelesaian masalah pengklaiman kain songket Palembang
Hingga saat ini, belum ada langkah konkret dari Pemerintah Indonesia dalam menyikapi masalah pencurian budaya ini. Pemerintah baru sebatas mengecam tindakan tersebut. Seharusnya ada tindakan yang lebih nyata. Antara lain dengan meminta Malaysia segera meralat segala bentuk klaim budaya Indonesia sebagai budayanya serta meminta maaf kepada bangsa Indonesia. Jika tidak, Pemerintah jangan ragu untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional, karena rakyat pasti akan mendukung. Jika kasus semacam ini terus menerus terjadi, Karya seni dan budaya harus dijaga dan dilestarikan, bukan untuk diperjual belikan kepada pihak manapun. Semoga Pemerintah dapat segera bertindak untuk menyelamatkan kesenian dan kebudayaan Indonesia yang telah diwariskan oleh para leluhur bangsa ini. Namun tentu saja, sebagai bangsa yang beradab, jika kita ingin menempuh jalur hukum, maka kita tetap harus memperhatikan tata krama dan kaidah-kaidah hukum internasional. Kita tidak boleh bertindak gegabah atau anarkis, misalnya dengan melakukan aksi sweepingkepada warga Malaysia yang menetap di negara kita. Karena hal tersebut hanya akan menambah perseteruan dan justru bisa memperburuk citra negara kita di dunia internasional. Indonesia Yang merupakan salah satu Negara terbesar di Asia, tentunya memiliki beraneka ragam adat dan budaya di masing-masing wilayah. Bahkan Lambang Negara kita berasal dari nilai luhur budaya bangsa yang beragama tersebut. Jadi pastilah kita berusaha untuk menjaga dan melestarikannya demi identitas bangsa kita ini.

BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Kasus klaim atas kekayaan budaya nusantara menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Bahkan oleh negeri tetangga seperti Malaysia pun kita dengan sangat gampang dijarah semau mereka tanpa rasa ketakutan. Di lain pihak, lemahnya ketahanan budaya nusantara kita memang menjadi salah satu faktor pendukung sehingga pihak luar dengan sangat mudah mengklaim sebagai milik mereka. Pemerintah selama ini memang hanya menomorsekiankan urusan budaya dan pariwisata dalam pembangunan bangsa, padahal sektor ini bisa jadi merupakan penyumbang devisa terbesar setelah minyak dan gas. Melihat Malaysia, mereka bahkan berani menargetkan pendapatan devisa yang sangat besar dari sektor pariwisata mereka, meskipun mesti mengklaim budaya kita. Kita perlu introspeksi diri dan melihat sejauh mana peran pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kekayaan bangsa. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan penguatan di wilayah perbatasan Indonesia dengan memaksimalkan infrastruktur seperti akses jalan dan listrik agar pergeseran patok perbatasan dan pencaplokan wilayah tidak lagi terjadi. Terlebih dari semua itu, kesadaran akan nasionalismeperlu ditanamkan sejak dini khususnya kepada generasi muda. Kesadaran nasionalisme dapat ditanamkan dengan melakukan sosialisasi budaya baik berupa pengenalan dan pembelajaran seni budaya maupun penanaman mental untuk mencintai budaya bangsa. Sosialisasi budaya dapat dilakukanmelalui agen-agen sosialisasi seperti sekolah dan media massa, misalnya dalam bentuk tayangan iklan promosi budaya. Dengan demikian, masyarakat Indonesia akan lebih sadar untuk mencintai dan menjaga kekhasan budaya bangsanya dari ancaman pengklaiman oleh bangsa lain dan sebagai warga negara yang baik khususnya para generasi muda, sepantasnya belajar tentang budaya dalam negeri jangan hanya belajar budaya asing dan melupakan identitas budata dalam negeri sendiri, ini banyak yang terjadi di penjuru nusantara. Terutama di bidang seni budaya, Mode dan pergaulan. Sepatutnya kita sedikt berterima kasih pada malaysia yang sedikit menguji rasa nasionalisme kita sebagai warga negara, masih adakah? Kalau memang kita peduli, maka sepatutnyalah kita khususnya pemerintah berupaya melestarikan dan melakukan sosialisasi lebih jauh identitas negara kita ini agar tetap berjaya di mata dunia.

3.2       Saran
Agar budaya kita tidak tidak bisa tercampur atau diklaim bangsa lain maka pemerintah dan semua kalangan harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mematenkan hak paten budaya Indonesia
2. Memperkenalkan karya asli budaya lokal
3. Menyiarkan kepada publik mengenai budaya asli Indonesia
4.Menjaga dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia








3 komentar: