BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Malaysia sudah
banyak mencuri atau mengklaim kekayaan budaya Indonesia. Adapun produk
kebudayaan Indonesia yang telah diklaim Malaysia antara lain, Songket, lagu
Rasa Sayange (Maluku), Angklung (Jawa Barat), Wayang Kulit, Bunga Raflesia
(Bengkulu), lagu Bengawan Solo, Tari Pendet, dan terakhir katanya Bahasa
Indonesia mau dijadikan bahasa nasional mereka.disisi lain dari keadaan ini
semua Kain songket, yang menjadi kebanggaan Palembang, ternyata sudah
dipatenkan oleh pemerintah Malaysia. Sebanyak 22 motif tenun songket Palembang
di tetapkan sebagai warisan budaya rakyat Palembang, Sumatera Selatan. Sebanyak
49 motif tradisional lainnya tengah dalam proses. Pengajuan pengakuan sebagai
warisan budaya ini dilakukan untuk melindungi kekhasan seni dan budaya
Palembang. Motif-motif tersebut memperoleh pengakuan sebagai warisan budaya
rakyat (folklore ) Palembang dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Beberapa di antaranya adalah motif bungo intan, motif lepus pulir, motif paku
berkait, motif limar berantai, juga disertai motif nampan emas. Dengan
paparan diatas kelompok kami akan membahas masalah tentang “MASALAH PENGKLAIMAN
KAIN SONGKET PALEMBANG OLEH MALAYSIA”
1.2
Rumusan masalah
1.
Bagaimana sejarah pembuatan kain songket Palembang?
2.
Apa saja macam-macam motif kain songket Palembang ?
3.
Apa penyebab Malaysia ingin mengklaim kain songket
Palembang?
4.
Apa peran pemerintah dalam penyelesaian masalah pengklaiman
kain songket Palembang?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah kain songket Palembang
2.
Untuk mengetahui macam-macam motif kain songket Palembang
3.
Untuk mengetahui penyebab Malaysia ingin mengklaim kain
songket Palembang
4.
Untuk mengetahui peran pemerintah dalam penyelesaian masalah
pengklaiman kain songket Palembang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah pembuatan kain songket Palembang
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional melayu di
Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan
brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang
logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.
Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait” atau “mencungkil”. Hal ini
berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain
tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara
orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka,
peci khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan
benang emas dimulai. Isitilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas
dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat
kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti
sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat
kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain
songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh
anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun
songket.Beberapa kain songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung
makna tertentu. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi
sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya
dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan flora
dan fauna lokal. Motif ini juga dinamai dengan kue lokal Melayu seperti seri
kaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan favorit raja.
Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket
adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India.
Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang
benang emas dan perak; maka, jadilah songket. Kain songket ditenun pada alat
tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan
benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisiKelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan
Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya
mencapai Kelantan dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik
menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi,
yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya. Menurut tradisi Indonesia
sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad
ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan
songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan
sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi
kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman
Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs
Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delimayang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini
belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal
tahun 600-an hingga 700-an masehi.Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu
yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di
Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk “Ratu Segala Kain”.
Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk
menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3
hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan
Melayu mulai memakai songketsarung dengan baju kurung. Keberadaan kain songket Palembang merupakan salah satu
bukti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang mampu penguasai perdagangan di Selat
Malaka pada zamannya. Para ahli sejarah mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya
sekitar abad XI setelah runtuhnya kerajaan Melayu memegang hegemoni perdagangan
laut dengan luar negeri, diantara negara yang mempunyai hubungan dagang dengan
kerajaan Sriwijaya adalah India, Cina, Arab dll. Keberadaan hegemoni
perdagangan ini menunjukan sebuah kebesaran kerajaan maritim di nusantara pada
masa itu. Keadaan geografis yang berada di lalu lintas antara jalut perdagangan
Cina dan India membuat kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim dan
perdagangan internasional. Gemerlap warna dan kilauan emas yang terpancar pada
kain tenun ini, memberikan nilai tersendiri dan menunjukan sebuah kebesaran
dari orang-orang yang membuat kain songket. Apabila kita melihat rangkaian
benang yang tersusun dan teranyam rapih lewat pola simetris, menunjukan bahwa
kain ini dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara
untuk membuat kain bermutu, yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam
desain. Kemampuan ini tidak semua orang mampu mengerjakannya, keahlian dan
ketelitian mutlak diperlukan untuk membuat sebuah kain songket. Pengetahuan ini
biasanya diperoleh dengan cara turun temurun dari generasi ke generasi
selanjutnya.
Sejak zaman Neolithikum, di Indonesia sudah mengenal cara
membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan zaman Neolithikum tersebut dapat
diketahui bahwa kulit kayu merupakan pakaian manusia pada zaman prasejarah di
Indonesia. Alat yang digunakan adalah alat pemukul kulit kayu yang dibuat dari batu,seperti
yang terdapat pada koleksi Museum Pusat Jakarta. Disamping pakaian dari kulit
kayu, dikenal juga bahan pakaian dengan mengunakan kulit binatang yang pada
umumnya dipakai oleh laki–laki sebagai pakaian untuk upacara ataupun pakaian
untuk perang. Sejak zaman prasejarah nenek moyang bangsa Indonesia juga sudah
mengenal teknik menenun. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penemuan tembikar
dari zaman prasejarah yang didalamnya terdapat bentuk hiasan yang terbuat dari
kain tenun kasar. Kemakmuran dizaman itu terlihat dari adanya kerajaan
Sriwijaya yang menghasilkan berbagai kain songket, dimana pada masa itu
diperkirakan gemerlap warna kain songket untuk para pejabat kerajaan khususnya
untuk raja di berikan sulaman berbahan emas. Sebagai kerajaan yang kaya dengan
emas dan berbagai logam mulai lainnya, sebagian emas-emas tersebut dikirim
kenegeri Siam (Thailand) untuk dijadikan benang emas yang kemudian dikirim
kembali kekerajaan Sriwijaya, oleh para perajin benang emas tersebut ditenun
dengan menggunakan benang sutra berwarna yang pada masa itu diimpor dari Siam
(Thailand), India dan Tiongkok (Cina). Perdagangan internasional membawa
pengaruh besar dalam hal pengolahan kain songket terutama dalam memadukan bahan
yang akan digunakan sebagai kain songket. Kain Songket untuk Raja dan
kelurganya tentu memerlukan bahan dan pengerjaan yang lebih, benang sutra yang
dilapisi emas menjadi bahan yang menonjol dalam pembuatanya, sehingga
menghasilkan sebuah kain songket gemerlap, yang menunjukan sebuah kebesaran dan
kekayaan yang tidak terhingga.
2.2 Macam – macam motif kain songket
Palembang
Penggunaan kain songket pada dasarnya dipakai sebagai
pakaian adat masyarakat dari Palembang untuk menghadiri upacara cukur
rambut bayi, upacara perkawinan dan sebagai busana penari Gending
Sriwijaya (Tarian selamat datang berasal dari sumsel). Jenis-jenis motif kain
songket Palembang, diantaranya adalah :
a.
Songket
Lepus
Kata
lepus berarti menutupi, adapun pengertian kain songket lepus adalah kain
seluruh bagiannya hampir tertutupi oleh benang emas. Adapun benang emasnya
memiliki kualitas tinggi yang didatangkan langsung dari China. Kadang benang
emas ini diambil dari songket yang sudah sangat tua (sudah sekitar ratusan
tahun) yang diakibatkan kainnya semakin rapuh dan benang emas disulam kembali
ke kain baru lagi. Kualitas jenis songket lepus adalah yang termahal harganya
dan tertinggi kualitasnya.
b.
Songket
Tawur
Desain
songket tawur adalah kain yang pada motifnya tidak menutupi seluruh permukaan
kain tetapi berkelompok-kelompok dan letaknya menyebar. Benang pakan sebagai
pembentuk motif sedikit berbeda dari motif songket biasa karena tidak
disisipkan dari pinggir kepinggir kain tetapi hanya berkelompok–kelompok saja.
c.
Songket
Tretes Mender
Pada
kain songket jenis ini tidak dijumpai gambar motif pada bagian tengah kain
(polosan). Motif kain yang terdapat dalam songket tretes mender hanya
terdapat pada kedua ujung pangkal dan pada pinggir-pinggir kain
d.
Songket
Bungo Pacik
Pada
kain songket jenis ini, sebagian besar motifnya terbuat dari benang emas yang
digantikan dengan benang kapas putih, sehingga tenunan benang emasnya tidak
banyak lagi dan hanya dipakai sebagai selingan saja
e.
Songket
Kombinasi
Pada
songket jenis ini merupakan kombinasi dari bebeapa jenis songket sebelumnya.
Misalnya songket bungo Cina merupakan gabungan songket tawur dan songket bungo
pacik sedangkan songket bungo intan adalah gabungan antara songket tretes
mender dengan songket bungo pacik
f.
Songket
Limar Kain
songket
ini tidak dibentuk oleh benang-benang tambahan seperti halnya pada
songket-songket lainnya. Motif kembang-kembangnya berasal dari benang-benang
pakan atau benang lungsi yang dicelup pada bagian-bagian tetentu sebelum
ditenun. Biasanya songket limar dikombinasikan dengan songket berkembang dengan
benang emas tawur hingga disebut songket limar tawur. Macam dari songket limar
diantaranya adalah jando berhias, jando pengantin serta kembang pacar
2.3 Penyebab Malaysia ingin mengklaim kain
songket Palembang
Malaysia sudah beberapa kali mencoba mengklaim budaya asli
Indonesia dan kali ini Malaysia ingin mengklaim kain songket Palembang. Utusan
Negara Bagian Selangor, Malaysia yang berkunjung ke Palembang, Sumatera
Selatan, menyampaikan keinginan Negeri Jiran itu menjadikan produk kain songket
motif telepuk sebagai pakaian resmi di negeri mereka. Pengurus Peribadatan Adat
Melayu dan Warisan Negeri Selangor Shafie Abubakar mengatakan mereka sudah enam
tahun meneliti asal motif kain songket telepuk dan hiasan kelingkan. Dari hasil
penelitian itu terungkap kain tersebut asli dari Palembang. Pihaknya selama ini
ingin menjadikan kain yang bermotif telepuk dan berhiasan kelingkan itu menjadi
busana resmi Negeri Selangor. Namun, sebagai langkah awal akan melakukan
pendekatan kepada pemilik asli motif itu yaitu perajin Palembang melalui
pemerintah kota setempat.
Ia berharap bisa segera melakukan kesepakatan bersama
antara pihaknya dengan Pemerintah Kota Palembang agar diperkenankan menjadikan
kain bermotif telepuk dan berhias kelingkan menjadi busana resmi negeri jiran
itu. Menurut Shafie Abubakar, setelah diizinkan mereka akan membuat duplikat
motif tersebut untuk dikenakan sebagai pakaian resmi Negeri Selangor. Sementara
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang Thabrani menjelaskan
perlu proses untuk menentukan apakah Negeri Selangor diizinkan menggunakan
motif dan hiasan tersebut menjadi pakaian resmi mereka. Koordinasi
antarinstansi terkait tentunya harus segera mereka lakukan untuk menentukan
sikap apakah keinginan utusan negeri tersebut bisa direalisasikan. Namun, ia
menambahkan, dalam waktu dekat mereka akan berkoordinasi dengan dinas terkait
untuk memastikan apakah motif tersebut telah dipatenkan atau belum. Jika belum
dipatenkan harus terlebih dahulu dilakukan agar jelas hak atas kekayaan
intelektual, sehingga tidak bisa langsung mengizinkan keinginan pejabat Negeri
Selangor itu. Motif telepuk adalah salah satu dari puluhan motif songket
warisan Kesultanan Palembang Darussalam berbentuk bunga khas, sedangkan
kelingkan kerajinan juga berupa bunga berbahan perak yang sering digunakan
sebagai hiasan kain
2.4 Peran Pemerintah dalam penyelesaian masalah
pengklaiman kain songket Palembang
Hingga saat ini, belum ada langkah konkret dari Pemerintah
Indonesia dalam menyikapi masalah pencurian budaya ini. Pemerintah baru sebatas
mengecam tindakan tersebut. Seharusnya ada tindakan yang lebih nyata. Antara
lain dengan meminta Malaysia segera meralat segala bentuk klaim budaya
Indonesia sebagai budayanya serta meminta maaf kepada bangsa Indonesia. Jika
tidak, Pemerintah jangan ragu untuk membawa kasus ini ke Mahkamah
Internasional, karena rakyat pasti akan mendukung. Jika kasus semacam ini terus
menerus terjadi, Karya seni dan budaya harus dijaga dan dilestarikan, bukan
untuk diperjual belikan kepada pihak manapun. Semoga Pemerintah dapat segera
bertindak untuk menyelamatkan kesenian dan kebudayaan Indonesia yang telah
diwariskan oleh para leluhur bangsa ini. Namun tentu saja, sebagai bangsa yang
beradab, jika kita ingin menempuh jalur hukum, maka kita tetap harus memperhatikan
tata krama dan kaidah-kaidah hukum internasional. Kita tidak boleh bertindak
gegabah atau anarkis, misalnya dengan melakukan aksi sweepingkepada warga
Malaysia yang menetap di negara kita. Karena hal tersebut hanya akan menambah
perseteruan dan justru bisa memperburuk citra negara kita di dunia
internasional. Indonesia Yang merupakan salah satu Negara terbesar di Asia,
tentunya memiliki beraneka ragam adat dan budaya di masing-masing wilayah.
Bahkan Lambang Negara kita berasal dari nilai luhur budaya bangsa yang beragama
tersebut. Jadi pastilah kita berusaha untuk menjaga dan melestarikannya demi
identitas bangsa kita ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus klaim atas kekayaan budaya nusantara menjadi pelajaran yang
sangat berharga bagi kita. Bahkan oleh negeri tetangga seperti Malaysia pun
kita dengan sangat gampang dijarah semau mereka tanpa rasa ketakutan. Di lain
pihak, lemahnya ketahanan budaya nusantara kita memang menjadi salah satu
faktor pendukung sehingga pihak luar dengan sangat mudah mengklaim sebagai
milik mereka. Pemerintah selama ini memang hanya menomorsekiankan urusan budaya
dan pariwisata dalam pembangunan bangsa, padahal sektor ini bisa jadi merupakan
penyumbang devisa terbesar setelah minyak dan gas. Melihat Malaysia, mereka bahkan
berani menargetkan pendapatan devisa yang sangat besar dari sektor pariwisata
mereka, meskipun mesti mengklaim budaya kita. Kita perlu introspeksi diri dan
melihat sejauh mana peran pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kekayaan
bangsa. Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan penguatan di wilayah
perbatasan Indonesia dengan memaksimalkan infrastruktur seperti akses jalan dan
listrik agar pergeseran patok perbatasan dan pencaplokan wilayah tidak lagi
terjadi. Terlebih dari semua itu, kesadaran akan nasionalismeperlu ditanamkan
sejak dini khususnya kepada generasi muda. Kesadaran nasionalisme dapat
ditanamkan dengan melakukan sosialisasi budaya baik berupa pengenalan dan
pembelajaran seni budaya maupun penanaman mental untuk mencintai budaya bangsa.
Sosialisasi budaya dapat dilakukanmelalui agen-agen sosialisasi seperti sekolah
dan media massa, misalnya dalam bentuk tayangan iklan promosi budaya. Dengan
demikian, masyarakat Indonesia akan lebih sadar untuk mencintai dan menjaga
kekhasan budaya bangsanya dari ancaman pengklaiman oleh bangsa lain dan sebagai warga negara yang baik khususnya para generasi muda,
sepantasnya belajar tentang budaya dalam negeri jangan hanya belajar budaya
asing dan melupakan identitas budata dalam negeri sendiri, ini banyak yang
terjadi di penjuru nusantara. Terutama di bidang seni budaya, Mode dan
pergaulan. Sepatutnya kita sedikt berterima kasih pada malaysia yang sedikit
menguji rasa nasionalisme kita sebagai warga negara, masih adakah? Kalau memang
kita peduli, maka sepatutnyalah kita khususnya pemerintah berupaya melestarikan
dan melakukan sosialisasi lebih jauh identitas negara kita ini agar tetap
berjaya di mata dunia.
3.2 Saran
Agar budaya kita tidak tidak bisa tercampur atau diklaim bangsa
lain maka pemerintah dan semua kalangan harus melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Mematenkan hak paten budaya Indonesia
2. Memperkenalkan karya asli budaya lokal
3. Menyiarkan kepada publik mengenai budaya asli Indonesia
1. Mematenkan hak paten budaya Indonesia
2. Memperkenalkan karya asli budaya lokal
3. Menyiarkan kepada publik mengenai budaya asli Indonesia
4.Menjaga dan melestarikan kebudayaan asli Indonesia
trimakasih gan... sangat bermanfaat banget
ReplyDeleteApa daftar perpustakaan nya
ReplyDeleteApa daftar isi perpustakaan
ReplyDelete