BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Arti Manajemen
Sumber Daya Manusia
Berikut
ini adalah beberapa pengertian manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) menurut
para ahli :
Sumber
daya manusia adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan
terhadap usaha mencapai tujuan organisasional. Dalam ilmu kependudukan, konsep
sumber daya manusia ini dapat disejajarkan dengan konsep tenaga kerja
(manpower) yang meliputi angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja yang bekerja disebut juga dengan pekerja. (Ndraha, 1999)
Manajeman
sumber daya manusia (human resource management – HRM) adalah desain dan
penerapan sistem formal dalam sebuah organisasi untuk menjamin penggunaan
keahlian sumber daya manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan
organisasi (Richard L. Daft, 2010).
Manajemen
sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang berkelanjutan yang bertujuan
untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang tepat
untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya (J. A. F. Stoner, 1983).
Manajemen
sumber daya manusia adalah proses serta upaya untuk merekrut, mengembangkan,
memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan
perusahaan dalam pencapaian tujuannya (Ernie & Kurniawan, 2008).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Manajemen sumber daya manusia (MSDM)
adalah suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya
(tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan bersama perusahaan,
karyawan dan masyarakat.
Dlam
struktur organisasi perusahaan, terutama perusahaan menengah dan besar, selain
direktur utama, bagian yang bertanggung jawab dan berfungsi mengelola urusan
sumber daya manusia ini lebih dikenal dengan bagian personalia. Adapun untuk
perusahaan kecil-kecilan yang jumlan sumber daya manusianya kurang dari 10
orang seperti home industri, bisnis warung, dan sebagainya. Biasanya sumber
daya manusia ini langsung ditangani oleh sang direktur atau manajer atau
bosnya. Untuk lebih jelasnya, posisi bagian personalia dalam struktur
organisasi perusahaan menengah atau besar dapat dilihat dalam Gambar 1.1
berikut ini:
Gambar 1.1
Bagian Personalia dalam Struktur Organisasi Perusahaan
Pada
dasarnya fungsi bagian personalia adalah merencanakan konsep perekrutan,
pengembangan dan peningkatan kualitas SDM yang diperlukan oleh perusahaan.
Kebijakan-kebijakan yang menyangkut peraturan tenaga kerja, kualifikasi
perekrutan, pengembangan karier dari pengiriman tenaga kerja untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan hingga melanjutkan studi, program insentif maupun bonus
bagi tenaga kerja, dan lain-lainya merupakan fungsi utama dari bagian
personalia ini.
2.2
Proses
Manajemen Sumber Daya Manusia
Proses
sumber daya manusia adalah segala proses yang berkaitan dengan upaya yang
dilakukan mulai dari perencanaan sumber daya manusia, perekrutan,
penandatanganan kontrak kerja, penempatan tenaga kerja, hingga pembinaan dan
pengembangan tenaga kerja guna menempatkan dan tetap memilihara tenaga kerja
pada posisi kualifikasi tertentu serta betanggung jawab sesuai dengan prasyarat
yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut.
Secara
garis besar proses manajemen SDM dibagi ke dalam lima fungsi utama yang terdiri
dari:
1.
Human Resource
Planning . Merencanakan kebutuhan dan pemenfaatan sumber daya manusia bagi
perusahaan.
2.
Personnel
Procerumant . Mencari dan mendapatkan sumber daya manusia, termasuk di
dalamnya rekrutmen, seleksi dan penempatan serta kontrak tenaga kerja.
3.
Personnel
Development . Mengembangkan sumber daya manusia, termasuk di dalamnya program
orientasi tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan.
4.
Personnel
Maintenance . Memelihara sumber daya manusia, termasuk di dalamnya pemberian
penghargaan, insentif, jaminan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, dan lain
sebagainya.
5.
Personnel
UtilizationI . Memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya manusia, termasuk di
dalamnya promosi, demosi, transfer dan juga separasi.
Kesemua proses tersebut dapat
dilihat melalui Gambar 1.2 di halaman berikut ini:
Gambar 1.2
Proses Manajemen SDM
2.2.1
Perencanaan
Sumber Daya Manusia
Setiap
aktivitas manajemen biasanya diawali dengan planning atau perencanaan.
Sebagaimana dalam teori manajemen : If we fail to plan, we will plan to
fail, sekiranya kita gagal dalam merencanakan, maka kita pada hakikatnya
telah merencanakan kegagalan. Oleh karena itu, perencanaan dalam kaitannya
dengan sumber daya manusia juga menjadi sebuah keharusan dalam operasionalisasi
perusahaan. Perencanaan sumber daya manusia adalah perencanaan strategis untuk
mendapatkan dan memelihara kualifikasi sumber daya manusia yang diperlukan bagi
organisasi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Sekalipun misalnya
sebuah perusahaan telahmemiliki sumber daya manusia yang memadai dan andal,
namun perusahaan juga perlu memastikan akan keterpeliharaan dan ketersediaan di
masa yang akan datang. Kasus-kasus seperti ini halnya “pembajakan tenaga
kerja”, larinya tenaga kerja ke perusahaan lain, dan lain sebagainya merupakan
salah satu indikasi perlunya sebuah perencanaan dipersiapkan dengan
sebaik-baiknya.
Paling tidak,
ada beberapa langkah strategis sehubung dengan perencanaan sumber daya manusia.
Langkah-langkah tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Cesto, Husted, dan
Douglas, adalah sebagai berikut:
Langkah pertama: Representasi
dan refleksi dari rencana strategis perusahaan Perencanaan SDM sudah semestinya
merupakan representasi dan refleksi dari keseluruhan rencana strategis
perusahaan. Artinya, kualifikasi sumber daya manusia yang nantinya dirumuskan
sudah semestinya memenuhi kriteria sebagaimana yang disyaratkan perencanaan
strategis perusahaan secara keseluruhan, serta terintegrasi dengan
bagisn-bagian perusahaan lainnya seperti bagian produksi, pemasaran, dan lain
sebagainya. Misalnya saja perusahaan untung (profit) pada tingkat 10 persen.
Oleh karena itu bagian personalia harus memastikan bahwa sumber daya manusia
yang direkrut dan dikembangkan mampu menunjang rencana perusahaan tersebut.
Langkah ke dua: Analisasi dan
kualifikasi tugas yang akan diemban oleh tenaga kerja yang diperlukan untuk
pencapaian rencana strategis perusahaan. Pada tahap ini, ada tiga hal yang
biasa dilakukan, yaitu analisa kerja atau lebih dikenal analisis jabatan (job
analysis), deskripsi kerja (job description) dan spesifikasi kerja
atau lebih dikenal dengan spesifikasi jabatan (job specification).
Analisis jabatan merupakan persyaratan detail tentang jenis pekerjaan yang
diperlukan untuk mampu menjalankan. Misalnya, tugas yang diperlukan adalah
penjaga gudang. Tenaga kerja yang diperlukan adalah seorang purnawirawan
militer atau lulusan SMA yang memiliki kualifaikasi tertentu, dan lain-lain.
Deskripsi jabatan meliputi rincian pekerjaan yang akan menjadi tugas tenaga
kerja tersebut. Misalnya, tugas dari penjaga gudang adalah menjaga keluar
masuknya barang ke gudang, melakukan monitorning terhadap keseluruhan
gudang yang ada, bertanggung jawab kepada menejer personalia, dan lain-lain.
Spesifikasi jabatan merupakan rincian karakteristik atau kualifikasi yang
diperlukan bagi tenaga kerja yang dipersyaratkan. Misalnya pendidikan SMU,
memiliki sertifikat dari kepolisian, memiliki kemampuan untuk berjaga diwaktu
malam, tidak memiliki catatan negatif dari kantor kepolisian, dan lain-lain.
Spesifikasi jabatan dinamalkan pula kualifikasi personal (personal
qualification) dari mereka yang akan ditempatkan untuk , melaksanakan tugas
sebagaimana digambarkan dalam deskripsi jabatan. Kualifikasi personal ini
secara garis besar dapat dibagi dua. Pertama, kualifikasi personal ini secara
garis besar dapat dibagi dua. Pertama, kualifikasi umu (general
qualification), yaitu kualifikasi minimal yang biasanya diperlukan untuk
menempati suatu pos tertentu dalam suatujabatan tertentu dalam organisasi.
Kualifikasi umum ini biasanya menyangkut latar belakang pendidikan, gender,
usia, status, atau kualifikasi yang cenderung bersifat demografis dari
seseorang. Adapun kualifikasi yang kedua adalah kualifikasi spesifik (spesific
qualification), yaitu kualifikasi tambahan yang secara spesifik akan sangat
dibutuhkan bagi pengisian jabatan tertentu. Contoh dari kualifikasi spesifik
ini diantaranya adalah pengalaman di bidang tertentu terkait dengan jabatan
yang akan diisi, keahlian tambahan dalam bidang yang lain, serta hal-hal lain
yang biasanya tidak dimiliki oleh setiap orang dan akan menjadi nilai tambah
bagi seseorang yang akan menempati jabatan tersebut.
Langkah ke tiga : Analisa
ketersediaan tenaga kerja.Langkah ini merupakan sebuah perkiraan tentang jumlah
tenaga kerja beserta kualifikasinya yang ada dan diperlukan bagi perencanaan
perusahaan di masa yang akan datang. Termasuk di dalam langkah ini adalah
berapa jumlah tenaga kerja yang dipromosika, ditransfer, dan lain sebagainya.
Pada langkah
ini, berdasarkan evaluasi kegiatan perusahaan pada periode sebelumnya dan
rencana perusahaan pada periode sebelumnya dan rencana perusahaan untuk periode
berikutnya, maka perusahaan menganalisa apakah ketersediaan tenaga kerja yang
dimiliki perusahaan mencukupi untuk memenuhi tuntutan kebutuhan perusahaan di
masa yang akan datang ataukah tidak. Sebagai contoh, jika bisnis restoran yang
dijalankan mengalami kemajuan, dan pemilik restoran berencana untuk membuka
cabang baru, maka perusahaan perlu menetapkan apakah jumlah tenaga kerja yang
ada saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di restoran yang lama
ditambah dengan rencana cabang restoran yang baru, atau ternyata diperlukan
tambahan tenaga kerja yang baru untuk mengisi pembukaan cabang restoran yang
baru tersebut. Apakah dengan membagi tenaga kerja yang ada kedua tempat
restoran yang dimiliki sudah cukup memadai atau justru masih perlu diperlukan
tenaga kerja baru, hal tersebut tentunya termasuk hal yang perlu ditentukan.
Sebagai contoh
lain jika kita berangkat dari rencana strategis perusahaan untuk meningkatkan
profit sebesar 10 persen sabagaimana dikemukakan di atas, maka perusahaan perlu
menetapkan untuk mencapai target peningkatan 10 persen tersebut apa yang harus
dilakukan, tenaga kerja di bagian mana yang perlu ditingkatkan, dalam jumlah
berapa, dengan kualifikasi seperti apa, dan seterusnya. Dengan kata lain,
analisa ketersediaan tenaga kerja juga perlu dihubungkan dengan rencana yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
Langkah ke
empat: Melakukan tindakan inisiatif
Analisa terhadap ketersediaan tenaga
kerja yang ada di dalam perusahaan dan keperluannya bagi masa yang akan datang
membawa kepada kesimpulan:
(1) Sekiranya tenaga kerja yang ada sudah memadai bagi operasionalisasi
perusahaan di masa yang akan datang tidak perlu ada tindakan inisiatif yang
dilakukan seperti rekrutment, transfer dan lain sebagainya,
(2) Sekiranya tenaga kerja yang tersedia perlu dilakukan perombakan,
maka barangkali perlu dilakukan rasionalisasi, perekrutan, dan lain sebagainya.
Langkah ke lima: Evaluasi dan
modifikasi tindakan
Langkah
ke empat yang dilakukan ternyata akan senantiasa berubah dari masa ke masa. Karena
manajemen adalah proses yang terus menerus dan berkelanjutan, maka apa yang
telah direncanakan dalan manajemen sumber daya manusia juga harus senantiasa
dievaluasi dan dilakukan tindakan korektif sekiranya ada ketidaksuaian atau
terjadi perubahan seiring dengan perkembangan yang terjadi di perusahaan.
2.2.2
Penyediaan
Sumber Daya Manusia
Ketersedian sumber daya manusia menurut
kualifikasi tertentu merupakan konsekuensi logis dan implikasi dari adanya
perencanaan sumber daya manusia sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelum.
Setelah perencanaan sumber daya manusia dibuat, maka langkah selanjutnya dalam
pelaksanaannya adalah penyedia sumber daya manusia atau penyedian tenaga tenaga
kerja. Ada beberapa aktifitas yang masuk dalam kategori penyedian tenaga kerja
ini, diantaranya adalah proses rekrutmen, seleksi dan penempatan tenaga kerja. Rekrutment
adalah upaya perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja yang diperlukan sesuai
dengan kualifikasi yang telah ditetapkan dalam perencanaan tenaga kerja.
Rekrutment dapat dilakukan melalui pemasangan iklan dalam media massa,
pengajuan permohonan pada institusi-institusi pendidikan, dan lain-lain.
Seleksi adalah upaya untuk memperoleh tenaga kerja yang memenuhi syarat kualifikasi dari sekian banyak
pendaftaran atau calon tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan dari proses
rekrutment tadi. Penempatan adalah proses pemilihan tenaga kerja yang
disesuaikan dengan kualifikasi yang dipersyaratkan serta menempatkannya pada
tugas yang telah ditetapkan. Secara lebih jelas berikut ini diuraikan ketiga
konsep pencarian tenaga kerja tersebut diatas.
Rekrutment
Internal dan Rekrutment Eksternal
Terdapat dua jenis rekrutment yang dapat
dilakukan oleh perusahaan, yaitu rekrutment
internal (internal recruitment) dan rekrutment eksternal (external
recruitment atau outsourcing). Rekrutment internal adalah proses untuk
mendapatkan tenaga kerja atau SDM yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan
tenaga kerja yang sudah ada atau yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Dengan
kata lain rekrutment internal adalah proses memperoleh tenaga kerja yang
diperoleh dari SDM yang telah dimiliki oleh perusahaan. Tenaga kerja yang ada
diberi kesempatan untuk menempati jabatan yang
berbeda dari apa yang sedang dijalaninya. Bentuk dari rekrutment internal
tersebut dapat berupa rotasi atau penempatan tenaga kerja pada tingkatan
manajemen yang sama namun berbeda departemen atau bagian atau dapat juga berupa
promosi yaitu berupa penempatan tenaga kerja yang ada ke jabatan yang tingkatan
manajemennya lebih tinggi, apakah di bagian atau departemen yang berbeda maupun
dibagian atau departemen yang sama. Hanya saja rekrutment internal ini memiliki
kelemahan melalui apa yang dinamakan sebagai efek ripple dimana ketika tenaga
kerja yang mnempati jabatan yang baru akan menyebabkan tenaga kerja yang
digantikannya mengalami efek psikologis yang dapat dikatakan mungkin tidak
nyaman. Akibatnya, produktifitas dari tenaga kerja yang baru maupun yang lama
belum tentu akan meningkat terkait dengan efek ini. Kecuali jabatan yang
ditempati oleh tenaga kerja internal tersebut adalah jabatan baru sehingga
tidak ada tenaga kerja yang lama yang digantikan, misalnya pada saat dilakukan
pembukaan cabang baru atau departemen baru dalam perusahaan, maka efek ripple
ini barangkali dapat dihindarkan. Rekrutment yang kedua, rekrutmen eksternal,
yaitu perusahaan mendapatkan tenaga kerja atau SDM yang akan ditempatkan pada
suatu jabatan tertentu yang diperolehnya dari luar perusahaan, atau sering kali
dinamakan outsourcing. Upaya yang dapat
dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja ini yaitu dapat
melalui iklan dimedia massa, interview dikampus-kampus, atau melalui agen
penyaluran tenaga kerja tertentu. Kelebihan dari rekrutmen eksternal ini adalah
bahwa perusahaan mungkin memiliki peluang untuk mendapatkan tenaga kerja yang
lebih baik dari apa yang dimiliki saat ini, atau memperoleh tenaga kerja yang
akan membawa semangat baru yang akan berdampak positif bagi perusahaan.
Keterbatasan dari rekrutmen eksternal ini adalah terutama dalam hal adaptasi
tenaga kerja tersebut dengan lingkungan internal perusahaan. Dikarenakan tenaga
kerja yang direkrut adalah tenaga kerja baru atau dari luar, maka perlu waktu
bagi tenaga kerja tersebut maupun bagi perusahaan untuk melakukan adaptasi mengenai
pekerjaan dan jabatan yang akan ditempati maupun keterkaitannya dengan misi
perusahaan secara keseluruhan. kegagalan tenaga kerja eksternal untuk
beradaptasi justru akan menimbulkan masalah baru bagi perusahaan. Oleh karena
itu, sering kali perusahaan mensyaratkan pengalaman tertentu bagi tenaga kerja
yang direkrut dari luar perusahaan. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa
sekiranya tenaga kerja tersebut telah memiliki pengalaman kerja, setidaknya
kemampuan adaptasi dari tenaga kerja tersebut pernah teruji, sehingga proses
pengondisian tenaga kerja kepada lingkungan perusahaan dapat lebih singkat
dilaluinya.
Seleksi Tenaga
Kerja
Seleksi tenaga kerja adalah langkah selanjutnya
yang harus dilakukan perusahaan setelah perusahaan menetapkan jenis rekrutmen
yang akan dilakukan, apakah internal maupun eksternal. Paling tidak ada beberpa
hal yang biasanya dilakukan perusahaan yang terkait dengan proses seleksi yaitu
seleksi administrasi, seleksi kualifikasi , dan seleksi sikap dan perilaku.
Seleksi administrasi, yaitu berupa proses bagaiman aperusahaan melakukan
validasi dan vertikasi atas segala persyaratan administrative yang
dipersyaratkan kepada calon tenaga kerja yang akan ditempatkan pada suatu
jabatan tertentu. Seleksi administrasi ini dapat berupa validasi dan
vertifikasi boring aplikasi, daftar riwayat hidup, ijazah pendidikan, dan
dukumen lainnya yang dipersyaratkan. Setelah seleksi administrasi dilakukan,
langkah berikutnya adalah seleksi kualifikasi, artinya perusahaan melakukan
seleksi atas calon-calon tenaga kerja dari sisi kualifikasinya yaitu menyangkut
kesesuian calon tenaga kerja tersebut dengan jabatan yang akan ditempatinya.
Seleksi ini biasanya dilakukan melalui seleksi tertulis dan seleksu tidak
tertulis. Seleksi tertulis dapat berupa ujian tertentu yang diberikan oleh
perusahaan yang terkait dengan hal-hal yang diminta oleh perusahaan untuk dapat
dimiliki oleh calon tenaga kerja. Seleksi ini berupa pengetahuan umum,
pengetahuan logika, maupun pengetahuan lainnya yang terkait dengan jabatan yang
akan diisi. Adapun seleksi tidak tertulis dapat berupa ujian bagi calon tenaga
kerja dalam hal jabatan yang akan ditempatinya. Untuk beberapa jabatan
tertentu, calon tenaga kerja dapat diminta untuk melakukan sesuatu yang terkait
dengan jabatan dan tugas yang akan diembannya. Bagi calon tenaga penjualan
misalnya, dapat diminta untuk mempraktikkan cara menghadapai pelanggan, klien,
atau pihak-pihak tertentu yang
ditentukan oleh perusahaan. Demikian pula dengan contoh-contoh lainnya. Esensi
dari seleksi ini adalah untuk memastikan bahwa kualifikasi calon tenaga kerja
yang ada benar-benar dapat diandalkan untuk menempati jabatan yang akan
ditempatinya. Seleksi yang ketiga, yaitu berupa seleksi sikap dan perilaku.
Pada seleksi ini, calon tenaga kerja diuji dari sisi sikap dan perilakunya
secara pribadi, tenaga kerja, maupun ketika bekerja secara tim. Perusahaan
berupa memperoleh informasi yang memadai mengenai sisi psikologis dari calon
tenaga kerja, kemampuannya untuk bersikap baik dan konsisten dalam pekerjaan,
termasuk kesiapannya untuk bekerja secara tim. Seleksi sikap dan perilaku ini
dapat dilakukan secara tertulis maupun wawancara. Seleksi tertulis berupa tes
psikologi yang biasanya telah dimiliki perusahaan ketika melakukan proses
seleksi. Adapaun wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi lebih jauh
secara langsung mengenai bagaimana cara bersikap dan berprilaku bagi calon
tenaga kerja tersebut menyangkut berbagai hal yang terkait dengan motivasi,
harapan, dan visi calon tenaga kerja tersebut terkait dengan jabatan yang akan
ditempatinya.
Seleksi ini bisa dilakukan oleh tim manajemen
perusahaan atau dengan meminta bantuan konsultan manajemen untuk bersama-sama
pihak perusahaan melakukan rekrutmen dan seleksi. Saat ini, penggunaan
konsultan manajemen bagi perusahaan sudah menjadi sesuatu yang dibutuhkan,
karena perusahaan sangat berharap bahwa mereka mendapatkan tenaga kerja yang
dibutuhkan. Perusahaan menginginkan biaya yang telah dikeluarkan dari mulai
kegiatan rekrutmen hingga penempatan tenaga kerja benar-benar dapat
dikompensasi secara baik ketika tenaga kerja yang akhirnya kerja benar-benar
memiliki kualifikasi yang diharapkan oleh perusahaan.
Penempatan
Tenaga Kerja
Setelah
seleksi, adalah penempatan tenaga kerja. Adaptasi adalah hal yang alamiah untuk
dilakukan tenaga kerja manapun dan parusahan manapun. Perusahaan memastikan
bahwa tenaga kerja baru yang direkrutnya siap untuk bergabung dengan
perusahaan, tidak saja dilihat dari sisi kualifikasinya akan tetapi juga
dilihat dari kesiapannya untuk bekerja secara tim. Perusahaan melakukan program
melatih orientasi( orientation training ) yang bertujuan untuk mengadaptasikan
tenaga kerja dengan linkungan perusahaan. Perusahaan besar mengantisipasi
proses adaptasi dengan membuat departemen yaang dinamakan management trainee.
Tenaga kerja yang baru direkrut tidak langsung di posisikan pada suatu jabatan,
akan tetapi ditempatkan di bagian management trainee, di bagian ini kan dilatih
perusahaan untuk di tempatkan di berbagai departemen yang berbeda-berbeda
menurut periode tertentu yang bertujuan, selain memberikan proses internalisasi
kepada tenaga kerja dengan perusahaan, juga untuk mendapatkan informasi yang
lebih akurat kesiapan tenaga kerja dengan bagian tertentu di perusahaan.
Program penempatan di departemen yang berbeda-beda maka kecenderungan dan
kualifikasi tenaga kerja akan lebih dapat terliahat perusahaan. Contohnya di
awal rekrutmen dan seleksi seorang tenaga kerja terlihat memiliki kualifikasi
yang baik untuk di tempatkan bagian keuangan, namun setelah melakukan proses
penyesuaian di management trainee, ternyata tenaga kerja tersebut juga memiliki
kualifikasi yang baik jika di tempatkan di bagian pemasaran. Program management
trainee ini merupakan salah satu langkah antisipasi yang saat ini sudah mulai
dilakukan, khususnya perusahaan besar.
2.2.3
Pengembangan
Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia bertujuan
untuk memastiakan dan memilahara tenaga kerja yang tersedia tetap memenuhi
kualifikasi yang di persyaratkan sehingga selaras dengan perencanaan strategis
perusahan serta tujuan perusahan dapat tercapai sesui dengan yang direncanakan.
Untuk tenaga kerja baru, program pengambangan ini, diakomodasi melalui program
orientasi perusahaan yaitu dalam program ini, tenaga kerja di perkenalkan pada
lingkungan kerja perusahaan baik secara internal maupun eksternal perusahaan.
Pengenalan tenaga kerja dengan tenaga kerja lainnya sehingga proses kerja
secara tim bisa di bentuk sejak awal.
Bagi tenaga kerja lama, upaya untuk tetap
memelihara prodiktivitas, efektivitas dan efensiensi perlu teru dilakukan untuk
memastiakan tenaga kerja tetap terpelihara kualifikasinya sesuai dengan
perencanaan strategis perusahaan. program tersebut adalah pelatihan motivasi,
program pelatihan seven habits (steven covey), dan lain-lain. Secara garis
besar program pengembangan tenaga kerja dibagi menjadi dua, yaitu on the job
dan off the job.
Metode
On the Job berupa:
a)
Coaching yaitu
berupa bimbingan yang di berikan atasan kepada bawahan mengenai bebagai hal
yang terkait dengan pekerjaan
b)
Plainned
progression yaitu program berupa pemindahan tenaga kerja kepada bagian-bagian
lain melalui tingkatan-tingkatan organisasi yang berbeda-beda
c)
Job rotation
yaitu progampemindahan tenaga kerja ke bagian yang berbeda-beda dan tugas yang
berbeda-beda, agar tenaga lebih dinamis dan tidak monoton
d)
Temporary task
yaitu berupa pemberian tugas pada suatu kegiatan atau proyek atau jabatan
tertentu untuk periode waktu tertentu
e)
Program
penilaian prestasi atau performance
appraisal.
Metode off job
yaitu :
a)
Executive
development programme, yaitu berupa program pengiriman manajer atau tenaga
kerja untuk berpartisipasi dalam berbagai program-program khusus diluar
perusahaan yang berkaitan mengenai analisis kasus, simulasi, maupun metode
pembelajaran lainnya.
b)
Laboratory
training, yaitu berupa program yang ditunjukan kepada tenaga kerja untuk
mengikuti progran-program berupa simulasi atas dunia nyata yang terkait dengan
kegitan perusahaan di mana metode yang biasanya digunakan adalah berupa role
playing, simulasi, dan lain-lain.
c)
Organizational
development, yaitu program yang ditujukan kepada tenaga kerja dengan mengajak
mereka untuk berfikir mengenai bagaimana cara menunjukan perusahaan mereka.
Jangan
sekedar dilihat dari sisi biaya bagi perusahaan untuk melkukan metode tersebut,
namun perusahaan juga perlu memendang bahwa yang dilakukan melalui berbagai
program pengembangan tersebut merupakan investasi yang akan membuahkan
peningkatan priduktivitas di masa mendatang. Progam pengembangan yang dijalankan
dengan baik dan ditujukan bagi tenaga kan meningkatkan kemampuan dan
kualifikasi tenaga kerja yang dimiliki perusahaan. peningkatan kemampuan dan
kualifikasi tenaga kerja tersebut dengan sendirinya akan meningkan
produktifitas tenaga kerja, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja akan
berdampak pada peningkatan produktivitas perusahaan.
Selain
program pengembangan sebagai investasi bagi kemajuan dimasa yang akan datang,
juga perlu dilihat upaya untuk mengakomodasi motif-motif yang barangkali dimiliki
oleh tenaga kerja. Sebagaimana di jelaskan oleh Hirarki Kebutuan Moskow.
Kebutuhan aktualisasi diri dapt dicapai oleh tenaga kerja jika kualifikasi
tenga kerja memadai, dan kualifikasi tenaga kerja akan memdai jika diberikan
progam pengembangan kerja
2.2.4
Pemeliharaan
Tenaga Kerja
Pemeliharaan tenaga kerja sangat pentinf nutuk
dilakukan guna menjamin agar tenaga kerja yangdi miliki perusahaan terpilahara
produktifitasnya, efektivitasnya dan efisiensinya. Contoh kasusunya adalah
fenomena yang dikenal sebagai hijacking atau di kenal sebagai pembajakan tenaga
kerja. Perusahaan telah memiliki tenaga kerja yang baik untuk bekerja di
perusahaan, tetapi karena perusahaan tidak mampu memberikan kompesasi yang baik
bbagi tenaga kerja sebagai bentuk pemeliharaan tenaga kerja, maka akhirnya
tenaga kerja tersebut pindah ke perusahaan lain dikarenakan perusahaan lain
yang merekrut tenaga kerja tersebut mampu memberikan kompesasi yang lebih baik
dari perusahan asal di mana tenaga kerja tersebut berasal.
Peusahaan perlu memahami tenaga kerja memiliki
motif berbeda-beda, oleh karena itu pemenuhan setiap motif tenaga kerja adalah
termasuk hal yang dilakukan perusaahan selain perusahaan menuntut tenaga kerja
tersebut untuk menunjukan kinerja terbaik bagi perusahaan. perusahaan perlu
mengagendakan program pemeliharaan kerja. Bentuk pemeliharaan tenaga kerja
melalui kompensasi dan benefit. Kompensasi adalah penghargaan yang diberikan
perusahaan sebagai balasan atas prestasi kerja yang diberikan oleh tenaga
kerja. Benefit adalah penghargaan selain kompesasi yang di programkan bagi
tenaga kerja dengan tujuan agar kebutuhan tenaga kerja tetap dapat terpelihara
sehingga tenaga kerja dapat tetap memberikan kinerja yang terbaik bagi
perusahaan
Kompensasi
Progaram
yang perlu dilakukan oleh perusahaan berkaitan dengan pemberian kompesasi
adalah berkaitan dengan pemberian kompesasi
adalh terkait dengan tingkat upah atau pendapatan, yaitu berapa
pendapatan yang diberikan kepada tenaga kerja sesuai pekerjaan yang dilakukan,
kemudian melakukan penggajian, yaitu tingkatan-tingkatan upah yang akan
diberikan di perusahaan tersebut. berapa tingkatpendapatan untuk seorang
direktur,manajer,supervisi hingga teknisi. Kejelasan penggajian akan membantu
tenaga kerja dalam mengetahui mengenai karier. Terakhir dari kompesasi adalah
pengupahan secara individual, pengupahahan secara individual memberikan
kejelasan mengenai kompesasi yang akan diterimanaya jika bekerja dengan tingkatan pengorbanan yang berbeda.
Contoh kasus nya adalah perusahaan yang memberikan perilaku yang sama pada
tenaga kerja yang menunjuakan kinerja yang berbeda justru akan membuat motivasi
kinerja baik menjadi turun karena tenaga kerja tersebut akan berfikir bahwa
kinerja yang baik tidak ada artinya dikarenakan kompesasinya sama saja dengan
mereka yang bekerja buruk.
Benefit
Benefit
adalah penghargaan yang di sediakan oleh perusahaan untuk memelihara tenaga
kerja agar memberikan kinerja yang
terbaik . Benefit dapat berupa cuti bergaji, asuransi kesehatan dan kecelakaan
kerja poliklinik gratis untuk tenaga kerja dan lain-lain.
2.2.5
Pemanfaatan
Sumber Daya Manusia
Langkah
ini pada dasarnya untuk memelihara tenaga kerja agar selalu sejalan denga
perencanaan perusahaan dan ini merupakan langkah terakhir dari proses manajemen
sumber daya manusia (SDM). produktivitas, efektivitas,dan efisiensi kerja
merupakan harapan perusahaan untuk tenaga kerja. Dalam kenyataannya ada
beberapa faktor yang menyebabkan tenga kerja tidak bekerja secara konsisten,
antara lain faktor usia, kesehatan, faktor internal dan eksternal. Oleh sebab
itu ada beberapa progam perusahaan untuk mengatasi hal tersebut antara lain
promosi, demosi, transfer, ataupun separasi.
Keseluruhan
manajemen sumber daya manusia tetap membutuhkan pengawasan dan proses evaluasi
terus menerus yang di kenal dengan istilah Total Quality Managemen (TQM), hal
ini di berlakukan pencapaian tujuan perusahaan secara jangka panjang melalui
penyediaan dan pemeliharaan tenaga kerjanya senantiasa terjamin.
2.3
Pentingnya
Sumber Daya Manusia dalam Organisasi
Peranan sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peran serta
fungsi yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi perusahaan. Sumber daya
manusia di sini mencakup keseluruhan manusia yang ada di dalam organisasi
perusahaan, yaitu mereka yang secara keseluruhan terlibat dalam
operasionalisasi bisnis perusahaan, dari level yang paling bawah, seperti
satpam, pekerja di bagian pemrosesan barang untuk jenis barang produksi, atau
juga tenaga penjual langsung (direct seller) yang direkrut perusahaan
hingga ke posisi direktur utama (Chief Executif Officer) yang menempati
level teratas dalam bisnis perusahaan. Sekalipun berbeda level, akan tetapi
tercapai tidaknya tujuan dari perusahaan. Pengabaian terhadap salah satu bagian
dari sumber daya manusia tersebut akan berimplikasi serius terhadap
terhambatnya pencapaian tujuan perusahaan. Pengertian ini mencakup mulai dari
memilih siapa saja yang pantas untuk memiliki kualifikasi seperti yang
disyaratkn perusahaan sehingga bagaimana agar kualifikasi ini dapat dipertahankan
bahkan ditingkatkan serta dikembangkan dari waktu ke waktu. Oleh karena
manajemen sumber daya manusia ini merupakan proses yang berkelanjutan, sejalan
dengan proses operasionalisasi perusahaan, maka perhatian terhadap sumber daya
manusia ini memiliki tempat yang khusus dalam organisasi perusahaan. Dalam
struktur organisasi perusahaan, di antara faktor yang perlu mendapat perhatian
khusus dari para manajer adalah manajemen sumber daya manusia. Setelah struktur
organisasi didesain, kemudian setelah kewenangan dan tanggung jawab disusun,
dan pekerjaan ditentukan, maka langkah berikutnya adalah menentukan dan
menempatkan sumber daya manusia yang sesuai untuk setiap bagian dalam
organisasi.
0 komentar:
Post a Comment