Thursday, December 5, 2013

Filled Under:

pengembangan sistem perusahaan

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.   Pengembangan Sistem
2.1.1.      Definisi Pengembangan Sistem
Terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai definisi dari pengembangan sistem, diantaranya :
1.      Pengembangan sistem merupakan suatu proyek yang harus melalui suatu proses pengevaluasian seperti pelaksanaan proyek lainnya. (Amsa, 2008)
2.      Pengembangan sistem dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau untuk memperbaiki sistem yang sudah ada (kami, 2008).
3.      Pengembangan sistem adalah metode/prosedur/konsep/aturan yang digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi atau pedoman bagaimana dan apa yang harus dikerjakan selama pengembangan sistem (algorithm). Metode adalah suatu cara, teknik sistematik untuk mengerjakan sesuatu (dinu, 2008).
2.1.2.      Hal Mendasar Dalam Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan dan perancangannya, penganalisa sistem merupakan bagian dari tim yang berfungsi mengembangkan sistem yang memiliki daya guna tinggi dan memenuhi kebutuhan pemakai akhir. Pengembangan dipengaruhi sejumlah hal (Okta, 2007), yaitu:
a.       Produktifitas
Saat ini dibutuhkan sistem yang lebih banyak, lebih baik dan lebih cepat. Hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan penganalisa sistem yang berkualitas, kondisi kerja ekstra, kemampuan pemakai untuk mengembangkan sendiri, bahasa pemrograman yang lebih baik, perawatan sistem yang lebih baik (umumnya 50% s.d 70% sumber daya digunakan untuk perawatan sistem), disiplin teknis pemakaian perangkat lunak, dan perangkat pengembangan sistem yang terotomasi.
b.      Reliabilitas
Waktu yang dihabiskan untuk testing sistem secara umum menghabiskan 50% dari waktu total pengembangan sistem. Dalam kurun waktu 30 tahun sejumlah sistem yang digunakan diberbagai perusahaan mengalami kesalahan dan ironisnya tidak mungkin untuk diubah. Sebagai contoh kasus; untuk setiap program yang dihasilkan dari IBM’s superprogramer project punya tiga sampai lima kesalahan untuk setiap kesalahan untuk setiap sepuluh statement pemrograman.
2.1.3.      Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan sistem terdapat beberapa hal yang menjadi faktor utama (klas,2008) diantaranya :
1.   Perencanaan Sistem (System Planning)
Beberapa hal yang termasuk kedalam tahap perencanaan sistem diantaranya yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan fisik yang digunakan untuk mendukung pengembangan sistem serta mendukung operasi setelah diterapkan.
Adapun proses-proses yang dilakukan dalam tahapan perencanaan sistem, diantaranya :
    1. Merencanakan proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana sistem. Dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a.       Mengkaji tujuan dan perencanaan strategi
b.      Mengidentifikasikan proyek-proyek sistem
c.       Menetapkan sasaran proyek-proyek sistem
d.      Menetapkan kendala proyek-proyek sistem
e.       Menentukan proyek-proyek sistem prioritas
f.       Membuat laporan perencanaan sistem
g.      Meminta persetujuan manajemen
    1. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan. Tahapan yang dilakukan diantaranya :
a.       Menunjukan team analis
b.      Mengumumkan proyek pengembangan sistem
    1. Mendefinisikan proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh analis sistem. Tahapannya sebagai berikut:
a.       Melakukan study kelayakan
b.      Menilai kelayakan proyek sistem
c.       Membuat usulan proyek sistem
d.      Meminta persetujuan manajemen
Adapun tahapan utama dalam siklus pengembangan sistem, yaitu :
1. Perencanaan Sistem ( Systems Planning)
2. Analisis Sistem (System Analysis)
3. Perancangan Sistem (Systems Design) Secara Umum
4. Seleksi Sistem (System Selection)
5. Perancangan Sistem (Systems Design) Secara Umum
6. Implementasi dan Pemeliharaan Sistem (System Implementation & Maintenance)
Penggambaran dari siklus hidup pengembangan sisten dapat dilihat pada gambar berikut :
 



















Gambar 2.1.  Siklus Hidup Pengembangan Sistem

2.2.   Konsep Dasar Sistem
2.2.1.   Definisi Sistem
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan definisi sistem, yaitu :
1.      Menurut (wiki, 2008) “Pengertian sistem diambil dari asal mula sistem yang berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) yang memiliki pengertian bahwa sutatu sistem merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdiri dari komponen atau elemen yang berhubungan satu dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi”.
2.      Menurut (Stoa, 2008) “Pengertian dari sistem merupakan gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang saling bekerja sama yang  membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem”.
3.      Menurut (Kerz, 2008) Sistem yaitu gabungan dari sekelompok komponen baik itu manusia dan/atau bukan manusia (non-human) yang saling mendukung satu sama lain serta diatur menjadi sebuah kesatuan yang utuh untuk mencapai suatu tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir”.
4.      Menurut (Hart, 2005) “Sistem mengandung dua pengertian utama yaitu: (a) Pengertian sistem yang menekankan pada komponen atau elemennya yaitu sistem merupkan  komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing bagian tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri (independent) atau bersama-sama serta saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai secara keseluruhan (b) Definisi yang menekankan pada prosedurnya yaitu merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelasaikan suatu sasaran tertentu”.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Sistem adalah kumpulan bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang disatukan dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan”.
2.3.   Konsep Dasar Informasi
2.3.1.   Definisi Data
Sumber informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data item.
1.      Data merupakan deskripsi dari suatu kejadian yang kita hadapi serta menggambarkan kesatuan nyata yang terjadi pada saat tertentu (Prabu, 2006).
2.      Data merupakan kumpulan objek-objek beserta atributnya yang menunjukan karakteristik dari objek tersebut (Phil, 2006).
Informasi tanpa adanya data maka informasi tersebut tidak akan terbentuk. Begitu pentingnya peranan data dalam terjadinya suatu informasi yang berkualitas. Keakuratan data sangat mempengaruhi terhadap keluaran informasi yang akan terbentuk.
2.3.2. Definisi Informasi
Informasi ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi, sehingga informasi ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Informasi (information) dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.     Informasi (Information) adalah data yang telah dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan berguna bagi manusia (kent, 2008).
2.     Menurut Leitel dan Davis dalam bukunya “Accounting Information System” menjelaskan bahwa Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan serta lebih berarti bagi yang menerimanya (kami, 2008).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Informasi adalah sebagai data yang sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu”.
2.3.3.   Kualitas Informasi
Kualitas informasi (quality of information) (Prabu, 2006) diantaranya ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
1.      Relevan (Relevancy), dalam hal ini informasi yang diterima harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Kadar relevancy informasi antara orang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung kepada kebutuhan masing-masing pengguna informasi tersebut. How is the message used for problem solving (decision masking)? 
2.      Akurat (Accurate), yaitu berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan. Selain itu informasi yang didapatkan tidak boleh bias atau menyesatkan bagi penggunanya, serta harus dapat mencerminkan dengan jelas maksud dari informasi tersebut. Ketidak akuratan data terjadi karena sumber dari informasi tersebut mengalami gangguan dalam penyampaiannya baik hal itu dilakukan secara sengaja maupun tidak sehingga menyebabkan data asli tersebut berubah atau rusak.
Komponen keakuratan suatu informasi diantaranya:
a.       Completeness ; Are necessary message items present ? Hal ini dapat berarti bahwa informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian tentunya akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan secara keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mengontrol atau memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam suatu organisasi tersebut.
b.      Correctness ; Are message items correct ?  maksudnya bahwa informasi yang diterima kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Kebenaran dari informasi tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan.
c.       Security ; Did the message reach all or only the intended systems users?  Informasi yang diterima harus terjamin keamanan datanya.
d.      Time Lines (Tepat waktu); Informasi yang dibutuhkan oleh si pemakai tidak dalam hal penyampaiannya tidak boleh terlambat (usang) karena informasi yang usang maka informasi tersebut tidak mempunyai nilai yang baik dan kualitasnya pun menjadi buruk sehingga tidak berguna lagi. Jika informasi tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan maka akan berakibat fatal sehingga salah dalam pengambilan keputusan tersebut. Kondisi tersebut mengakibatkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk mendapatkan, mengolah serta mengirimnya memerlukan teknologi terbaru.
e.       Economy (Ekonomis); What level of resources is needed to move information through the problem-solving cycle ?.  Kualitas dari Informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan juga  bergantung pada nilai ekonomi yang terdapat didalamnya.
f.       Efficiency (Efisien); What level of resources is required for each unit of information output ?
g.       Reliability (Dapat dipercaya); Informasi yang didapatkan oleh pemakai harus dapat dipercaya, hal ini menentukan terhadap kualitas informasi serta dalam hal pengambilan keputusan setiap tingkatan manajemen.

2.3.4.   Nilai Informasi
Fungsi informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan terkadang diperlukan dengan proses yang cepat dan tidak terduga. Hal itu mengakibatkan penggunaan informasi hanya berdasarkan perkiraan-perkiraan serta informasi yang apa adanya. Dengan perlakukan seperti ini mengakibatkan keputusan yang diambil tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu untuk memperbaiki keputusan yang telah diambil maka pencarian informasi yang lebih tepat perlu dilakukan. Suatu Informasi memiliki nilai karena informasi tersebut dapat menjadikan keputusan yang baik serta menguntungkan (memiliki nilai informasi yang tepat). Besarnya nilai informasi yang tepat dapat didapatkan dari perbedaan hsil yang didapat dari keputusan yang baru dengan hasil keputusan yang lama dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut. Penghitungan atas informasi yang tepat memberikan banyak manfaat diantaranya untuk menghilangkan pemborosan biaya yang dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tersebut (Sofa, 2008).
Menurut Gordon B. Davis nilai informasi dikatakan sempurna apabila perbedaan antara kebijakan optimal, tanpa informasi yang sempurna dan kebijakan optimal menggunakan informasi yang sempurna dapat dinyatakan dengan jelas.
Nilai suatu informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. Tentang 10 sifat yang dapat menentukan nilai informasi, yaitu sebagai berikut :
1.   Kemudahan dalam memperoleh
Informasi memperoleh nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang penting dan sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.
2.   Sifat luas dan kelengkapannya
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup/ cakupan yang luas dan lengkap. Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik.
3.   Ketelitian (accuracy)
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai ketelitian yang tinggi/akurat. Informasi menjadi tidak bernilai jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan.
4.   Kecocokan dengan pengguna (relevance)
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan penggunanya, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan.
5.   Ketepatan waktu
Informasi mempunyai nilai yang lebih sempurna apabila dapat diterima oleh pengguna pada saat yang tepat. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika terlambat diterima/ usang, karena tidak dapat dimanfaatkan pada saat pengambilan keputusan.
6.   Kejelasan (clarity)
Informasi yang jelas akan meningkatkan kesempurnaan nilai informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi oleh bentuk dan format informasi.
7.   Fleksibilitas/ keluwesannya
Nilai informasi semakin sempurna apabila memiliki fleksibilitas tinggi. Fleksibilitas informasi diperlukan oleh para manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan.
8.   Dapat dibuktikan
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi bergantung pada validitas data sumber yang diolah.
9.   Tidak ada prasangka
Nilai informasi semakin sempurna apabila informasi tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya kesalahan informasi.
10.       Dapat diukur
Informasi untuk pengambilan keputusan seharusnya dapat diukur agar dapat mencapai nilai yang sempurna.
2.3.5.   Mutu Informasi
Menurut Gordon B. Davis, kesalahan informasi adalah antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1.   Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
2.   Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3.   Hilang/tidak terolahnya sebagian data.
4.   Pemeriksaan/pencatatan data yang salah.
5.   Dokumen induk yang salah.
6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan (contoh: kesalahan program aplikasi komputer yang digunakan).
7.   Kesalahan yang dilakukan secara sengaja.
   Penyebab kesalahan tersebut dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut:
1.      Kontrol sistem untuk menemukan kesalahan.
2.      Pemeriksaan internal dan eksternal.
3.      Penambahan batas ketelitian data.
4.      Instruksi dari pemakai yang terprogram secara baik dan dapat menilai adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
2.4.   Konsep Dasar Sistem Informasi
2.4.1.   Definisi Sistem Informasi
Terdapat berbagai  macam pengertian Sistem Informasi menurut beberapa ahli, diantaranya :
1.      Sistem informasi (Information System) adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi serta membantu manajer dalam mengambil keputusan (Kent, 2008).
2.      Pengertian dari sistem informasi menurut Komunitas Mahasiswa Sistem Informasi di Yogykarta memaparkan bahawa Sistem informasi adalah sebuah aplikasi komputer yang digunakan untuk mendukung operasi dari suatu organisasi serta merupakan aransemen dari orang, data dan proses yang terjadi di dalamnya yang berinteraksi satu sama lain dalam menudukung dan memperbaiki organisasi serta mendukung dalam pemecahan masalah dan kebutuhan pembuat keputusan (KAMI, 2008).
2.6.   Unified Modeling Language (UML)
2.6.1.   Definisi Unified Modeling Language (UML)
Berikut ini definisi Unified Modeling Language (UML) menurut para ahli:
1.      Menurut (Hend, 2006) “Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa yang telah menjadi standard untuk visualisasi, menetapkan, membangun dan mendokumentasikan artifak suatu sistem perangkat lunak”.
2.      Menurut (Adi Nugroho : 2005). “Unified Modeling Language (UML) adalah alat bantu  analisis serta perancangan perangkat lunak berbasis objek”.
3.      Menurut (Joomla dari http://soetrasoft.com : 2007). Unified Modeling Language (UML) merupakan standard modeling language yang terdiri dari kumpulan-kumpulan diagram, dikembangkan untuk membantu para pengembang sistem dan software agar bisa menyelesaikan tugas-tugas seperti: Spesifikasi, Visualisasi, Desain Arsitektur, Konstruksi, Simulasi dan testing serta Dokumentasi”.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang berdasarkan grafik atau gambar untuk menvisualisasikan, menspesifikasikan, membangun dan pendokumentasian dari sebuah sistem pengembangan perangkat lunak berbasis OO (Object Oriented)”.
2.6.2.   Langkah-langkah Penggunaan Unified Modeling Language (UML)
Menurut (Afif Amrullah:2002). “Langkah-langkah penggunaan Unified Modeling Language (UML) sebagai berikut:
1.      Buatlah daftar business process dari level tertinggi untuk mendefinisikan aktivitas dan proses yang mungkin muncul.
2.      Petakan use case untuk setiap business process untuk mendefinisikan dengan tepat fungsional yang harus disediakan oleh sistem, kemudian perhalus use case diagram dan lengkapi dengan requirement, constraints dan catatan-catatan lain.
3.      Buatlah deployment diagram secara kasar untuk mendefinisikan arsitektur fisik sistem.
4.      Definisikan requirement lain non fungsional, security dan sebagainya yang juga harus disediakan oleh sistem.
5.      Berdasarkan use case diagram, mulailah membuat activity diagram.
6.      Definisikan obyek-obyek level atas package atau domain dan buatlah sequence dan/atau collaboration utuk tiap alir pekerjaan, jika sebuah use case memiliki kemungkinan alir normal dan error, buat lagi satu diagram untuk masing-masing alir.
7.      Buatlah rancangan user interface model yang menyediakan antamuka bagi pengguna untuk menjalankan skenario use case.
8.      Berdasarkan model-model yang sudah ada, buatlah class diagram. Setiap package atau domian dipecah menjadi hirarki class lengkap dengan atribut dan metodenya. Akan lebih baik jika untuk setiap class dibuat unit test untuk menguji fungsionalitas class dan interaksi dengan class lain.
9.      Setelah class diagram dibuat, kita dapat melihat kemungkinan pengelompokkan class menjadi komponen-komponen karena itu buatlah component diagram pada tahap ini. Juga, definisikan test integrasi untuk setiap komponen meyakinkan ia bereaksi dengan baik.
10.  Perhalus deployment diagram yang sudah dibuat. Detilkan kemampuan dan requirement piranti lunak, sistem operasi, jaringan dan sebagainya. Petakan komponen ke dalam node.
11.  Mulailah membangun sistem. Ada dua pendekatan yang tepat digunakan:
a.       Pendekatan use case dengan mengassign setiap use case kepada tim pengembang tertentu untuk mengembangkan unit kode yang lengkap dengan test.
b.      Pendekatan komponen yaitu mengassign setiap komponen kepada tim pengembang tertentu.
12.  Lakukan uji modul dan uji integrasi serta perbaiki model beserta codenya. Model harus selalu sesuai dengan code yang aktual.
13.  Perangkat lunak siap dirilis”.
2.6.3.   Fokus Unified Modeling Language (UML)
Menurut (Adi Nugroho : 2005). “Dalam kerangka spesifikasi, Unified Modeling Language (UML) menyediakan model-model yang tepat, tidak mendua arti (ambigu) serta lengkap. Secara khusus, Unified Modeling Language (uml menspesifikasikan langkah-langkah penting dalam pengambilan keputusan analisis, perancangan serta implementasi dalam sistem yang sangat bernuansa perangkat lunak (software intensive  system). Dalam hal ini, Unified Modeling Language (UML) bukanlah merupakan bahasa pemprograman tetapi model-model yang tercipta berhubungan langsung dengan berbagai macam bahasa pemprograman, sehingga adalah mungkin melakukan pemetaan (mapping) langsung dari model-model yang dibuat dengan Unified Modeling Language (UML) dengan bahasa-bahasa pemprograman berorientasi obyek, seperti Java, Borland Delphi, Visual Basic, C++, dan lain-lain.
Pemetaan (mapping) Unified Modeling Language (UML) bersifat dua arah yaitu :
a.   Generasi  kode bahasa pemprograman tertentu dari Unified Modeling Language (UML) forward engineering.
b.   Generasi kode belum sesuai dengan kebutuhan dan harapan pengguna, pengembang dapat melakukan langkah balik bersifat iterative dari implementasi ke Unified Modeling Language (UML) hingga didapat sistem/peranti lunak yang sesuai dengan harapan pengguna dan pengembang.
2.6.4.   Bangunan Dasar Metodologi Unified Modeling Language (UML)
Menurut (Adi Nugroho : 2005). “Bangunan dasar metodologi Unified Modeling Language (UML) menggunakan tiga bangunan dasar untuk mendeskripsikan sistem/perangkat lunak yang akan dikembangkan yaitu :
1.      Sesuatu (things)
Ada 4 (empat) things dalam Unified Modeling Language (UML), yaitu:
a.       Structural things
Merupakan bagian yang relatif statis dalam model Unified Modeling Language (UML). Bagian yang relatif statis dapat berupa elemen-elemen yang bersifat fisik maupun konseptual.
b.      Behavioral things
Merupakan bagian yang dinamis pada model Unified Modeling Language (UML), biasanya merupakan kata kerja dari model Unified Modeling Language (UML), yang mencerminkan perilaku sepanjang ruang dan waktu.
c.       Grouping things
Merupakan bagian pengorganisasi dalam Unified Modeling Language (UML). Dalam penggambaran model yang rumit kadang diperlukan penggambaran paket yang menyederhanakan model. Paket-paket ini kemudian dapat didekomposisi lebih lanjut. Paket berguna bagi pengelompokkan sesuatu, misalnya model-model dan subsistem-subsistem.
d.       Annotational things
Merupakan bagian yang memperjelas model Unified Modeling Language (UML) dan dapat berupa  komentar-komentar yang menjelaskan fungsi serta ciri-ciri setiap elemen dalam model Unified Modeling Language (UML).
2.      Relasi (Relationship)
Ada 4 (empat) macam relationship dalam Unified Modeling Language (UML), yaitu :
a.       Kebergantungan
Merupakan hubungan dimana perubahan yang terjadi pada suatu elemen mandiri (independent) akan mempengaruhi elemen yang bergantung padanya elemen yang tidak mandiri (independent).
b.      Asosiasi
Merupakan apa yang menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya, bagaimana hubungan suatu objek dengan objek lainnya. Suatu bentuk asosiasi adalah agregasi yang menampilkan hubungan suatu objek dengan bagian-bagiannya.
c.       Generalisasi
Merupakan hubungan dimana objek anak (descendent) berbagi perilaku dan struktur data dari objek yang ada diatasnya objek induk (ancestor). Arah dari atas kebawah dari objek induk ke objek anak dinamakan spesialisasi, sedangkan arah berlawanan sebaliknya dari arah bawah keatas dinamakan generalisasi.
d.      Realisasi
Merupakan operasi yang benar-benar dilakukan oleh suatu objek.
3.      Diagram
Ada 5 (empat) macam diagram dalam Unified Modeling Language (UML), yaitu :
a.       Use Case Diagram
Diagram ini memperihatkan himpunan use case dan aktor-aktor (suatu jenis khusus dari kelas). Diagram ini terutama sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkan perilaku dari suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna.
b.      Class Diagram
Diagram ini memperlihatkan himpunan kelas-kelas, antarmuka-antarmuka, kolaborasi-kolaborasi dan relasi-relasi antar objek.
c.       Sequence Diagram
Diagram ini memperlihatkan interaksi yang menekankan pada pengiriman pesan (message) dalam suatu waktu tertentu.
d.      State Chart Diagram
Diagram ini memperlihatkan state-state pada sistem, memuat state, transisi, event, dan aktifitas. Diagram ini terutama penting untuk memperlihatkan sifat dinamis dari antarmuka, kelas, kolaborasi dan terutama penting pada pemodelan sistem-sistem yang reaktif.
e.       Activity Diagram
Diagram ini memperlihatkan aliaran dari suatu aktifitas ke aktifitas lainnya dalam suatu sistem. Diagram ini terutama penting dalam pemodelan fungsi-fungsi dalam suatu sistem dan memberi tekanan pada aliran kendali antar objek.

2.7.   Teori – Teori Khusus yang Berhubungan dengan Topik yang Dibahas
2.7.1.   Elisitasi
Elisitasi berisi usulan rancangan sistem baru yang diinginkan oleh pihak manajemen terkait dan disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi. Elisitasi didapat melalui metode wawancara dan dilakukan melalui tiga tahap (Hida, 2006), yaitu sebagai berikut:
2.7.1.1. Elisitasi Tahap I
Berisi seluruh rancangan sistem baru yang diusulkan oleh pihak manajemen terkait melalui proses wawancara.
2.7.1.2. Elisitasi Tahap II
Merupakan hasil pengklasifikasian dari elisitasi tahap I berdasarkan metode MDI. Metode MDI ini bertujuan untuk memisahkan antara rancangan sistem yang penting dan harus ada pada sistem baru dengan rancangan yang disanggupi oleh penulis untuk dieksekusi.
1.      M pada MDI itu artinya Mandatory (penting). Maksudnya requirement tersebut harus ada dan tidak boleh dihilangkan pada saat membuat sistem baru.
2.      D pada MDI itu artinya Desirable. Maksudnya requirement tersebut tidak terlalu penting dan boleh dihilangkan. Tetapi jika requirement tersebut digunakan dalam pembentukan sistem, akan membuat sistem tersebut lebih sempurna.
3.      I pada MDI itu artinya Inessential. Maksudnya bahwa requirement tersebut bukanlah bagian dari sistem yang dibahas dan merupakan bagian dari luar sistem.
2.7.1.3. Elisitasi tahap III
Merupakan hasil penyusutan dari elisitasi tahap II dengan cara mengeliminasi semua requirement yang optionnya I pada metode MDI. Selanjutnya semua requirement yang tersisa diklasifikasikan kembali melalui metode TOE, yaitu sebagai berikut:
1.      T artinya Technical, maksudnya bagaimana tata cara/teknik pembuatan requirement tersebut dalam sistem yang diusulkan.
2.      O artinya Operational, maksudnya bagaimana tata cara penggunaan requirement tersebut dalam sistem yang akan dikembangkan.
3.      E artinya Economy, maksudnya berapakah biaya yang diperlukan guna membangun requirement tersebut didalam sistem.
Metode TOE tersebut dibagi kembali menjadi beberapa option, yaitu:
1.      High (H): Sulit untuk dikerjakan, karena tehnik pembuatan dan pemakaiannya sulit serta biayanya mahal. Sehingga requirement tersebut harus dieliminasi.
2.      Middle (M) : Mampu untuk dikerjakan
3.      Low (L) : Mudah untuk dikerjakan
2.7.1.4. Final Draft Elisitasi
Merupakan hasil akhir yang dicapai dari suatu proses elisitasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan suatu sistem yang akan dikembangkan.
2.7.2. Microsoft SQL Server
Microsoft SQL Server merupakan produk RDBMS (Relational Database Management System) yang dibuat oleh Microsoft. Orang sering menyebutnya dengan SQL Server saja. Microsoft SQL Server juga mendukung SQL sebagai bahasa untuk memproses query ke dalam database. Mirosoft SQL Server banyak digunakan pada dunia bisnis, pendidikan atau juga pemerintahan sebagai solusi database atau penyimpanan data.
Pada tahun 2000 Microsoft mengeluarkan SQL Server 2000 yang merupakan versi yang banyak digunakan. Berikut ini adalah beberapa fitur yang dari sekian banyak fitur yang ada pada SQL Server 2000 (Rado, 2005):
a.       XML Support. Dengan fitur ini, Anda bisa menyimpan dokumen XML dalam suatu tabel, meng-query data ke dalam format XML melalui Transact-SQL dan lain sebagainya.
b.      Multi-Instance Support. Fitur ini memungkinkan Anda untuk menjalankan beberapa database engine SQL Server pada mesin yang sama.
c.       Data Warehousing and Business Intelligence (BI) Improvements. SQL Server dilengkapi dengan fungsi-fungsi untuk keperluan Business Intelligence melalui Analysis Services. Selain itu, SQL Server 2000 juga ditambahi dengan tools untuk keperluan data mining.
d.      Performance and Scalability Improvements. SQL Server menerapkan distributed partitioned views yang memungkinkan untuk membagi workload ke beberapa server sekaligus. Peningkatan lainnya juga dicapai di sisi DBCC, indexed view, dan index reorganization.
e.       Query Analyzer Improvements. Fitur yang dihadirkan antara lain: integrated debugger, object browser, dan fasilitas object search.
f.       DTS Enhancement. Fasilitas ini sekarang sudah mampu untuk memperhatikan primary key dan  foreign key constraints. Ini berguna pada saat migrasi tabel dari RDBMS lain.
g.      Transact-SQL Enhancements. Salah satu peningkatan disini adalah T-SQL sudah mendukung UDF (User-Definable Function). Ini memungkinkan Anda untuk menyimpan rutin-rutin ke dalam database enginen.

2.7.2.1. Tipe Data dalam SQL Server 2000

 Data dalam Microsoft SQL Server sangat berfariasi, dan setiap kolom dalam satu table harus memiliki data sesuai dengan jenis dan tipenya. Karena jika data yang dimasukan kedalam table tidak sesuai dan tipenya Microsoft Server akan.
Integer
Keterangan
Bit
Integer dengan nilai 0 atau 1
Int
Nilai Integer dengan nilai antara -2^-3 (2.147.483.648) sampai 2^31-1 (2.147.384.647)
Decimal atau Numeric
Angka antara -10^38-1 sampai 10^38-1
Money
Nilai yang terhubung dengan mata uang dari -2^63 (-922.377.203.685.477,5808 sampai 2^63-1 (-922.377.203.685.477,5807)
Float
-214.748,3648 sampai 1.79E+308
Real
-3.40E+308 sampai 3.04E+38
Datetime
1 Januari 1973 sampai 31 Desember 9999
Smalldatetime
1 Januari 1900 sampai 6 Juni 2079, dengan ketelitian hingga1 menit
String
Keterangan
Char
Field tetap dengan ukuran maksimal 8000 byte
Varchar
Field tetap dengan ukuran maksimal 8000 byte
Text
Variabel dengan ukuran hingga 2^31-1 (2.147.488.647) byte
Unicode string
Keterangan
Nchar
Karakter Unicode dengan ukuran tetap hingga 4000 byte
Ncarchar
Variabel dengan ukuran sampai 2^31-1 (2.147.483.647) byte
Ntext
Karakter Unicode dengan ukuran bervariasi hingga 4000 byte
Binary String
Keterangan
Binary
Ukuran tetap hingga 8000 byte
Varbinary
Ukuran bervariasi hingga 8000 byte
Image
Ukuran bervariasi hingga 2^31-1 (2.147.483.647) byte

Tabel 2.1. Type Data Sql Server 2000
2.7.2.2. Batasan SQL Server 2000
Microsoft SQL Server mempunyai beberapa batasan dimana batasan tersebut memiliki  prioritas diatas trigger, aturan dan nilai defaultnya. Sebagai gambaran table berikut akan menjelaskan batasan-batasan yang dimaksud.

Fungsi
Keterangan
NOT NULL
Menentukan bahwa kolom tidak bias menentukan nilai NULL
CHECH
Membatasi nilai yang bias diletakkan kedalan kolom dengan menentukan suatu kondisi. Misalnya nilai TRUE maka nilai yang diberikan dapat dimasukkan kedalam kolom sedang apabila FLASE
UNIQUE
Memasukkan kolom-kolom memiliki nilai eksklusif
PRYMARY KEY
Membuat kata kunci primer atau kunci utama dari sebuah table, kolom atau kombinasi dari kolom dengan nilai yang harus bersifat eksekutif didalam table untuk mengenali baris
FOREIGN KEY
Menentukan hubungan antara table-tabel

Tabel 2.2.  Batasan Dalam SQL Server 2000
2.7.2.3. Jenis – jenis Perintah SQL Server 2000
Secara garis besar, SQL Server mempunyai 3 (Tiga) jenis Transact SQL yaitu   (Yus05):
a.       Data Definition Language (DDL), merupakan bagian dari sistem manajemen database yang dipakai untuk mendefinisikan dan mengatur semua atribut dan properti dari sebuah database. Bentuk umum dari pernyataan – pernyataan DDL, yaitu :
-        Create < nama objek >
Contoh :
Use Inventory
Create Table Barang ( Kode Char (5), Nama Varchar (30))
-        Alter < nama objek >
Contoh :
Use Inventory
Alter Table Barang Add Disc Int
-        Drop < nama objek >
Contoh :
Use Inventory
Drop Table Barang
b.      Data Manipulation Language (DML), merupakan perintah – perintah yang digunakan untuk menampilkan, menambah, mengubah, dan menghapus data di dalam obyek – obyek yang didefinisikan oleh DDL. Bentuk umum perintak DML yang sering digunakan, yaitu :
-        Select
Contoh :
Use Inventory
Select * From Barang
-        Insert
Contoh :
Use Inventory
Insert into Barang (Kode,Nama) Values (‘EL123’, ‘Televisi’)
-        Update
Contoh :
Use Inventory
Update Barang Set Nama = ‘ Televisi Berwarna’ Where Kode = ‘EL123’
-        Delete
Contoh :
Use Inventory
Delete Barang
c.       Data Control Language (DCL), digunakan untuk mengontrol hak – hak pada obyek – obyek database. Bentuk umum perintah yang sering digunakan, yaitu:
-        Grant
Contoh :
Grant Insert, Update, Delete On authors To Dinda, Adelia, Yudha
-        Revoke
Contoh :
Revoke Select On Barang to Public
-        Deny
Contoh :
Use Inventory
Deny Select On Barang To Public
2.7.3. Prototipe
Prototipe memberikan ide bagi pembuat maupun pemakai potensial tentang cara sistem berfungsi dalam bentuk lengkapnya. Proses menghasilkan sebuah prototipe disebut prototyping. Menurut Jane M. Carey (McLe, 1996) ada dua jenis prototipe, yaitu:
2.7.3.1. Prototipe Jenis I
Prototipe jenis I sesungguhnya akan menjadi sistem operasional. Pendekatan ini hanya mungkin jika peralatan prototyping memungkinkan prototipe memuat semua elemen penting dari sistem baru.
Langkah-langkah pengembangan prototipe jenis I adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi kebutuhan pemakai.
2.      Mengembangkan prototipe
3.      Menentukan apakah prototipe dapat diterima
4.      Menggunakan prototipe
2.7.3.2  Prototipe Jenis II
Prototipe jenis II merupakan suatu model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai alat cetak biru bagi sistem operasional. Pendekatan ini dilakukan jika prototipe tersebut hanya dimaksudkan untuk tampilan seperti sistem operasional dan tidak dimaksudkan untuk memuat semua elemen penting.
Tiga langkah pertama dalam pengembangan prototipe jenis II sama seperti untuk prototipe jenis I. Langkah-langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
4.      Mengkodekan sistem operasional
5.      Menguji sistem operasional
6.      Menentukan jika sistem operasional dapat diterima
7.      Menggunakan sistem operasional
2.7.4. Macromedia Dreamweaver MX 2004
Macromedia Dreamweaver MX 2004 adalah suatu editor HTML profesional untuk perancangan, pengkodean, pengembangan website, halaman web, dan aplikasi web. Dreamweaver juga menyediakan tools yang sangat membantu meningkatkan pengalaman dalam pembuatan web yang powerfull. Berbagai fitur visual editing pada Dreamweaver mengizinkan Anda membuat halaman web dengan cepat tanpa harus menuliskan satu baris kode (Sima, 2006).

2.7.5. Active Server Pages (ASP)
Active Sever pages (ASP) merupakan salah satu implementasi middleware  yang bertugas untuk menterjemahkan skrip yang tersimpan dalam berkas dengan ekstensi (.asp) sehingga menghasilkan keadaan web yang dinamis (Abdl, 2005).
ASP bukanlah sebuah program yang dijual terpisah, akan tetapi ASP merupakan bagian dari sekelompok besar program yang secara otomatis akan terintstall dengan program setup dari sistem operasi Windows baik itu Windows 95, Windows 98, Windows NT Workstation, Microsoft Windows XP Profesional, Windows Server 2000 (Wiki, 2007).
File ASP sebenarnya merupakan sekumpulan script ASP yang digabung dengan HTML. Jadi, file ASP terdiri dari beberapa struktur yang saling berhubungan dan membentuk suatu fungsi agar memberikan hasil tertentu. Struktur dalam file ASP terdiri atas: teks, tag HTML, dan script ASP (Ekow, 2005).
Seperti script yang lain, script ASP bisa ditempatkan di mana saja sesuai fungsi masing-masing. Namun ada juga script yang harus ditempatkan paling atas agar tidak terjadi kesalahan dalam aksesnya. Dengan adanya penggabungan script maka diperlukan sebuah karakter untuk membedakan antar script tersebut. Pada script ASP dibedakan dengan <% sebagai awal penulisan dan %> sebagai akhir penulisan. (Ekow, 2005).
2.7.5. Definisi Online
 Secara umum, sesuatu dikatakan online adalah bila ia terkoneksi/terhubung dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Beberapa arti kata lainnya yang lebih spesifik adalah sebagai berikut:
1.      Dalam percakapan umum, jaringan/network yang lebih besar dalam konteks ini biasanya lebih mengarah pada Internet, sehingga ‘online' menjelaskan status bahwa ia dapat diakses melalui internet.
2.      Secara lebih spesifik dalam sebuah sistem yang terkait pada ukuran dalam satu aktifitas tertentu, sebuah elemen dari sistem tersebut dikatakan online jika elemen tersebut beroperasional. Sebagai contoh, Sebuah instalasi pembangkit listrik dikatakan online jika ia dapat menyediakan listrik pada jaringan elektrik.
3.      Dalam telekomunikasi, istilah online memiliki arti lain yang lebih spesifik. Suatu alat diasosiasikan dalam sebuah sistem yang lebih besar dikatakan online bila berada dalam kontrol langsung dari sistem tersebut. Dalam arti jika ia tersedia saat akan digunakan oleh sistem (on-demand), tanpa membutuhkan intervensi manusia, namun tidak bisa beroperasi secara mandiri di luar sistem tersebut.
2.8.   Pelayanan Mahasiswa
Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang terjadi dalam dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan (retn, 2007). Pelayanan terbaik yang diberikan dari seluruh staff perguruan tinggi raharja kepada mahasiswa merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai.
2.9.   Mutu
Goetsch dan Davis (1994) membuat definisi mengenai mutu yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah: mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
J.M. Juran mengatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. Pendapat David L. Goetsch dan Stanley Davis bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Menurut pembendaharaan istilah ISO 8402 dan standar nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991), mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefenisikan terlebih dahulu.
Menurut Deming yang dikutip oleh M.N. Nasution bahwa mutu adalah: kesesuaian dengan kebutuhan pasar. Perusahaan harus benar-benar memahami apa yang di butuhkan konsumen atas produk yang dihasilkannya.”
Philip crosby mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian terhadap persyaratan. Persyaratan adalah spesifikasi yang telah ditetapkan/ diminta/ diwajibkan/ disepakati dan dapat diukur. Dengan kaitannya dengan konsep fokus pelanggan, persyaratan diartikan secara lebih luas, yakni mencakup kesesuaian terhadap kebutuhan, persyaratan, harapan dan persepsi pelanggan. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu bila memenuhi kebutuhan, persyaratan dan harapan pelanggan serta dipersepsikan secara positif oleh pelanggan.
Dalam pengertian yang lebih luas lagi, persyaratan mutu menurut aliran TQM (Total Quality Management) mencakup konsep multi dimensi yang terdiri dari tujuh aspek yang disingkat menjadi PQCDSME yang merupakan orientasi pemikiran dalam manajemen mutu, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
-          Productivity (P) : berorientasi pada peningkatan hasil produksi atau hasil kerja.
-          Quality (Q) : berorientasi pada penciptaan kesesuaian terhadap persyaratan spesifikasi produk/jasa yang telah ditetapkan.
-          Cost (C) : berorientasi pada pengendalian biaya untuk setiap proses yang menyerap biaya.
-          Delivery (D) : berorientasi pada upaya mengendalikan waktu yang dibutuhkan untuk mengirim produk ke pasar atau pelanggan.
-          Safety (S) : berorientasi pada penciptaan kondisi lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat.
-          Morale (M) : berorientasi pada penciptaan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dan dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan.
-          Environment : berorientasi pada kepedulian terhadap lingkungan dalam pengertian yang lebih luas.
Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu adalah  usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Suatu produk atau jasa dikatakan bermutu/berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada pelanggan/pemakai. Mutu meliputi produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan dimana mutu adalah suatu kondisi yang bersifat dinamis.
Selain kesimpulan diatas ada beberapa dimensi atau atribut yang harus diperhatikan dalam perbaikan mutu adalah:
-          Ketepatan waktu pelayanan, hal-hal yang perlu diperhatikan di sini berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.
-          Akurasi pelayanan, yang berkaitan dengan realibilitas pelayanan dan bebas kesalahan-kesalahan.
-          Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan.
-          Tangggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan dari pelanggang eksternal.
-          Kelengkapan, menyangkut lingkup pelayanan dan ketersediaan sarana pendukung, serta pelayanan komplementer lainnya.
-          Variasi model pelayanan, berkaitan dengan inovasi untuk memberikan pola-pola baru dalam pelayanan, features dari pelayanan, dll.
-          Pelayanan pribadi, berkaitan dengan penanganan permintaan khusus.
-          Kemudahan mendapatkan pelayanan..
-          Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruang tempat pelayanan, kemudahan menjangkau, ketersediaan informasi dan bentuk-bentuk lain.
-          Atribut pendukung pelayanan lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, AC, dll.
2.10.    IAC (Intelligence Access Card)
IAC (Intelligence Access Card) adalah Suatu metode akses sistem dengan media kartu yang memiliki kecerdasan akses. IAC merupakan suatu perwujudan dari pelayana sistem terhadap user, yang menganut 4 prisip utama yaitu: Kecepatan (Speed), Ketepatan (Accuracy), Efisiensi waktu (Efficiency) dan Efektivitas (Effectiveness).
-          Kecepatan (Speed): Kecepatan dalam mengakses Sistem informasi, membuat user merasa di manjakan oleh sistem dan meningkatkan kepuasan user dalam menggunakan sistem.
-          Ketepatan (Accuracy): Tepat dalam mengakses sehingga tepat dalam mendapatkan informasi yang diinginkan.
-          Efisiensi waktu (Efficiency): Waktu akses kedalam sistem lebih cepat sehingga lebih cepat dalam memperoleh informasi.
-          Efektivitas (Effectiveness): Efektif dalam segala akses sistem, dan multi fungsi.
Dan IAC mempunyai potensi antara lain, sebagai berikut:
1.      Sebagai Kartu Mahasiswa
2.      Sebagai Kartu Absen
3.      Sebagai Kartu Perpustakaan
4.      Sebagai Kartu Parkir
5.      Sebagai Kartu Transaksi.

0 komentar:

Post a Comment