2.1
Definisi pengambilan keputusan
Keputusan
(decision) adalah pilihan yang di buat dari alternatif-alternatif yang ada.
Banyak orang menyangka bahwa membuat pilihan adalah bagian yang besar dalam
proses pengambilan keputusan, tetapi tidak. Membuat pilihan adalah salah satu
bagiannya saja.
Pengambilan
keputusan menurut stoner adalah pengidentifikasi dan memilih serangkaian
kegiatan untuk menghadapi masalah tertentu atau mengambil keuntungan dari suatu
kesempatan.
Pengambilan
keputusan menurut wiki pedia bahasa indonesia adalah sebagai suatu hasil atau
keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu
jalur tindakan dari beberapa alternative yang tersedia
Pengambilan
keputusan menurut Richard L. Daft
(decision making) adalah proses dalam mengenali masalah-maslah dan bahan
peluang untuk kemudian dipecahkan, pengambilan keputusan mengharuskan adanya
usaha baik sebelum atau sesudah di buatnya pilihannya nyata.
Sedangkan
dari berbagai pendapatan diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
adalah terjadinya proses penetapan keputusan yang sudah melalui proses
pemilihan yang didasari secara logis, rasional dan ideal. Berdasarkan fakta
informasi dari sejumlah alternatif untuk mencapai sasaran yang efektif dan
efisien untuk masa yang akan datang.
2.2
Jenis dan proses pembuatan keputusan
Pembuatan
keputusan tidak hanya dilakukan oleh para majer puncak, tetapi juga para
manajer menengah dan lini pertama. Setiap jabatan seseorang dalam organisasi menyangkut berbagai derajat
pembuatan keputusan, bahkan untuk pekerjaan rutin sekalipun dan dalam
organisasi apapun. Manajer akan membuat jenis atau tipe keputusan yang berbeda
sesuai perbedaan kondisi dan situasi yang ada. Salah satu metoda pengklasifikasian
keputusan yang banyak digunakan dengan menentukan apakah keputusan itu
diprogram atau tidak. Antara lain dengan :
Keputusan-keputusan
yang diprogram ( Programmed decisions )
Adalah
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan-keputusan
ini rutin dan berulang-ulang. Setiap organisasi mempunyai
kebijaksaan-kebijaksaan tertulis atau tidak tertulis yang memudahkan pembuatan
keputusan dalam situasi yang berulang dengan membatasi dan menghilangkan
alternatif-alternatif. Sebagai contoh, manajer tidak perlu memikirkan penetapan
gaji karyawan baru, karena organisasi pada umumnya mempunyai skala gaji untuk
semua posisi, manajer juga tidak perlu memikirkan masalah-masalah harian yang
harus dihadapi karena prosedur-prosedur untuk menangani masalah-masalah rutin
telah tersedia.
Keputusan
yang tidak diprogram ( non-programmed decisions )
adalah
keputusan yang berkenaan dengan masalah-masalah khusus, khas atau tidak biasa.
Bila suatu masalah yang timbul tidak cukup diliput oleh kebijakaan atau sangat
penting sehingga perlu penanganan khusus, harus diselesaikan dengan suatu
keputusan yang tidak diprogram. Beberapa contoh masalah yang memerlukan
keputusan-keputusan yang tidak diprogram antara lain, cara pengalokasian sumber
daya-sumber daya organisasi, penanganan lini produk yang jatuh dipasaran, atau
cara perbaikan hubungan masyarakat. Semakin tinggi kedudukan dalam hirarki
organisasi, dibutuhkan kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang tidak
diprogram lebih tinggi.
Keputusan-
keputusan juga dapat dibedakan antara keputusan yang dibuat dibawah kondisi
kepastian, resiko dan ketidak pastian. Para manajer membuat keputusan-keputusan
sekarang adalah bagi kegiatan-kegiatan
yang akan dilaksanakan dan tujuan yang
akan dicapai diwaktu yang akan datang. Situasi-situasi pembuatan keputusan ini
menyangkut berbagai aspek yang tidak dapat diketahui dan sulit diperkirakan,
seperti reaksi pesaing tertentu, atau tingkat inflasi tiga tahun mendatang.
Tingkat ketidakpastian dalam berbagai situasi akan berbeda-beda oleh karena itu
manajer akan menghadapi tiga macam
situasi : kepastian, resiko dan
ketidakpastian.
Dalam
kondisi kepastian ( Certainty ), para manajer mengetahui apa yang akan terjadi
di waktu yang akan datang, karena tersedia informasi yang akurat, terpercaya
dan dapat diukur sebagai dasar keputusan. Dalam kasus ini, situasi di waktu
yang akan datang adalah dapat diperkirakan dengan pasti.
Dalam
kondisi resiko ( risk ), para menajer mengetahui besarnya kemungkinan hasil,
tetapi informasi lengkap tidak tersedia. Sedangkan,
Dalam
kondisi ketidakpastian ( uncertainty ), para manajer tidak mengetahui besarnya
setiap kemungkinan hasil-hasil. Kondisi-kondisi ketidakpastian pada umumnya
menyangkut keputusan-keputusan kritis dan paling menarik. Dalam pembuatan
keputusan dapat dilakukan lebih tepat dengan mempergunakan metoda-metoda
kuantitatif untuk mengantisipasi dan memperkirakannya.
Proses
pembuatan keputusan
Tahap 1 : Pemahaman dan perumusan masalah
Para
manajer sering menghadapi kenyataan bahwa masalah yang sebenarnya sulit
diketemukan atau bahkan sering, hanya mengidentifikasi gejala masalah bukan
penyebab yang mendasar. Bila mereka ingin memperbaiki situasi, mereka harus
pertama-tama menemukan apa masalah sebenarnya dan dan kemudian menentukan
bagian-bagian masalah yang mereka harus pecahkan serta bagian-bagian mana yang
seharusnya dipecahkan. Para manajer dapat mempermudah identifikasi masalah
dengan berbagai cara. Pertama, manajer secara simpatik menguji
hubungan-hubungan sebab akibad. Kedua, manajer mencari
penyimpangan-penyimpangan atau perubahan-perubahan dari “ normal”. Dan, barang
kali paling penting, manajer berkonsultasi dengan pihak-pihak lain yang mampu
memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau kesempatan.
Tahap
2 : Pengumpulan dan Analisa data yang relevan.
Setelah
manajer menentukan dan merumuskan masalah, mereka harus mulai memutuskan
langkah-langkah selanjutnya. Manajer pertama kali harus menentukan data-data apa yang akan
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat dan kemudian medapatkan informasi
tersebut. Para manajer akan jarang memperoleh seluruh data yang dibutuhkan,
padahal mereka harus mempunyai informasi cukup untuk dapat merumuskan berbagai
penyelesaian.
Tahap
3 : Pengembangan alternatif-alternatif.
Kencenderungan untuk menerima alternatif keputusan
pertama yang “ flexibel “ sering
menghindarkan manajer dari pencapaian penyelesaian yang terbaik untuk
masalah-masalah mereka. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak kecenderungan
untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian
keputusan yang efektif. Manajer tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap
dan pandangan sempurna, walaupun banyak buku dan latihan pembuatan keputusan
masih menyarankan kepada pembuat keputusan untuk mendapatkan “ semua data”
sebelum mempertimbangkan alternatif-alternatif keputusan.
Tahap 4 : Evaluasi alternatif-alternatif
Setelah
manajer mengembangkan sekumpulan alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk
menilai efektifitas setiap alternative. Efektivitas dapat diukur dengan dua
kriteria dapat diukur dengan dua kriteria : apakah alternatif realistic bisa
dihubungkan dengan tujuan dan sumber
daya organisasi, dan seberapa baik alternatif akan membantu pemecahan masalah.
Tahap 5 : Pemilihan alternatif terbaik
Tahap
kelima pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif.
Alternatif terpilih akan didasarkan pada jumlah informasi yang tersedia bagi
manajer dan ketidak sempurnaan kebijakan manajer. Pilihan alternatif terbaik
juga sering merupakan suatu kompromi diantara berbagai faktor yang telah
dipertimbangkan. ( Berbagai peralatan modern yang tersedia bagi manajer untuk
mengavaluasi dan memilih bermacam-macam alternative dibahas dibelakang).
Tahap
6 : Implementasi keputusan
Setelah
alternatif terbaik dipilih, para manjer harus membuat rencana-rencana untuk
mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin dijumpai dalam
penerapan keputusan. Implementasi keputusan menyangkut lebih dari sekedar pemberian perintah. Manajer harus menetapkan anggaran
atau skedul kegiatan, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya-sumber daya
yang diperlukan, serta menugaskan tanggungn jawab dan wewenang pelaksanaan
tugas-tugas tertentu. Dalam hal ini, manajer perlu memperhatikan berbagai
resiko dan ketidakpastian sebagai kosekuensi dibuatnya suatu keputusan. Dengan
mengambil langkah tersebut, manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan terjadi.
Disamping
iu, pada tahap implementasi keputusan, manajer juga perlu menetapkan prosedur
laporan kemajuan periodic dan mempersiapkan tindakan korelatif bila masalah
baru muncul dalam pelaksanan keputusan, serta merancang sistem peringatan dini
( early warning system ) untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Tahap
7 : Evaluasi hasil-hasil keputusan terus menerus.
Implementasi
keputusan harus dimonitor terus menerus. Manajer harus mengevaluasi apakah
implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang
diinginkan. Pembuatan keputusan adalah suatu proses yang bersifat kontinyu bagi
manajer dan merupakan tantangan yang
harus selalu dihadapinya.
2.3 Model pengambilan keputusan
A.
Model yang ideal dan rasional
Model
klasik (classical model) dalam pengambilan keputusan didasarkan pada asumsi
ekonomi rasional dan keyakinan manajer tentang seperti apakah seharusnya
pengambilan keputusan yang ideal itu. Model klasik ini telah muncul dalam
literatur manajemen karena manajer diharapkan untuk mengambil keputusan yang
pantas secara ekonomi dan demi kepentingan ekonomi perusahaan. empat asumsi
yang menggaris bawahi model ini adalah sebagai berikut.
Pengambil
keputusan bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang sudah diketahui dan
disepakati. Masalah-masalah harus dirumuskan dan ditentukan dengan tepat.
Pengambil
keputusan bekerja keras dalam kondisi ketidakpastian, dengan mengumpulkan
informasi yang lengkap. Semua alternatif dan hasil yang mungkin didapatkan
harus diperhitungkan.
Kriteria
untuk mengevaluasi pilihan alternatif harus diketahui. Pengambilan keputusan
memilih alternatif yang akan memaksimalkan laba bagi organisasi.
Pengambil
keputusan adalah orang yang rasional dan menggunakan logika untuk menetapkan
nilai-nilai, membuat pilihan, mengevaluasi alternatif, dan mengambil keputusan
yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan organisasi.
Model
klasik dalam mengambil keputusan dianggap sebagai model yang normatif, yang
berarti bahwa model ini menentukan bagaimana seorang pengambil keputusan
seharusnya mengambil keputusan. Model ini tidak benar-benar menggambarkan
bagaimana cara manejer mengambil keputusan, seperti dengan memberikan panduan
dalam mendapatkan keluaran yang ideal bagi perusahaan. pendekatan yang ideal
dan rasional yang ada dalam model klasik ini sering kali tidak mampu dilakukan
oleh orang-orang di organisasi, tetapi model ini memiliki nilai karena model
ini membantu pengambil keputusan untuk lebih rasional dan tidak sepenuhnya
mengandalkan pilihan pribadi dalam mengambil keputusan.
Model
klasik ini paling berguna jika diterapkan untuk keputusan terprogram dan untuk
keputusan-keputusan dengan kepastian dan risiko yang jelas di mana terdapat
informasi yang berhubungan dan kemungkinan-kemungkinan pun dapat
diperhitungkan. Misalnya, peogram peranti lunak analisis yang baru
mengotomatiskan banyak keputusan yang terprogram, seperti membekukan rekening
pelanggan yang gagal melakukan pembayaran, menentukan rencana jasa telepon
genggam yang lebih cocok bagi pelanggan-pelanggan tertentu, atau mengatur klaim
asuransi sehingga kasus-kasus akan lebih mudah ditangani. Perusahaan
penerbangan mengguanakan sistem yang diotomatisasi untuk mengoptimalkan
penetapan harga kursi, jadwal terbang, dan keputusan kru. Perusahaan pedagang
seperti Home Depot dan Gap menggunakan program peranti lunak untuk menganalisis
penjualan dan memutuskan kapan, di mana, dan berapa banyak harga harus turun.
Banyak perusahaan menggunakan sistem-sistem yang dapat menangkap informasi tentang
pelanggan untuk membantu manajer mengevaluasi risiko-risiko dan membuat
keputusan kredit.
Pertumbuhan
teknik pengambilan keputusan kuantitatif dengan bantuan komputer telah
menyebarkan penggunaan pendekatan klasik. Teknik kuantitatif terdiri dari pohon
keputusan, matrix hasil, analisis keadaan impas, pemrograman linear, taksiran
dan model penelitian operasional.
B.
Model Administratif
digunakan
dalam pengambilan keputusan, yang disebut sebagai model administratif
(administrative model) dianggap bersifat deskriptif (descriptive), yang artinya
model ini menggambarkan bagaimana manajer benar-benar melakukan pengambilan
keputusan dalam situasi yang kompleks, dan bukannya mendikte bagaimana manajer
seharusnya mengambil sebuah keputusanbedasarkan teori ideal. Model
administratif mengenali keterbatasan yang dimiliki manusia dan lingkungan yang
mempengaruhi tingkat rasionalitas manajer dalam proses pengambilan
keputusan.dalam situasi yang sulit, seperti situasi yang dicirikan oleh
pengambilan keputusan yang tidak terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas,
manajer biasanya tidak mampu membuat keputusan rasional secara ekonomi bahkan
jika sebenarnya ia menginginkan.
Rasionalitas
yang terbatas dan pemuasan model administratif dalam pengambilan keputusan
didasarkan pada karya Habert A. Simon. Simon mengajukan dua konsep yang dapat
berperan dalam membentuk model administreatif: rasionalitas yang terbatas dan
pemuasan. Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) berarti bahwa
manusia memiliki keterbatasan, atau batas-batas, dalam kemampuannya untuk
berfikir rasional. Organisasi adalah hal yang benar-benar kompleks, dan manajer
memiliki waktu dan kemampuan untuk memproses informasi dalam jumlah yang
terbatas yaang akan digunakannya dalam membuat keputusan. Dikarenakan manajer
tidak mempunyai waktu dan kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang
lengkap tentang sebuah keputusan yang kompleks, merekapun harus melakukan
pemuasan. Pemuasan (satisficing) berarti bahwa seseorang pengambil keputusan
memilih alternatif solusi pertama yang dapat memuaskan kriteria minimal dalam
membuat seebuah keputusan yang baik. Daripada mengejar semua alternatif untuk
mendapatkan sebuah solusi yang akan memaksimalkan kaba ekonomi, manajer akan
memilih solusi pertama yang sekiranya akan memecahkan persoalah, bahkan jika
solusi yang lebih baik bisa saja akan ada nanti. Seorang pengambil keputusan
tidak membenarkan waktu dan biaya dalam mendapatkan informasi yang lengkap.
Manajer
terkadang menghasilkan alternatif untuk menyelesaikan masalah yang kompeks
hanya hingga ia menemukan satu keputusan yang mereka pikir akan berhasil.
Misalna, beberapa tahun yang lalu William Smithburg, yang dulunya adalah CEO
Quaker, berusaha menghalangi percobaan pengambil alihan tetapi ia memiliki
pilihan yang terbatas. Ia pumelakukan pemuasan dengan membuat keputusan yang
cepat untuk mendapatkan Snapple, dengan berfikir bahwa ia akan menggunakan
utang yang didapatkan dengan kesepakatan untuk menghalang-halangi sebuah
pengambil alihan. Akuisisi ini memiliki potrensi untuk menyelesaikan masalah
dangan cepat; karenanya, Smithburg tidak lagi mencari alternatif yang mungkin
saja bisa lebih baik.
Model
administratif mengandalkan asumsi yang berada dari asumsi-asumsi pada model
klasik dan model administratif ini berfokus pada faktor-faktor di organisasi
yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan individu. Menurut model
administratif:
Tujuan-tujuan
dari pengambilan keputusan sering kali tidak jelas, bertentangan, dan kurang
adanya konsensus di antara para manajer.
Prosedur
rasional tidak selalu digunakan, dan ketika prosedur rasional digunakan,
prosedur ini dibatasi hingga menjadi sebuah cara sederhana dalam memandang
masalah yang tidak menangkap kompleksitas dari hal-hal yang sebenarnya terjadi
dalam organisasi.
Pencarian
untuk menemukan alternatif yang dilakukan oleh manajer bersifat terbatas karena
manusia, informasi, dan sumber daya pun bersifat terbatas.
Sebagian
besar manajer akhirnya melakukan pemuasan daripada mencari solusi yang paling
baik, sebagian karena manajer-manajer tersebut memiliki keterbatasan informasi
dan sebagian lagi karena memiliki kriteria yang tidak jelas untuk mencari
solusi yang paling baik.
Instuisi
apakah aspek lainnya dari pengambilan keputusan dengan model administratif
adalah instuisi. Instuisi (instuition) adalah pemahaman yang cepat terhadap
situasi genting berdasarkan pengalaman di masa lalu tetapi tanpa pemikiran yang
sadar. Pengambilan keputusan yang berdasarkan instuisi tidaklah sewenang-wenang
atau tidak rasional karena didasarkan pada pengalaaman aktif selama
bertahun-tahun yang memungkinkan manajer untuk menemukan solusi dengan cepat
tanpa harus melalui proses perhitungan dengan seksama. Dalam lingkungan usaha
yang serba cepat kini, instuisi memerankan peran yang makin penting dalam
pengambilan keputusan. Sebuah survei yang dilakukan terhadap manajer-manajer
oleh Christian dan Timbers menemukan bahwa hampir setengah dari para eksekutif
mengatakan bahwa mereka lebih mengandalkan instuisi daripada analisis rassional
dalam menjalankan perusahaan.
Ahli
psikologi dan neurosains telah meneliti bagaimaana seseorang membuaat sebuah
keputusan yang baik denan menggunakan instuisinya di bawah tekanan waktu dan ketidakpastian
yang ekstrim. Pengambilan keputusn yang baik berdasarkan dengan instuisi
berdasrkan pada kemampuan mengenali pola dengan cepat. Ketika seseorang
memiliki pengalaman atau pengetahuanyang mendalam akan suatu hal, keputusan
yang benar sering kali dapat dibuat dengan cepat dan mudah sebagai penangkapan
informasi yang sebagian besar telah dilupakanoleh otak sadar kita. Misalnya,
para pemadam kebakaaran mengambil keputusan dengan mengenali apa yang biasa dan
tidak biasa dari kebakaran yang mereka hadapi, berdasarkan padaa pengalaman
mereka. Begitupun juga, dalam dunia bisnis, manajer terus-menerus menerima dan
memproses informasi yang mungkin saja tidak didasarinya, dan dasar pengetahuan
dan pengalamannya membantunya membuat keputusan yang mungkin berasal dalam
situasi yang tidak pasti dan ambigu.
Namun,
keputusan yang diambil berdasarkan instuisi tidak selalu berhasil, manajer
harus berhati-hati untuk menggunakan instuisi di dalam keadaan yang tepat
dengan cara yang benar, dan bukannya menganggap instuisi sebagai cara ajaib
untuk membuat sebuah keputusan yang penting. Manajer mungkin akan dapat
baik-baik saja jika berjalan di antara dua ekstrim ini: di dua sisi, membuat
keputusan yang sewenang-wenang tanpa pemikiran yang hati-hati; disisi lain,
mengandalkan analisis yang berdasarkan rasio. Keduanya tidak lebih baik satu
sama lain, dan manajer harus memilih pendekatan dengan seimbang dengan
menganggap rasionalitas dan instuisi sebagai komponen yang penting dari
pengambilan keputusan yang efektif.
C.
Model Politik
Model
pengambilan keputusan yang ketiga ini sangatlah berguna dalam membuat keputusan
yang tidak terprogram ketika situasinya tidak jelas, informasinya terbatas, dan
adanya konflik antara manajer dengan tujuan yang akan dicapai atau tindakan apa
yang dilakukan. Sebagian besar keputusan dalam organisasi melibatkan banyak
manaajer yang mengejar tujuan-tujuan yang berbeda, dan para manajer tersebut
harus berbisara satu sama lain untuk membagi informasi dan sampai pada
kesepakatan. Manajer-manajer sering kali terlibat dalam pembangunan koalisi
dalam membuat keutusan organisasi yang kompleks. Sebuah koalisi (coalition)
adalah sebuah aliansi tidak resmi diantara manajer-manajer yang mendukung
sebuah tujuan tertentu. Pembangunan koalisi adalah proses pembentukan aliansi
diantara manajer-manajer. Dengan perkataan lain, seorang manajer yang mendukung
sebuah alternatif, seperti meningkatkan pertumbuhan perusahaan dengan
mengakuisisis perusahaan lainnya, menyampaikan secara informal kepada para
eksekutif lain dan mencoba untuk membujuk mereka untuk mendukung juga keputusan
tersebut. Tanpa sebuah koalisi, seseorang atau sebuah kelompok yang kuat pun
juga dapat gagal dalam mengambil keputusan. Pembangunan koalisi memberikan
kesempatan bagi manajer-manajer untuk berkontribusi dalam mengambil keputusan,
dengan meningkatkan komitmen mereka pada alternatif akhir yang mereka pilih.
Model
politik sangatlah mewakili lingkungan politik yang asli dimana sebagiaan besar
manaajer dan para pengambil keputusan bekerja. Misalnya, interview-interview
yang dilakukan terhadap CEO-CEO di indudtri teknologi tinggi mengungkapkan
bahwa para CEO tersebut berusaha keras menggunakan beberapa jenis proses
rasional dalam mengambil keputusan, tetapi cara mereka sebenarnya memutuskan
segala hal adalah dengan melalui interaksi yang kompleks dengan
manajer-manajer, bawahan, faktor-faktor lingkungan dan hal-hal yang terjadi di
organisasi lainnya. keputusan adalah suatu yang kompleks dan melibatkan banyak
orang, informasi sering kali ambigu, dan ketidaksepakatan serta konflik di
setiap masalah dan juga solusi adalah hal yang biasa ada. model politik dimulai
dengan empat adumsi dasar:
Organisasi
terdiri dari kelompok-kelompok dengan kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai yang
beragam. Para manajer biasanya tidak sepakat daalam menentukan prioritas
masalah dan mungkin tidak mengerti atau tidak memiliki tujuan dan kepentingan
yang sama dengan sesama manajer lainnya.
Informasi
sering kali ambigu dan tidak lengkap. Usaha untuk mengambil keputusan dengan
rasional dibatasi oleh kompleksitas banyak hal dan juga batasan-batasan yang datang
dari diri sendiri ataupun organisasi.
Para
manajer tidak memiliki waktu, sumber daya, atau kapasitas mental untuk
mengenali semua dimensi masalah dan memproses semua informasi yang
relevan. Manajer saling berbincang satu
sama lain dan bertukar pikiran guna mengumpulkan informasi yang mengurangi
ambiguitas.
Manajer
terlibat dalam perdebatan untuk memutuskan tjuan-tujuan dan mendiskusikan
alternatif-alternatifnya. Keputusan adalah hasil dari tawar-menawar dan diskusi
di antara anggota-anggota koalisi.
Sebuah
contoh dari model politik adalah ketika kepala eksekutif AOL, Jonathan Miller,
membangun sebuah koalisi untuk mendukaung pembuatan sebuah situs gratis yang
seperti Yahoo. Pendapat-pendapat yang bertentangan untuk menggratiskan AOL
sangatlah kuat bermunculan, tetapi Miller bicara pada eksekutif lainnya dan
membentuk sebuah koalisi yang mendukung idenya sebagii cara terbaik untuk
membuat AOL menjaddi muda kembali setelah mengalami penurunan dalam bisnis
layanan internet. Keputusan ini terbukti menjadi titik balik, dengan sekali
lagi menjadikan AOL kekuatan yang relevan di dunia internet dan memikat
raksasa-raksasa teknologi seperti Google dan Microsoft sebagai rekan potensial.
Penelitian
tentang prosedur dalam mengambil keputusan menemukan bahwa prosedur rasional
dan klasik berhubungan dengan kinerja tinggi bagi organisasi dalam lingkunagan
yang tidak stabil dimana keputusan-keputusan harus dibuat dengan cepat dan di
bawah kondisi yang lebih sulit.
3.4.
Gaya Pengambilan Keputusan
Bagaimanapun,
tidak semua manajer membuat keputusan dengan cara yang sama. Bahkan, perbedaan
yang signifikan membedakan cara-cara yang digunakan manajer dalam melakukan
pendekatan terhadap masalah dan mengambil keputusan terkait masalah tersebut.
Perbedaan ini dapat dijalaskan dengan konsep gaya pengambilan keputusan
(dicision styles). Gaya pribadi pengambialan keputusan mengacu pada perbedaan
diantara orang-orang yang berhubungan dengan cara mereka mengevaluasi masalah,
mengambangkan alternatif-alternatif, dan membuat pilihan. Sebuuah penelitian
telah menemukan empat gaya pengambilan keputusan: directif, analisis,
konseptual, dan behavioral.
Gaya
Directif digunakan oleh orang-orang yang lebih memilih solusi masalah yang
sederhana dan jelas. Manajer yang menggunakan gaya ini sering kali mengambil
keputusan dengan cepat karena ia tidak suka berurusan dengan banyak informasi
dan mungkin hanya mempertimbangkan satu atau dua alternatif. Ia yang
menggunakan gaya direktif biasanya bersifat efisien dan rasional dan memilih
untuk mengandalkan peraturan atau prosedur yang ada dalam mengambil keputusan.
Manajer
dengan gaya analisis senang mempertimbangkan solusi yang kompleks berdasarkan
data sebanyak mungkin yang dapat mereka kumpulkan. Orang-oran seperti ini
mempertimbnagkan alternatif-alternatif dengan hati-hati dan sering kali
mendasarkan keputusannya pada data yang obyektif dan rasional dari sistem
kontrol manajemen serta sumber-sumber. Mereka mencari keputusan terbaik yang
mungkin ada berdasarkan informasi yang tersedia.
Orang-orang
yang cenderung ke arah gaya konseptual juga sering memperhatikan sejumlah besar
informasi. Namun, mereka lebih memilih berorientasi sosial dari pada mereka
yang menyukai gaya analisis. Orang dengan gaya konseptual juga suka berbicara
dengan orang lain tentang permasalahan-permasalahan serta alternatif yang dapat
dicapai untuk memecahkan permasalahan tersebut. Manajer yang menggunakan gaya
konseptual selalu mempertimbangkan alternatif yang banyak, mngandalkan
informasi baik dari orang-orang ataupun sistem, dan senang menyelesaikan
masalah dengan kreatif.
Gaya
perilaku adalah gaya yang digunakan manajer yang memiliki perhatian mendalam
terhadap orang lain sebagai individu. Manajer yang menggunakan gaya senang
berbicara dengan orang lain secara empat mata dan memahami perasaan orang
diajak bicaranya mengenai permasalahan dan dampak dari keputusan yang telah
dibuat keadaan mereka. Orang-orang dengan gaya perilaku biasanya
berhubungandengan perkembangan pribadi orang lain dan dapat dibuat keputusan
yang dapat membantu orang lain mencapai tujuan mereka.
0 komentar:
Post a Comment