A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Menurut Handoko, organisasi
memiliki dua pengertian yang pertama organisasi merupakan lembaga atau kelompok
fungsional seperti organisasi eprusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah
atau suatu perkumpulan olahraga. Sedangkan yang kedua organisasi merupakan
suatu cara dimana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para
anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efisien. Dari
pengertian organisasi tersebut, pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber
daya-sumber daya yang dimilikinya dan lingkungan yang melingkupiya.
Menurut
Swastha, pengorganisasian merupakan usaha untuk menyusun komponen-komponen
pokok (personalia, fungsi dan faktor-faktor fisik) sedemikian rupa, sehingga
dapat dipakai sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
Istilah
pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian. Istilah
tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut :
1.
Cara manajemen merancang
struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya-sumber daya
keuangan, phisik, bahan baku, dan tenanga kerja organisasi.
2.
Bagaimana organisasi
mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, di mana setiap pengelompokkan diiikuti
dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi
anggota-anggota kelompok.
3.
Hubungan-hubungan antara
fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan para karyawan.
4.
Cara dimana para manajer membagi
lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan
mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Pengorganisasian merupakan suatu
proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta
membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar
tujuan organisasi dapat dicapai dengan efesien. Proses pengorganisasi dapat
ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut ini :
1.
Pemerincian seluruh pekerjaan
yang harus dilaksanaan untuk mencapaian tujuan organisasi.
2.
Pembagian beban pekerjaan total
menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang.
Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat
diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien
dan terjadi biaya yang tidak perlu.
3.
Pengadaan dan pengembangan suatu
mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi
kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat
para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan
mengurangi ketidak-efesienan dan
konflik-konflik yang merusak.
Pelaksanaan proses pengorganisasian
yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini
akan tercermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting
organisasi dan proses pengorganisasian, yaitu :
1.
Pembagian kerja
2. Departementalisasi (atau sering disebut disebut dengan istilah departementasi
3.
Bagan organisasi formal
4.
Rantai perintah dan kesatuan
perintah
5.
Tingkat-tingkat hirarki
manajemen
6.
Saluran komuikasi
7.
Penggunaan komite
8.
Rentang manajemen dan
kelompok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.
B. PEMBAGIAN KERJA
Pembagian
kerja merupakan pengelompokan kegiatan atau aktifitas serta tenaga kerja
kedalam bagian-bagian tertentu sesuai dengan kategori yang ditentukan. Tujuan
suatu organisasi memerlukan pembagian kerja adalah terbatasnya kemampuan
individu-individu dalam malakukan berbagai kegiatan. Untuk mencapai tujuan di mana
individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri, maka diperlukan pembagian
kerja menjadi beberapa kelompok di dalam organisasi. Sebagai contoh, pembagian
kerja dalam team sepak bola : dimana ada manajer tim, kepala pelatih, asisten
pelatih, dokter tim, penjaga gawang, dan pemain lainnya. Penggolongan menjadi
bagian-bagian di dalam organisasi dapat didasarkan pada beberapa faktor sebagai
berikut :
a.
Didasarkan pada suatu angka,
dasar penggolongan angka ini biasanya terdapat dibidang kemiliteran. Misalnya :
Divisi ke- 4 (Kodam IV) Diponegoro, Resimen ke- 72 (Korem 072) Pamungkas dan
sebagainya.
b.
Didasarkan pada waktu, untuk
mengadakan penggelompokan biasanya dipakai dalam pelaksanaan tugas-tugas di
pabrik. Bilamana sebuah perusahaan menjalankan proses produksi secara terus
menerus dapat mengadakan pengelompokan karyawan kedalam beberapa kelompok
kerja. Misalnya : jam kerja karyawan pabrik dalan sehari adalah 8 jam (termasuk
istirahat), maka kelompok kerja pertama mendapat waktu kerja puku 07.00-15.00
sedangkan kelompok kedua memulai kerja pukul 15.00-23.00.
c.
Didasarkan pada fungsi
perusahaan, sebagai contoh kegiatan-kegiatan perusahaan dibagi kedalam tiga
bagian yaitu : Bagian Produksi, Bagian Pemasaran ( termasuk penjualan ) dan
Bagian Keuangan. Dengan demikian, masing-masing karyawan yang berada di bagian
produksi tidak perlu manjalankan aktifitas-aktifitas yang menjadi tanggung
jawab bagian pemasaran dan keuangan begitu juga sebaliknya. Jadi karyawan hanya
bekerja sesuai dengan pembagian yang telah ditentukan perusahaan.
d.
Didasarkan pada luas daerah
operasi, apabila sebuah perusahaan memiliki daerah operasi yang sangat luas,
maka dapat mendirikan cabang-cabang di beberapa daerah. Penggolongan ini juga
dimaksudkan untuk menampung jumlah aktifitas yang terlalu besar. Dengan
demikian cabang perusahaan dapat menempung semua transaksi yang terjadi dan ada
di daerahnya.
e.
Didasarkan pada jenis barang
yang dihasilkan, sebagai contoh perusahaan PT Astra yang menbuat beberapa macam
barang (sepeda motor Honda, mobil Honda Civic dan mesin foto copy Xerox) dapat
menggelompokkan aktifitas dan tenaga kerjanya menurut macam barangnya karena
masing-masing jenis barang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Selain
itu, juga memerlukan kemampuan dan ketrampilan yang berbeda-beda dari setiap
barang yang dihasilkan..
f.
Didasarkan pada jenis langganan,
pada seatu perusahaan biasanya meliki berbagai langganan seperti konsumen rumah
tangga, pedagang, pemerintah, dan/atau perusahaan lain. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan seperti promosi akan berbeda-beda untuk masing-masing jenis
langganan. Tidak selalu setiap perusahaan memiliki jenis pelanggan yang sama
mungkin perusahaan hanya memiliki pelanggan konsumen rumah tangga dan pedagang
sedangkan perusahaan yang lain hanya memiliki pelanggan pemerintah. Dengan
demikian, dapatlah diadakan penggolongan karyawan beserta aktifitasnya menurut
jenis langganan perusahaan.
C. DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi
adalah proses pengelompokan dan penanaman bagian atau kelompok pekerjaan
menurut kriteria tertentu.
Bentuk-bentuk
Departementalisasi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi: pemasaran,
akuntansi, produksi, atau keuangan.
2. Produk atau jasa: divisi mesin cuci, lemari es,
televisi atau radio.
3. Wilayah: divisi DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, atau Indonesia Timur dan Operasi internasional.
4. Langganan: penjualan industri,
pedagang eceran, pemerintah, militer atau konsumen.
5. Proses atau peralatan: departemen pemotongan,
kelompok perakitan, bagian pembungkusan atau bagian finishing.
6. Waktu: kelompok kerja bisa
dibagi menjadi shift pertama, shift kedua dan shift ketiga.
7. Pelayanan: bisa mencerminkan
kelas bisnis, kelas ekonomi, dan kelas turis dalam pelayanan di pesawat
terbang.
8. Alpha-numerical: bisa digunakan pada
pelayanan telepon dimana, missal, nomor 00000 – 50.000 ditempatkan dalam satu
departemen dan nomor 50.001 – 99.999 dalam departemen lain.
9. Proyek dan matriks: digunakan oleh
perusahaan-perusahaan kontruksi dengan teknologi tinggi, perusahaan konsultan
atau orientasi – energi.
1. Departementalisasi Fungsional
Departementalisasi fungsional mengelompokkan
fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan sejenis untuk membentuk suatu
satuan organisasi. Semua individu-individu yang melaksanakan fungsi yang sama
dikelompokkan bersama, seperti seluruh personalia penjualan, akuntansi,
programmer komputer, dan sebagainya.
Organisasi ini barangkali merupakan bentuk yang paling
umum dan bentuk dasar departementalisasi.
Kebaikan
pendekatan fungsional
Kebaikan utama dari pendekatan fungsional adalah bahwa
pendekatan fungsional ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama,
menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan
memungkinkan pengawasan manajemen puncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
Kelemahan
pendekatan fungsional
Bagaimanapun
juga, disamping mempunyai kelebihan, pendekatan fungsional juga mempunyai
kelemahan. Struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi,
menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan, memberikan
tanggapan lebih lambat terhadap perubahan, hanya memusatkan pada kepentingan
tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta
kurang inovatif.
2. Departementalisasi Divisional
Banyak perusahaan besar, dengan banyak jenis produk, diorganisasikan
menurut struktur organisasi divisional.
Organisasi
divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah
(geografis), langganan dan proses atau peralatan.
Struktur
organisasi divisional atas dasar produk
Setiap
departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang
berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logic yang dapat
diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan
metode-metode pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam
organisasi.
Struktur
organisasi divisional atas dasar wilayah
Departementalisasi
wilayah, kadang-kadang juga disebut departementalisasi daerah, regional atau
geografis, adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan menurut tempat di mana operasi
berlokasi atau di mana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Faktor-faktor lokasi yang terutama menjadi pertimbangan adalah sumber bahan
mentah, pasar dan tenaga kerja.
Struktur
organisasi divisional atas dasar langganan
Departementalisasi
langganan adalah pengelompokan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada
pengguanan produk atau jasa tertentu. Pembentukan divisi atas dasar langganan
ini terutama digunakan daalm pengelompokan kegiatan-kegiatan penjualan atau
pelayanan, dan diperlukan bila suatu divisi menjual sebagian besar atau semua
produknya kepada suatu kelas langganan tertentu.
Struktur
organisasi divisional atas dasar proses atau peralatan
Departementalisasi proses atau peralatan adalah pengelompokan
kegiatan-kegiatan atas dasar proses atau peralatan produksi. Tipe
departementalisasi ini mempunyai kegunaan bila mesin-mesin atau
peralatan-peralatan yang digunakan memerlukan ketrampilan-ketrampilan
pengoperasian khusus atau akan lebih ekonomis bila kapasitas digunakan
sepenuhnya.
Kebaikan
struktur divisional
Organisasi atas dasar divisi mempunyai beberapa
kebaikan. Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat diperinci
sebagai berikut:
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang
yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan
implementasi strategi dekat dengan limgkungan divisi yang khas.
3. Merumuskan tanggung jawab secara
jelas dan memusatkan perhatian pada pertanggung jawaban atas prestasi kerja.
Kelemahan
struktur divisional
Disamping
mempunyai kelebihan, struktur divisional juga mempunyai kelemahan.
Kelemahan-kelemahan struktur divisional adalah sebagai berikut:
1. Menyebabkan berkembangnya persaingan
“dysfunctional” potensial antar sunmber daya- sumber daya perusahaan dan konflik
antara tugas-tugas dan prioritas-prioritas.
2. Masalah seberapa besar delegasi
wewenang yang diberikan kepada manajer-manajer divisi.
3. Masalah kebijaksanaan dalam alokasi
sumber daya dan distribusi biaya-biaya overhead perusahaan.
Struktur
organisasi matriks
Departementalisasi
matriks adalah sama dengan departementalisasi proyek dengan satu perbedaan
pokok. Dalam struktur matriks, para karyawan mempunyai dua atasan sehingga
mereka berada di bawah dua wewenang. Sehingga beberapa anggota organisasi memberikan
laporan kepada dua atasan, bukannya satu atasan seperti bentuk yang
tradisional.
Karena
struktur ini dirancang untuk menangani masalah atau proyek khusus, maka
pengidentifikasian proyek seperti itu perlu diikuti dengan pemilihan sebuah tim
yang anggota-anggotanya mempunyai keahlian yang diperlukan.
Davis dan
Lawrence menguraikan empat tahap perkembangan matriks, yaitu sebagai berikut:
a. Tahap I piramid tradisional
b. Tahap II hamparan sementara
c. Tahap III hamparan tetap
d. Tahap IV suatu matriks dewasa
Sedikit organisasi yang dapat membuat perubahan
seketika dan efektif dari organisasi fungsional atau divisional menjadi
struktur matriks yang sepenuhnya berfungsi.
Organisasi matriks dapat menampung berbagai macam dan
perubahan proyek atau produk/pasar/teknologi. Organisasi matriks menyediakan
suatu hirarki yang dapat memberikan tanggapan secara cepat terhadap
perubahan-perubahan lingkungan, terutama dalam teknologi.
Kebaikan
organisasi matrik
Beberapa
kebaikan dari organisasi matriks adalah sebagai berikut:
1. Memaksimumkan efisiensi penggunaan
manajer-manajer fungsional.
2. Mengembangkan
ketrampilan-ketrampilan karyawan dan merupakan tempat latihan yang baik bagai
manajer-manajer strategik.
3. Melibatkan, memotivasi dan menantang
karyawan serta memperluas pandangan manajemen menengah trehadap masalah-masalah
strategic perusahaan.
Kelemahan
organisasi matriks
Beberapa
kelemahan dari organisasi matriks adalah sebagai berikut:
1. Pertanggung jawaban ganda dapat
menciptakan, kebingungan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang kontradiktif.
2. Sangat memerlukan koordinasi
horizontal dan vertikal.
3. Memerlukan lebih banyak
ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
D. Delegasi Wewenang
Menurut Handoko, delegasi dapat
didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sedangkan delegasi wewenang
adalah proses dimana para manejer mengalokasikan wewenang ke bawahan kepada
orang-orang yang melapor kepadanya.
Dalam proses delegasi terdapat
empat kegiatan yang penting untuk tercapainya tujuan dari delegasi:
a.
Pihak yang memberi delegasi
harus memberi dan menentukan tugas serta tujuan yang jelas kepada bawahan.
b.
Pihak yang memberi delegasi
melimpahkan wewenang yang sesuai untuk menjalankan tugas dan mewujudkan tujuan
yang telah ditetapkan.
c.
Secara tersirat maupun tersurat
pihak yang menerima delegasi mempunyai tanggung jawab dan kewajiban atas
wewenang yang didapatkannya.
d.
Pihak yang menerima delegasi
wajib melaporkan kepada pendelegasi atas hasil yang telah dicapainya selama memegang
pelimpahan wewenang.
Sedangkan menurut Wursanto, dalam ilmu manejemen atau dalam ilmu
organisasi yang dimaksud mendelegasikan memberi sebagian dari kekuasaan yang
dimiliki oleh seseorang atasan kepada bawahannya atau pejabat lain untuk melakukan
suatu tindakan dan pemberian kekuasaan itu diikuti dengan suatu
pertanggungjawaban. Atas dasar pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pelimpahan belum tentu mengalir dari seorang atasan kepada bawahan,
tetapi dapat juga terjadi dari seorang atasan kepada pejabat yang setingkat.
Pelimpahan wewenang harus diimbangai dengan pertanggungjawaban oleh pihak yang
diberi kepercayaan atas wewenang yang dilimpahkan kepadanya. Yang dimaksud
dengan pertanggungjawab adalah kewajiban moril dan kewajiban hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma yang
telah ditetapkan oleh organisasi. Jika
pertanggungjawab tidak dilakukan maka akan terjadi penyelewengan kekuasaan.
Menurut Wursanto,
dalam sebuah organisasi delegasi wewenang perlu dilakukan karena beberapa
alasan sebagai berikut :
a.
Delegasi wewenang berperan
penting dalam upaya pengembangan sebuah organisasi agar mampu menyesuaikan
dengan perubahan dari dalam dan luar organisasi.
b.
Meningkatkan efisiensi dan
efektifitas kerja dalam usaha mewujudkan tujuan organisasi yang telah
ditentukan.
c.
Kemampuan seorang pemimpin
terbatas baik masalah waktu, pengetahuan, pegalaman maupun kondisi
fisik/kesehatan sehingga sebagian kekuasaan atau wewenang perluh dilimpahkan
kepada orang lainuntuk mengantikan perannya agar kegiatan organisasi tetep
berjalan.
d.
Meringankan beban pemimpin dalam
menangani kegiatan organisasi yang begitu banyak yang tidak dapat diatas sediri
secara sekaligus.
Pendelegasian wewenang dilakukan
oleh pimpinan bukan karena alasan, hal ini dilakukan karena beberapa sebab
diantaranya adalah pendelegasian dapat memungkinkan meningkatkan hasil kinerja
suatu organisasi yang tidak dapat dilakukan oleh seorang pemimpin saja. Dengan pendelegasian wewenang dari atasan ke
bawahan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam kegiatan organisasi.
Delegasi juga dapat digunakan sebagai sarana/media bagi bawahan untuk tumbuh
dan berkembang .Selain itu, pendelegasian juga dapat memusatkan perhatiannya
pimpinan kepada urusan yang lebih penting dalam kegiatan organisasi. Delegasi
dibutuhkan karena pimpinan memiliki keterbatasan dalam hal waktu, pengetahuan
serta pengalaman dalam mengambil keputusan untuk menangani berbagai
permasalahan yang timbul dari proses kegiatan organisasi. Sehingga, agar
organisasi dapat mengunakan sumber daya-sumber dayanya secara efektif dan
efisien .
Pedoman Klasik untuk
Delegasi Efektif
Menurut
Stoner, prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang
efektif adalah :
1.
Prinsip
skalar, artinya dalam proses pendelegasiaan harus ada garis wewenang yang jelas
mengalir setingkat demi setingkat dari tingkataan organisasi paling atas
ketingkat paling bawah. Garis wewenang yang jelas akan mempermudah bagi setiap
anggota organisasi untuk mengetahui. Kepada siapa dia dapat mendelagasikan
wewenang, dari siapa dia akan menerima delegasi dan kepada siapa dia harus
memberi pertanggung jawaban. Dalam proses pembuatan baris wewenang dibutuhkan
delegasi penuh, yang berarti bahwa semua tugas organisasi yang diperlukan harus
dibagi habis. Proses ini untuk menghindari terjadinya berbagai persoalan
seperti : gaps, yaitu tugas-tugas
yang tidak ada penanggung jawabnya, overlaps yaitu tanggung jawab atau tugas yang sama
yang diberikan lebih dari satu orang individu dan splits yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada
lebih dari satu organisasi. Bila hal-hal di atas terjadi maka proses
pendelegasian wewenang tidak akan mencapai tujuan yang ditentukan.
2.
Prinsip kesatuan perintah,
artinya menyatakan bahwa setiap bawahan dalam organisasi seharusnya melapor
hanya kepada seorang atasan. Pelaporan kepada lebih dari satu atasan membuat
individu kesulitan untuk mengetahui kepada siapa pertanggung jawaban diberikan
dan instruksi mana yang harus diikuti. Disamping itu, bawahan dapat menghindari
tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan.
3.
Tanggung jawab, wewenang dan
akauntabilitas. Agar organisasi dapat menggunakan sumber daya-sumber dayanya
dengan lebih efisien, tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu diberikan ke
tingkat organisasi yang paling bawah dimana ada cukup kemampuan dan informasi
untuk menyelesaikannya. Konsekuensi wajar peranan tersebut adalah bahwa setiap
individu dalam organisasi untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya
dengan efektif, dia harus diberi wewenang yang secukupnya. Bagian terpenting
dari delegasi tanggung jawab dan wewenang adalah akauntabilitas penerimaan
tanggung jawab dan wewenang berarti individu menerima tuntutan pertanggung jawaban
pelaksanaan tugas.
Menurut Handoko ada beberapa hal yang menyebabkan
pendelegsian wewenang mengalami kegagalan di antaranya adalah :
a.
Manejer merasa lebih bila
merekanmereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.
b.
Manejer tidak bersedia menghadapi
resiko bahwa bawahan akan melaksanakan wewenangnya dengan salah atau gagal.
c.
Manejer tidak atau kurang
memiliki kepercayaan akan kemampuan bawahannya.
d.
Manejer merasa bahwa bawahan
lebih senang tidk mempunyai hak pembuatan keputusan yang luas.
e.
Manejer tkut bahwa bawahan akan
melaksanakan tugasnya dengan efektif sehingga posisinya sendiri terancam.
f.
Manejer tidak mempunyai
kemampuan manejerial untuk mendelegasikan tugasnya.
Penanggulangan Hambatan-hambatan Delegasi
Agar
proses delegasi berjalan dengan efektif dan efisien maka deperlukan beberapa
upaya untuk mengatasi dan menanggulangi hambataan-hambatan di atas. Persyaratan
utama untuk membuat proses delegasi weweang dapat berjalan dengan lancar adalah
kesedian manejer untuk memberikan kepada bawahan kebebasan yang sesungguhnya
untuk melaksanakan tugas yang dilaksanakan kepadanya. Manejer harus bersedian
menerima perbedaab cara permecahan yang digunakan bawahan untuk menyelesaikan
masalah dan harus bersedia menanggung resiko yang akan terjadi bila bawahan tidak
dapat menyelesaikan tugasnya dengan benar. Dan mereka perlu diberi arahan dan
kebebasan untuk berfikir kreatif dalam menangani suatu masalah agar mereka
mampu belajar dari kesalahan yang telah diperbuatnya. Pengembangan komunikasi
diantara atasan dan bawahan akan meningkatkan rasa saling pengertian dan
membuat delegasi dapat berjalan efektif. Manejer yang mengetahui kemampuan
bawahannya dapat lebih realistis dalam menentukam tugas-tugas yang akan
didelegasikan kepada bawahannya yang telah dipercaya.
Menurut Louis Allen (Handoko;228), beberapa teknik
khusus untuk membantu manejer melakukan delegasi yang efektif sebagai berikut :
1.
Tetapkan tujuan, bawahan harus
diberitahu maksud dan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan kepada mereka.
2.
Tegaskan tanggungjawab dan
wewenang. Bawahan harus dibeitahu informasi yang jelas tentant apa yang harus
mereka pertanggung jawabkan dan dari bagian sumber daya-sumber daya organisasi
mana yang ditempatkan dibawah wewenangnya.
3.
Berikan motifasi kepada bawahan.
Manejer dapat mendorong bawahan melalui perhatian kepada tujuan dan kebutuhan
yang sensitif.
4.
Meminta penyelesaian kerja.
Manejer memberikan pedoman, bantuan dan informasi kepada bawahan, sedangkan
para bawahan harus melaksanakan pekerjaan sesungguhnya yang telah didelegasikan.
5.
Berikan latihan. Manejer perlu
mengarahkan bawahan untuk mengembangkan pelaksanaan kerjanya.
6.
Adakan pengawasan yang memadai.
Sistem pengawasan yang terpercaya dibuat agar manejer tidak perlu menghabiskan
waktunya dengan memeriksa pekerjaan bawahan secara terus menerus.
E.
KOMUNIKASI
Menurut Wexley and Yulk,
komunikasi merupakan pengiriman
informasi antara dua orang atau lebih.
Menurut Mc. Farland, komunikasi
adalah interaksi atau proses hubungan saling pengertian antar manusia.
Menurut Elliot Jaques,
komunikasi adalah penyampaian berbagai
macam perasaan, sikap, dan kehendak baik secara langsung maupun tidak langsung,
baik secara sadar maupun tidka sadar.
Dari berbagai definisi dapat di ambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak kepada lain pihak untuk
mendapatkan saling pengertian. Dari definisi tersebut terkandung dua
pengertian, yaitu proses dan informasi. Proses merupakan suatu rangkaian dari
langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui dalam usaha pencapaian
suatu tujuan. Tahap-tahap proses komunikasi yaitu tahap penciptaan gagasan
(tahap ideasi), tahap penyusunan gagasan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda
sandi (tahap encoding), tahap pengiriman (transmitting), tahap penerimaan, tahap
menginterpretasikan gagasan atau pesan yang diterima, tahap pemberiaan
tanggapan.
Sedangkan yang dimaksud dengan informasi atau keterangan adalah segenap
rangkaian perkataan, kalimat, gambar, kode atau tanda tertulis lainnya yang
mengandung pengertian, buah pikiran atau pengetahuan apapun yang dapat
dipergunakan oleh setiap orang yang mempergunakannya untuk melakukan
tindakan-tindakan yang benarr, baik dan tepat.
Unsur-Unsur Komunikasi
Komunikasi mengandung
lima unsur, yaitu:
1.
Komunikator.
2.
Menyampikan berita.
3.
Berita-berita yang disampaikan.
4.
Komunikan.
5.
Tanggapan atau reaksi.
Dari kelima unsur komunikasi tersebut, merupakan kesatuan yang utuh dan
bulat, dalam arti apabila salah satu unsur tidak terpenuhi, maka komunikasi
tidak akan terjadi.
Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi
Komukasi dalam suatu organisasi adalah proses penyampian informasi,
ide-ide, diantara para anggota organisaasi secara timbal balik dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi dalam organisasi pada
dasarnya merupakan suatu kegiatan intern dalam organisasi. Semua masalah yang
timbul dalam organisasi akan dapat diatasi apabila komunikasi yang berlangsung
dapat berjalan dengan baik dan arus informasi tidak menghadapi hambatan.
Keuntungan komunikasi
dalam organisasi :
1.
Menimbulkan rasa kesetiakawanan
dan loyalitas.
2.
Meningkatkan semangaat kerja
para pegawai.
3.
Meningkatkan moral dan disiplin
para pegawai.
4.
Semua jajaran pimpinan dapat
mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya sehingga akan berlangsung
pengendalian operasional efisien.
5.
Semua pegawai dapat mengetahui
kebijaksanaan, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, yang telah ditetapkan
oleh pimpinan organisasi.
6.
Semua informasi,
keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh para pegawai dpat dengan cepat dan
tepat diperoleh.
7.
Meningkatkan rasa tanggung jawab
semua pegawai.
8.
Menimbulkan rasa saling
pengertian diantara pegawai.
9.
Meningkatkan kerja sama antara
pegawai.
10.
Meningkatkan semangat korp atau
esprit de corp dikalangan para pegawai.
Klasifikasi dan Media Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam
tergantung dari segi peninjauannya.
1.
Dari segi sifatnya, dibedakan
menjadi :
a.
Komunikasi lisan
b.
Komunikasi tertulis
c.
Komunikasi verbal
d.
Komunikasi non verbal
2.
Dari segi arahnya, dibedakan
menjadi :
a.
Komunikasi keatas
b.
Komunikasi kebawah
c.
Komunikasi diagoanal keatas
d.
Komunikasi diagonal kebawah
e.
Komunikasi horisontal
f.
Komunikasi satu arah
g.
Komunikasi dua arah
3.
Dari segi lawannya, dibedakan
menjadi :
a.
Komunikasi satu lawan satu
b.
Komunikasi satu lawan kelompok
c.
Komunikasi kelompok lawan satu
d.
Komunikasi kelompok lawan
kelompok
4.
Menurut keresmiannya, dibedakan
menjadi :
a.
Komunikasi formal
b.
Komunikasi informal
Sasaran dan Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
Yang diatas sasaran dan hambatan komunkasi dalam organisasi adalah berbagai
hasil yang ingin dicapai dalam proses komunikasi. Hasil yang ingin diperoleh
dalam proses komunikasi tergantung dari arah komunikasi dalam organisasi
tersebut. Untuk mencapai sasaran, komunikasi sering mengahadapi berbagai macam
hambatan. Hambatan dalam komunikasi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hambatan teknis, hambatan sematik, hambatan
perilaku.
·
Hambatan yang bersifat teknis
Adalah hambatan yang disebabkan oleh berbagai faktor, sperti :
1.
Kurangnya sarana dan peranan
yang diperlukan dalam proses komunikasi
2.
Penguasaan teknik dan metode
berkomunikasi yang tidak sesuai
3.
Kondisi fisik yang tidak
memungkinkan terjadinya proses komunikasi
·
Hambata Sematik
Adalah hambatan yang disebabkan kesalahan dlam menafsirkan, kesalahan dalam
memberikan pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, kode-kode) yang
dipergunakan dalam proses komunikasi. Kesalahan dalam menangkap pengertian
terhadap bahasa dapat terjadi karena perbedaan latarbelakang pendidikan (
education background ) maupun latarbelakang sosial ( sosisal background ).
Untuk m engatasi hambatan sematik dapat dilakukan dengan mempergunakan
istilah-istilah yang mudah dipahami, kalliimat-kalimat pendek, serta dengan
menyesuaikan latarbelakang dari pihak komunikan.
·
Hambatan Perilaku
Hambatan perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan, adalah hambatan yang
disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari komunikator maupun
komunikan. Hambatan perilaku tampak dalam berbagai bentuk, seperti :
1.
Pandangan yang bersifat apriori
2.
Prasangka yang didasarkan pada
emosi
3.
Suasana otoriter
4.
Ketidakmauan untuk berubah
5.
Sifat yang ego sentris
F. KOORDINASI
Menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan, koordinasi adalah kegiatan
mengarahkan, mengintegrasikan, dan mengkoordinasikan unsure-unsur manajemen
(6M) dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim
dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan
menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya
diantara para anggota itu sendiri.
Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur
untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan
untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang
telah ditentukan.
Pentingnya koordinasi
dalam suatu organisasi, yaitu;
1.
Untuk mencegah terjadinya
kekacauan, percecokan, dan kekembaran atau kekosongan pekerjaan.
2.
Agar orang-orang dan pekerjanya
diselaraskan serta diarahkan untuk pencapaian tujuan perusahaan.
3.
Agar sarana dan prasarana
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
4.
Supaya semua unsure manajemen
(6M) dan pekerjaan masing-masing individu karyawan harus membantu tercapainya
tujuan organisasi.
5.
Supaya semua tugas, kegiatan,
dan pekerjaan teritegrasi kepada sasaran ayng diinginkan.
Tipe-tipa koordinasi;
1.
Koordinasi vertikal adalah
keggiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap
kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada dibawah wewenang dan
tanggung jawabnya.
2.
Koordinasi horizontal adalah
mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan,
pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang
setingkat.
Sifat-sifat Koordinasi;
1.
Koordinasi adalah dinamis bikan
statis.
2.
Koordinasi menekankan pandangan
menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
3.
Koordinasi hanya meninjau suatu
pekerjaan secara keseluruhan.
Asas-asan koordinasi adalah asas
skala (scalar principle = hierarki). Asas hierarki ini bahwa setiap atasan
(koordinator) harus mengkoordinasi bawahannya langsung.
Tujuan koordinasi ;
1.
Untuk mengarahkan dan menyatukan
semua tindakan serta pemikiran ke arah tercapainya sasaran perusahaan.
2.
Untuk menjuruskan keterampilan
spesialis kea rah sasaran perusahaan.
3.
Untuk menghindari kekosongan dan
tumpang-tindih pekerjaan.
4.
Untuk menghindari kekacauan dan
penyimpangan tugas dari sasaran.
5.
Untuk mengintegrasikan tindakan
dan pemanfaatan 6M kea rah sasaran organisasi atau perusahaan.
6.
Untuk menghindari tindakan
overlapping dari sasaran perusahaan.
A.
SYARAT-SYARAT KOORDINASI
1.
Sense of cooperation (perasaan
untuk bekerja sama), ini harus dilihat
dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bikan orang per orang.
2.
Rivalry, dalam
perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antar bagian-bagian,
agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3.
Team spirit,artinya satu sama
lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4.
Esprit de corps, artinya
bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan
yang bersemangat.
Koordinator harus dilakukan oleh
setiap manajer dalam perusahaan, artinya harus dilakukanoleh setiap orang yang
mempunyai bawahan. Koordinasi tidak dapat diperinathkan, dipaksakan, tetapi
akan lebih baik dengan cara persuasive.
B.
CARA-CARA MENGADAKAN KOORDINASI
1.
Memberikan keterangan langsung
dan secar bersahabat.
2.
Mengusahakan agar pengetahuan
dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota, tidak menurut
masing-masing individu anggota dengan tujuannya masing-masing.
3.
Mendorong para anggota untuk
bertukar pikiran, mengemukakan ide,saran-saran, dan lain sebagainya.
4.
Mendorong para anggota untuk
berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.
5.
Membina human relations yang
baik antara sesama karyawan.
6.
Manajer sering melakukan
komunikasi informal dengan para bawahan.
Hubungan koordinasi dengan fungsi-fungsi manajemen ;
·
Perencanaan dan Koordinasi,
artinya semakin baik dan terincinya rencana maka akan semakin mudah melakukan
koordinasi.
·
Pengorganisasian dan Koordinasi,
artinya jika organisasi baik maka pelaksanaan koordinasi akan lebih mudah.
·
Pengarahan dan koordinasi, dengan
menggunakan bermacam-macam variasi dalam intensitas directing force akan
membantu menciptakan koodinasi.
·
Pengisian jabatan dan koordinasi
, artinya jika setiap pejabat sudah ditempatkan sesuai dengan keahliannya maka
koordinasi akan lebih mudah.
·
Pengendalian dan koordinasi,
artinya tindakan-tindakan perbaikan terjadi
karena control membantu dalam mendapatkan koordinasi yang dibutuhkan.
G. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Seperti yang telah
diketahui bahwa informasi adalah data yang telah diolah dan yang penting
artinya untuk pengambilan keputusan. Jadi untuk memperoleh informasi, tindakan
pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi
informasi.
1.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Melalui pengamatan sendiri
secara langsung.
b.
Melalui wawancara.
c.
Melalui perkiraan koresponden
(pembawa berita).
d.
Melalui daftar pertanyaan.
2.
Operasi dan Pengolahan Data
Untuk menyusun data dan mendatangkan hasil yang
berarti, beberapa kombinasi operasi data dasar harus dilaksanakan. Sepuluh
operasi dasar yang menghasilkan keluaran penting dapat dilihat dalam setiap
sitem informasi. Menurut Burch dan Strater kesepuluh operasi data tersebut
adalah capturing, pemeriksaan (verifying), penggolongan (Classifying),
penyusunan atau penyortiran, peringkasan (Summarizing), penghitungan
(Calculating), penyimpanan (Storing), pengambilan kembali (Retrieving),
reproduksi, penyebaran –pengkomunikasian (Disseminating-Communicating).
System
informasi dalam kebanyakan organisasi biasanya terdiri atas berbagai metode
teknologis dan manual. Menurut Burch dan Strater, terdapat empat macam metode
pengolahan data yang penting, yakni;
0 komentar:
Post a Comment