Saturday, March 7, 2015

Filled Under:

penyusunan tes tertulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Proses terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah penilaian atau evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah,menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, seorang guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliable (dapat dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk mengembangkan berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kompetensi siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang “Langkah-langkah/ Tahapan-Tahapan Pembuatan dan Penyusunan Tes Tertulis" Penyusunan Tes Tertulis” sehingga kita bisa mengetahui dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.

B.  RUMUSAN MASALAH
1.     Bagaimana langkah-langkah/ tahapan-tahapan pembuatan dan penyusunan tes tertulis?
2.   Bagaimana penentuan tujuan dalam penyusunan tes tertulis?
3.   Bagaimana penyusunan kisi-kisi dalam penyusunan tes tertulis?
4.   Bagaimana penulisan soal dalam penyusunan tes tertulis?

C.  TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahuibagaimana pengembangan dan penilaian dari tes tulis itu, sehingga kita dapatmengetahui  berbagai aspek atau kelengkapan dalam pembuatan soal dan cara penilaian dalam tes tulis. Dan diharapkan makalah ini dapat membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan bagaimana cara menentukan penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik. Dalam makalah ini juga membahas tentang masing-masing kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam tes tulis. Semoga malakah ini bisa bermanfaat.





BAB II
PEMBAHASAN

Langkah- Langkah / Tahapan- Tahapan Pembuatan dan Penyususnan Tes Tertulis
A.      Menentukan tujuan tes
Salah tahapan yang sangat penting dalam pengembangan tes adalah menentukan tujuan. Secara umum tes antara lain dikembangkan untuk kepentingan penempatan yang terdiri atas pretes kesiapan dan pretes penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif. Tes penempatan (placement test) terdiri atas tes kesiapan (readiness pretest) dan tes penempatan (placement test). Perhatian utama dari tes kesiapan merupakan persyaratan kemampuan masuk program tertentu. Sampel yang digunakan untuk pretes kesiapan adalah kemampuan sangat terbatas. Tingkat kesukaran yang digunakan dalam tes kesiapan relatif rendah, yaitu tingkat kesukaran antara mudah dan sedang (P>antara 0.3). Tes kesiapan dilakukan di awal program pembelajaran atau di awal materi pembelajaran. Jenis instrumen yang digunakan umumnya tes berdasarkan kriteria (criterion - referenced mastery test).
Tes penempatan (placement test) antara lain pretes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal sebelum program awal dilakukan. Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik agar sesuai dengan pengetahuan yang dipersyaratkan / diperlukan dalam program pembelajaran yang akan dilakukan, biasanya pendidik melakukan tes awal atau dikenal sebagai pretes. Pretes juga dilakukan dalam rangka mengetahui darimana pendidik harus mulai suatu program pembelajaran. Dalam hal ini pretes dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk memulai program pembelajaran. Kedua dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kompetensi dasar kurikulum. Dalam hal ini pretes dimaksudkan untuk menentukan ketetapan program pembelajaran yang akan dilakukan.
Kebalikan dari pretes adalah posttes, yaitu tes yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang disampaikan dalam program pembelajaran telah dikuasai peserta didik. posttes juga dapat dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan pada pretes berbeda dengan tes yang dilakukan setelah program pembelajaran dilakukan.
Tes formative digunakan sebagai alat untuk memperbaiki program pembelajaran yang telah dilakukan. Sampel yang digunakan sangat terbatas. Tingkat kesukaran yang digunakan untuk tes formative bervariasi tergantung kepada program pembelajaran. Tes formative dilaksanakan secara periodik yang dilakukan selama program pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam tes formative umumnya berdasarkan kriteria (criterion - referenced mastery test). Tes formative bermanfaat sebagai pemasukan untuk perbaikan dan penyempurnaan program pembelajaran.
Tes diagnostik digunakan sebagai alat untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami peserta tes. Sampel yang digunakan untuk tes diagnostik adalah untuk mengetahui kesalahan atau kesulitan belajar peserta didik yang sangat terbatas. Tingkat kesukaran tes diagnostik relatif rendah. Pelaksanaan tes diagnostik dilakukan sewaktu-waktu tergantung pada program pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam tes diagnostik adalah khusus dirancang untuk mengidentifikasi kesulitan belajar. Manfaat yang diperoleh adalah untuk remedial yang berkaitan dengan kesulitan belajar.
Tes sumative digunakan sebagai persyaratan masuk program atau unit tertentu seperti kenaikan kelas atau ujian akhir nasional. Sampel yang digunakan adalah kemapuan yang sangat luas, menyangkut semua materi. Tingkat kesukaran yang digunakan dalam tes relatif tinggi. Tes sumative dilakukan di akhir program pembelajaran ( semester, tahun, jenjang, pendidikan) seperti tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, dan tes ujian akhir nasional. Tes sumative umumnya digunakan berdasarkan norma ( norm - referenced ) atau kriteria seperti yang terjadi pada ujian akhir nasional. Tes sumative bermanfaat untuk kenaikan, kelulusan, dan mengevaluasi program pembelajaran.
Dalam melakukan evaluasi seorang guru mempunyai tujuan tertentu,tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi /subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses proses pembelajaran. Dapat pula evaluasi tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diangnostic tes)Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga dapat memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
B.       Penyusunan kisi-kisi soal
1.     Pengertian
        Salah satu bagian tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan penggunaan tes adalah mengembangkan kisi-kisi yang berguna untuk menjamin bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur (content validity). Namun demikian, kualitas soal sangat bergantung kepada materi yang ditanyakan, tidak bergantung kepada format yang digunakan.
        Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matrik yang memuat informasi untuk dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi test. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Dengan demikian dapat diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi belajar. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes penempatan juga berbeda dengan kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes kompetisi. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes ulangan umum juga berbeda dengan kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun tes ujian akhir nasional. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak ada satupun kisi-kisi yang dapat digunakan untuk semua tujuan tes.
2.     Kegunaan dan fungsi
        Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, baik dari tingkat kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.
3.     Syarat kisi-kisi yang baik
        Dari berbagai variasi kisi-kisi dapat disimpulkan bahwa kisi-kisi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a)   Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan
b)   Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami
c)   Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan
4.     Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis
Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjadi dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matrik. Kelompok identitas dicantumkan di bagian atas matrik, sedangkan kelompok matrik dicantumkan dalam kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
·         Jenis sekolah/kelas/semester
·         Mata pelajaran
·         Kurikulum yang diacu
·         Alokasi waktu
·         Jumlah soal
·         Bentuk soal
·         Standar Kompetensi
·         Kompetensi dasar
·         Indikator
·         Bahan kelas
·         Jumlah soal
·         Nomer urut soal
·         Bentuk soal
Kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum, yang tentunya telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan dikelas. Namun demikian, dari berbagai komponen tersebut, khusus untuk tes ulangan umum, tes kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, ataupun ujian akhir nasional komponen kompetensi dasar dan indikator merupakan salah satu komponen yang perlu dipilih secara mendalam. Pemilihan ini dilakukan karena didalam suatu tes, tidak mungkin semua kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum dapat diujikan dalam waktu singkat. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
a)      Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indikator yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai oleh peserta didik
b)      Kontinuitas, yaitu kompetensi dasar atau indikator lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau indikator yang sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang
c)      Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indikator terpilih harus merupakan kompetensi dasar atau indikator yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang studi lain.
d)     Keterpakaian, kompetensi dasar dan indikator harus merupakan kompetansi dasar dan indikator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
Penguasaan materi kompetensi dasar dan indikator terpilih harus dapat diukur dengan menggunakan bentuk soal yang sudah ditetapkan. Misalnya untuk membuat tes pilihan ganda, maka penguasaan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih harus dapat diukur dengan menggunakan pilihan ganda. Sebaliknya, kalau sudah ditetapkan untuk membuat tes uraian, maka penguasaan kompetensi dasar atau indikator yang terpilih juga harus dapat diukur dengan menggunakan tes uraian.
Setelah ditentukan komponen-komponen yang perlu dimasukkan ke dalam kisi-kisi, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan semua komponen tersebut ke dalam suatu format atau matriks.

C.   Penulisan Soal
Penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat menghasilkan tes yang baik. Penulisan soal adalah karakteristik yang diuraikan dalam kisi-kisi. Soal yang digunakan dalam wilayah kelas, umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) tes objektif yang umumnya sangat tersturktur dan mngharuskan pesderta didik mengisi kata atau memilih jawaban yang benar dari sejumlah alternatif yang disajikan. (2) tes subjektif, seperti tes uraian, yang umumnya kurang terstruktur dan mengharuskan peserta didik memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan jwaban atas pertanyaan atau pernyataan dengan kalimat sendiri. Untuk berbagai macam kepentingan, seperti ujian kenaikan kelas, ujian sekolah dasar, atau ujian akhir nasional, tes objektif lebih efisien digunakan dibanding tes uraian. Penggunaan kedua bentuk tes ini harus tepat, sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Dalam kurikulum sesuai dengan kelebihan dan kelemahan kedua bentuk tes ini.
1.      Tes objektif
Tes objektif mencakup beberapa bentuk, tetapi pada umumnya dapat didiversivikasikan menjadi dua bagian yaitu peserta didik harus menuloiskan kata atau kelimat sederhana  dan tes yang mengharuskan peserta didik memilih beberapa kemungkinan jawaban yang tersedia. Disebut tes objektif, karena penilaian objektif, yaitu apabila benar diberi skor 1, salah diberi skor 0. Tes objektif seringkali disebut tes dikotomi, yaitu penilaian nol sampai satu (dichotomously scored item). Berbagai bentuk tes objektif diatas, dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan seperti kompetensi dasar dan indikator yang hendak diukur. Beberapa bentuk soalh objektif digunakan untuk mengukur berbagai macam kemampuan, seperti pemahaman, kemampuan berpikir, dan kemampuan yang lebih tinggi.
Bentuk tes objektif memiliki ciri-ciri yang khusus dibandingkan tes subjektif, yaitu menghendaki peserta didik untuk merespon yang sangat terbatas, hanya dengan mengisi (dengan kalimat yang terbatas) ataupunmemilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Untuk sampai pada jawaban yang benar, peserta didik harus bisa menunjukkan kemampuan pengetahuan khusus, pemahaman, dan kemampuan yang berkaitan dengan soal. Peserta didik tidak dapat mengembangkan kemampuannya dalam hal mengorganisasi dan  menyajikannya dalam kalimat sendrir. Peserta didik hanya meminih jawaban dari berbagai alternatif jawaban yang disediakan. Kelemahan pilihan objektif adalah kurang dapat mengukur kemampian yang berkaitan dengan mengorganisasi dan mengintegrasikan gagasan. Kemampuan tersebuit hanya dapat diukur melali tes subjektif seperti tes uraian.
Kelebihan Tes tulis Tes obyektif) yaitu :
a.     Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
b.     Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa
c.     Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
d.    Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
e.    Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.


Kekurangan tes tulis (tes obyektif) yaitu :
a.    Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esay karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat rendah)
b.    Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
c.    Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d.    Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.
e.     Tidak menuntut penalaran siswa.
f.     Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun sistematis.
2.      Tes Subjektif
Salah satu contoh tes subjektif adalah tes uraian. Disebut subjektif karena penilaiannya tidak objektif yaitu tidak nol untuk jawaban salah dan 1 untuk jawaban benar. Tes subjektif seringpula dinamakan tes politomous (polytomouly scored item). Tes uraian dibedakan menjadi dua macam, yaitu extended response essay type, pada bentuk itu peserta didik menjawab hampir tak terbatas. Pada restricted response essay type, peserta didik dituntut untuk menjawab terbatas. Baik diytinjau dari sifat, panjang, organisasi jawaban sangat terbatas.
Kelebihan Tes Subjektif  yaitu :
a.    Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b.    Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan (menebak jawaban).
c.    Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalan bentuk kalimat yang bagus
d.   Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e.    Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
f.    Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.
Kekurangan Tes Subjektif yaitu :
a.    Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b.    Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c.    Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d.   Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e.    Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
f.    Cakupan materi terbatas atau sempit.
g.    Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
D.   Review dan Revisi Soal
Pada tahapan ini, pengembangan soal adalah melihat soal dari segi kwalitas untuk mengkaji berfungsi tidaknya sebuah soal, yaitu berupa telaah (review), dan perbaikan (revisi) soal. Review dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk memperoleh informasi mengenai sejauh mana suatu soal telah berfungsi (mengukur apa yang hendak diukur sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi) dan telah memenuhi kaidah yang telah ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa, dan penulisan soal. Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain bukan penulis soal,  dan terdiri atas suatu tim penelaah yang terdiri atas ahli-ahli materi, pengukuran (evaluasi dan bahasa)
E.   Uji Coba Soal
Pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat kesukaran soal, pola jawaban (khusus pada bilangan ganda), tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya dan sebagainya. Dan dari hasil uji coba akan diketahui apakah suatu soal ‘lebih berfungsi. Tibgkat kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban akan diuraikan dalam bab tersendiri.
F.    Perakitan Soal
Perakitan soal adalah perakitan-perakitan soal yang memiliki kriteria tertentu dalam perangkat tes. Soal-soal yang baik hasil dari uji coba dapat dirakit sesuai dengan kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan antara lain penyebaran soal, penyebaran tingkat kesulitan soal, daya pembeda atau validitas soal (RPBIS) penyebaran jawaban, dan layout tes.
G.   Penyajian Tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan kepada peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam penyajian tes ini adalah administrasi penyajian tes, antara lain meliputi: petunjuk pengerjaan, cara menjawab, alokasi waktu yang disediakan, ruang, tempat duduk peserta didik, dan pengawas.
H.   Tahap Penskoran
Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan pemberian angka dilakukan dalam rangkla mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing peserta didik. Penskoran harus dilakukan seobjektif mungkin. Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, dewasa ini penskoran untuk soal objektif sangat mudah dilakukan, khususnya untuk jumlah peserta didik yang sangat besar, penskoran dilakukan dengan bantuan komputer.
I.     Pelaporan Hasil Tes
Setelah tes digunakan dan dilakukan penskoran, hahsilnya dilaporkan. Laporan dapat diberikan kepada peserta didik yang dilakukan, orangtua peserta didik, kepala sekolah, dan sebagainya. Laporan dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan kebijakan, atau kebijakan selanjutnya.
J.    Pemanfaatan Hasil Tes
Hasil pengukuran yang diperoleh melaui tes berguna sesuai dengan tujuan dilakukannya tes. Informasi hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan atau penyempurnaan sistem, proses atau kgiatan belajar mengajar, maupun sebagai data untuk pengambiloan keputusan dan menentukan kebijakan.



BAB III
PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH/ TAHAPAN-TAHAPAN PEMBUATAN DAN PENYUSUNAN TES TERTULIS DALAM EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR EKONOMI DI SMA

A.        Penentuan Tujuan Evaluasi
            Dalam melakukan evaluasi seorang guru mempunyai tujuan tertentu,tujuan itu dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi /subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses proses pembelajaran. Dapat pula evaluasi tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diangnostic tes)Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga dapat memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.
Berikut tabel penentuan tujuan:

Tes Penempatan

Tes Kesiapan
Tes Penempatan
Tes Formatif
Tes Diagnostik
Tes Sumative
Fokus pengukuran
Persyaratan kemampuan masuk program tertentu
Persyaratan masuk program atau unit tertentu
Memperbaiki program pembelajaran yang telah dilakukan
Memperbaiki kesulitan belajar yang dialami peserta tes
Persyaratan masuk program atau unit tertentu seperti kenaikan kelas atau ujian akhir.
Sifat sampel
Sampel kemampuan sangat terbatas
Sampel kemampuan sangat luas
Sampel hasil belajar yang terbatas
Sampel kesalahan yang sangat terbatas
Sampel kemampuan yang sangat luas
Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran relatif rendah
Biasanya memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi
Bervariasi bergantung pada program pembelajaran
Tingkat kesukaran relatif rendah
Tingkat kesukaran relatif tinggi
Waktu pelaksanaan
Awal program atau unit
Awal program atau unit
Secara periodik dilakukan selama mata pembelajaran
Sewaktu-waktu bergantung pada program pembelajaran
Di akhir program pembelajaran (semster, tahun, jenjang pendidikan)
Jenis instrument
Umumnya tes berdasarkan kriteria (criteriot – referenced mastery test)
Umumnya berdasarkan norma (norm – referenced)
Umumnya tes berdasarkan kriteria (norm – referenced)
Khusus dirancang untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
Umumnya berdasarkan norma atau kriteria seperti yang terjadi pada UAN
Kegunaan
Bahan remidial atau tugas untuk per kelompok belajar tertentu
Bahan untuk pembuatan program pembelajaran dan penempatan peserta tes
Masukan bagi perbaikan program pembelajaran
Remidial yang berkaitan dengan kesulitan belajar
Menentukan kenaikan, kelulusan, mengevaluasi dan program pembelajaran.

B.        Penyusunan Kisi-Kisi Soal
Kisi kisi soal dikenal pula dengan nama test blue-print atau table of specification”. Pada intinya, kisi-kisi ini diperlukan sebelum seseorang menyusun suatu tes kisi-kisi adalah suatu diskripsi mengenai ruang lingkup dan isi apa yang diujikan, serta memberikan perincian mengenai soal-soal yang diperlukan dalam mengevaluasi.
Berikut contoh penerapan penyusunan kisi-kisi:
Kisi-kisi Kompetensi Ekonomi SMA Kelas X
Kompetensi dasar
Materi pokok
indikator
Penilaian
Contoh soal
Jenis
Bentuk
1.1    Mendeskripsikan konsep pasar dan terbentuknya harga pasar dalam perekonomian

Bentuk-bentuk pasar
Mendeskripsikan berbagai bentuk pasar menurut struktur
Tes tertulis
Uraian

Mengidentifikasikan ciri-ciri berbagai bentuk pasar
Tes tertulis
Uraian

Mengidentifikasi kebaikan dan keburukan bentuk- bentuk pasar
Tes tertulis
Uraian

Memberi contoh berbagai bentuk pasar
Tes tertulis
Uraian


C.   Penulisan Soal    
Ada dua bentuk penyusunan soal tes tertulis, yaitu:
1.    Soal dengan memilih jawaban. Seperti pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan  menjodohkan.
a.   Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.Keunggulan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan / perilaku secara objektif. Contoh soal pilihan ganda :
Berilah tanda (x) huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar!
Kelangkaan sumber alam, tenaga kerja, serta modal dan teknologi menyebabkan terjadinya kelangkaan …
a.       Sumber daya peralatan
b.      Sumber Ekonomi
c.       Seumber Penerimaan
d.      Sumber Pengeluaran
e.       Sumber Daya Manusia

b.   Soal dengan Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)
Bentuk soal dua pilihan jawaban (true-false) ini menuntut peserta tes untuk memilih dua kemungkinan jawaban yaitu benar dan salah atau ya dan tidak. Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni :
·      Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
·      Tampa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B atau tanpa memberikan jawaban yang benar.
Kaedah penulisan soal dengan dua pilihan yaitu :
a)    Hindari penggunaan kata terpenting, selalu, tidak pernah, hanya sebagian besar dan kata lainnya yang sejenis, karena dapat membingungkan peserta tes.
b)   Jumlah rumusan pernyataan butir soal hendaknya relatife sama.
c)    Hindari pernyataan negative.
d)   Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan penafsiran ganda.
e)    Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks, hal ini cenderung membuat peserta tes untuk menghafal daripada memahami dan menguasai konsep.
Kebaikan tes benar salah :
·       Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
·       Mudah menyusunnya.
·       Dapat digunakan berkali-kali.
·       Dapat dilihat secara cepat dan objektif
·       Petunjuk cara mengerjakaannya mudah dimengerti.
Kekurangan tes benar salah :
·      Sering membingungkan.
·      Mudah ditebak atau diduga.
·      Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah.
·      Hanya dapat mengungkap daya ingatan dan pengenlan kembali.
Contoh soal :
Mana diantara bentuk soal di bawah ini yang tepat!
B       S  Perusahaan termasuk pelaku kegiatan ekonomi
B       S  Peranan masyarakat luar negeri sebagai pelaku ekonomi tidak penting.
Cara mengolah skor
a.    Dengan denda
S = R – W

S = skor yang diperoleh
R = jawaban benar
W = jawaban salah
Contoh :Jumlah soal = 10 buah
Iswa menjawab betul 8 soal, maka skor yang diperoleh berlian 8 – 2 = 6
Atau menggunakan rumus kedua yaitu :
S=T-2W

Ket : T singkatan dari total (jumlah soal dalam tes)
Contoh : iswa menjawab soal yang salah sebanyak 4 soal dari 20 soal. Maka skor yang diperoleh isawa adalah s=10-(2x2)=6
c.    Bentuk Soal Menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki hubungan satu sama lain). Soal bentuk menjodohkan (matching) adalah bentuk soal yang terdiri atas dua kelompok pernyataan. Lajur sebelah kiri merupakan soal atau pernyataan, sedangkan lajur sebelah kanan merupakan jawaban atau respon.
Kaidah penulisan soal menjodohkan adalah sebagai berikut :
·      Tulislah seluruh pernyataan soal disebelah kiri!
·      Tuliskan seluruh pernyataan jawaban disebelah kanan!
·      Beri petunjuk yang baik berdasarkan pencocokan!
·      Buat semua jawaban masuk akal!
·      Jawaban harus pendek
·      Pernyataan jawaban harus lebih banyak daripada pernyataan soal
Contoh soal :
Pasangkan pertanyaan di lajur kiri dengan jawaban di sebelah kanan

a. Premier
b. Sekunder
c. Tersier
 
1.   Kebutuhan yang dipenuhi, tanpa harus mempertimbangkan keberlangsungan hidup
2.   Kebutuhan yang harus segera dipenuhi, karena menyangkut keberlangsungan hidup
 
2.    Soal dengan mensuplai-jawaban. Seperti isian atau melengkapi,jawaban singkat atau pendek, dan soal uraian.
a.    Bentuk Soal melengkapi
Soal melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban atau melengkapi tes berupa kata, frase, angka atau symbol.
Kaidah penulisan soal melengkapi :
·      Dalam membuat pertanyaan jangan terlalu banyak kata yang dihilangkan
·      Jawaban yang diinginkan benar-benar dibatasi
·      Jika pernyataan memerlukan jawaban berupa angka, nyatakan dalam satuan-satuan tertentu
·      Jangan mengambil langsung dari buku teks
Contoh  soal :
1.     …………………….. adalah kebutuhan yang meliputi tidur, istirahat, dan olahraga
2.      Demokrasi ……………….. adalah sistem ekonomi di Indonesia
b.    Bentuk Soal Uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas serta sulit untuk menyusun pedoman penskorannya.
Menulis soal uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskan soalnya.
Berdasarkan penskorannya, tes uraian dibagi menjadi dua:
1.    Soal uraian terikat, yaitu soal atau pertanyaan yang menuntut jawaban dengan pengertian/konsep tertentu.
2.    Soal uraian bebas, yaitu soal yang menuntut jawaban berupapengertian/konsep menurut pendapat setiap peserta tes sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif.
Kaidah penulisan soal uraian:
·      Mengacu pada kompetensi
·      Pertanyaan harus menggunakan kata Tanya yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa, jelaskan, bandingkan, hubungkan, buktikan dan hitunglah
·      Petunjuk harus jelas sehingga peserta didik mudah mengerjakannya
·      Dilengkapi dengan pedoman penskoran
·      Hal-hal yang menyertai soal, seperti tabel, bambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas
·      Bahasa harus komunikasi
·      Rumusan kata-kata tidak boleh menimbulkan penafsiran ganda
·      Menggunakan bahasa baku
Perhatikan contoh berikut
Contoh 1 soal uraikan terikat
Dalam situasi krisis ekonomi saat ini, apakah sistem ekonomi Pancasila dapat memberi solusi yang tepat bagi bangsa Indonesia?Sertakan alasan-alasan Anda!
Level
Diskripsi dan contoh jawaban peserta didik
0
Jawaban yang sesuai. Tidak disertakan alasan “Ya”
1
Jawaban salah, tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan. Sebagian dijawab benar tetapi penalarannya salah.
2
Jawaban benar, tetapi penalarannnya tidak lengkap atau tidak jelas.
3
Jawaban benar, tetapi penalarannya baik. Penjelasannya lebih lengkap dari level 2, tetapi mengandalkan pada pengetahuan kongkret atau visual daripada pengetahuan abstrak.
4
Jawaban yang sempurna, peserta didik menggunakan pengetahuan dari sistem ekonomi Pancasila sekaligus bentuk/ contoh penerapannya.

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
·       materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum;
·       konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
·       bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.



BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Tes tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di setiap kegiatan penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-masing bentuk penilaian tes tulis mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya, seorang pendidik ingin mengadakan UTS, maka pendidik dapat membuat soal dalam bentuk pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah dalam pengoreksiannya.
Langkah-langkah/ tahapan-tahapan pembuatan dan penyusunan tes tertulis:
1.    Penentuan tujuan
2.    Penyusunan kisi-kisi
3.    Penulisan soal
4.    Review dan revisi soal
5.    Uji coba soal
6.    Perakitan soal
7.    Penyajian soal
8.    Penskoran
9.    Pelaporan hasil tes
10.     Pemanfaatan hasil tes

Macam-macam penilaian tes tulis (bentuk instrumen) meliputi:
·         tes benar salah
·         tes menjodohkan
·         tes pilihan ganda
·         tes melengkapi
·         uraian objektif dan non objektif (uraian bebas)
·         dan tes jawaban singkat.



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Reverensi). Jakarta: PT Bumi Aksara. 2002.
Sukardi.Ekonomi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2009.
Nurhadijah, Ijah. Pengembangan Instrument Penilaian Tes.http://ijahnurhadijah.blogspot.com/2013/03/pengembangan-instrumen-penilaian-tes.html, diakses pada20 September 2014
Umy.Langkah-langkahdan Komponen-komponen.http://pai-umy.blogspot.com/2011/09/langkah-langkah-dan-komponen-komponen.html, diakses pada 20 September 2014


1 komentar:

  1. Sip.benar benar membangunkan saya dari tidur pembuatan soal yg melulu isian dan pilihan ganda saja.

    ReplyDelete