Saturday, July 30, 2016

Filled Under:

PERKEMBANGAN AFEKTIF / SOSIO EMOSIONAL PADA MASA KANAK-KANAK

A.           Pengertian Afektif atau Emosi

Afektif menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang menunjukkan perasaan.
Seseorang individu dalam merespon sesuatu diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan tetapi pada saat tertentu dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingkah lakunya. Perbuatan atau perilaku yang disertai perasaan tertentu disebut warna afektif yang kadang-kadang kuat, lemah atau tidak jelas. Pengaruh dari warna afektif tersebut akan berakibat perasaan menjadi lebih mendalam. Perasaan ini di sebut emosi (Sarlito, 1982:59). Disamping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh macam emosi yang lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda, tetapi perbedaan antara keduanya tidak dapat dinyatakan dengan tegas, emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat suatu warna afektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang ditunjukan dalam bentuk diam. Jadi sukar sekali kita mendefinisikan emosi, menurut Crow dan Crow (1958) pengertian emosi itu sebagai berikut : “ an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physioligicial strirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.”
Jadi, emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak.
B.            Ciri-ciri Perkembangan Emosi Pada Masa Kanak-kanak
Adanya pengaruh faktor pematangan dan faktor belajar terhadap perkembangan emosi menyebabkan emosi kanak-kanak seringkali sangat berbeda dari emosi anak yang lebih tua atau orang dewasa. Orang dewasa yang belum memahami hal ini cenderung menganggap kanak-kanak sebagai tidak matang. Sangat tidak logis bila orang dewasa menuntut agar semua anak pada usia tertentu mempunyai pola emosi yang sama. Perbedaan individu tidak dapat dielakkan, karena adanya perbedaan taraf pematangan dan kesempatan belajar. Terlepas dari adanya perbedaan individu, ciri khas emosi anak membuatnya berbeda dari emosi orang dewasa. Ciri khas tersebut antara lain :
1.    Emosi yang kuat
Kanak-kanak bereaksi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang serius. Anak pra remaja bahkan bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.
2.    Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima.
3.    Emosi bersifat sementara
Peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang merupakan akibat dari 3 faktor, yaitu :
a)    Membersihkan sistem emosi yang terpendam dengan ekspresi terus terang.
b)   Kekurangsempurnaan pemahaman terhadap situasi karena ketidakmatangan
c)    intelektual dan pengalaman yang terbatas.
d)   Rentang perhatian yang pendek sehingga perhatian itu mudah dialihkan.
e)    Dengan meningkatnya usia anak, maka emosi mereka menjadi lebih menetap.
4.    Emosi berubah kekuatannya
Dengan meningkatnya usia anak, pada usia tertentu emosi yang sangat kuat berkurang kekuatannya, sedangkan emosi lainnya yang tadinya lemah berubah menjadi kuat. Variasi ini sebagian disebabkan oleh perubahan dorongan, sebagian oleh perkembangan intelektual, dan sebagian lagi oleh perubahan minat dan nilai.
5.    Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol.

C.           Pola Emosi Yang Umum Pada Masa Kanak-kanak
Emosi yang meninggi pada awal masa kanak-kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang tidak masuk akal.
Di antara beberapa faktor  yang mempengaruhi emosi, antara lain kecerdasan. Anak yang cerdas lebih aktif dalam menjelajahi lingkungannya dan lebih banyak bertanya daripada anak yang kecerdasannya lebih rendah. Besarnya keluarga juga sangat mempengaruhi sering dan kuatnya rasa cemburu dan iri hati. Lingkungan sosial rumah memainkan peranan yang penting dalam menimbulkan sering dan kuatnya rasa marah anak-anak, misalnya ketika ada tamu di rumah. Jenis disiplin dan metode latihan anak juga mempengaruhi frekuensi dan intensitas ledakan amarah anak. Semakin orang tua otoriter, semakin besar kemungkinan anak bereaksi dengan amarah.
Pada umumnya, pola emosi yang umum pada awal masa kanak-kanak yaitu :
1.    Perasaan marah 
Perasaan ini akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu pun ketika kemauannya tidak diturutin oleh orangtuanya, terkadang timbul rasa marah pada si anak. Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis berteriak, menggertak, menendang.
2.    Perasaan takut
 Rasa takut ini di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi mereka takut akan suara-suara yang gaduh atau ribut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pun mulai berfantasi dengan adanya hantu, monster dan makhluk-makhluk yang menyeramkan lainnya, melompat-lompat dan memukul. Pembiasaan peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, televisi, dan film-film dengan unsur-unsur menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik kemudian menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar dan bersembunyi, menangis, dan menghindari situasi yang menakutkan.
3.    Perasaan gembira  
Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit. Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, memeluk benda atau orang yang membuatnya bahagia. perasaan gembira ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika anak diberi hadiah oleh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya. Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4.    Rasa humor
Tertawa merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
5.    Cinta atau kasih sayang
Anak-anak belajar mencintai orang, binatang atau benda yang menyenangkannya. Ia mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya.
6.    Rasa Cemburu
Rasa cemburu adalah reaksi normal terhadap kehilangan kasih sayang  yang nyata atau ancaman kehilangan kasih sayang. Rasa cemburu timbul dari kemarahan yang menimbulkan sikap jengkel dan ditujukan kepada orang lain. Pola rasa cemburu seringkali berasal dari rasa takut yang dikombinasikan dengan rasa marah. Ada tiga sumber utama yang menimbulkan rasa cemburu, dan kadar penting masing-masing sumber bervariasi menurut tingkatan umur, yaitu :
a)    Rasa cemburu pada masa kanak-kanak umumnya ditumbuhkan di rumah, artinya timbul dari kondisi yang ada di lingkungan rumah. Karena bayi yang baru lahir meminta banyak waktu dan perhatian ibu, maka anak yang lebih tua menjadi terbiasa menerima rasa diabaikan, dan kemudian ia merasa sakit hati terhadap adik yang baru, serta ibunya.
b)   Situasi sosial di sekolah juga merupakan sumber berbagai kecemburuan bagi anak-anak yang berusia lebih tua. Kecemburuan yang berasal dari rumah sering dibawa ke sekolah  dan mengakibatkan anak-anak memandang setiap orang di sana, yaitu para guru atau teman sekelas sebagai ancaman bagi keamanan mereka. Rasa cemburu secara normal hilang apabila anak-anak berhasil melakukan penyesuaian yang baik di sekolah, tetapi dapat berkobar kembali apabila guru memperbandingkan seorang anak dengan teman sekelasnya atau kakaknya.
c)    Dalam situasi di mana anak merasa diterlantarkan dalam hal pemilikan benda-benda seperti yang dimilki temannya, anak itu akan cemburu kepada temannya. Jenis kecemburuan ini berasal dari rasa iri, yaitu keadaan marah dan kekesalan hati yang ditujukan kepada orang yang memiliki benda yang diirikan.
7.    Duka Cita (Sedih)
Dukacita adalah trauma psikis, suatu kesengsaraan emosional yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam bentuk yang lebih ringan keadaan ini dikenal sebagai kesusahan atau kesedihan. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda mati seperti mainan. Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk makan.
8.    Iri Hati
Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling umum adalah mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain atau dengan mengambil benda-benda yang menimbulkan iri hati.
9.    Rasa malu
Rasa malu merupakan bentuk ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal atau tidak sering berjumpa.
10.    Rasa canggung
Seperti halnya rasa malu, rasa canggung adalah reaksi takut terhadap manusia, bukan ada obyek atau situasi. Rasa canggung berbeda dengan rasa malu daam hal bahwa kecanggungan tidak disebabkan oleh adanya orang yang tidak dikenal atau orang yang sudah dikenal yang memakaai pakaian tidak seperti biasanya, tetapi lebih disebabkan oleh keraguan-raguan tentang penilaian orang lain terhadap prilaku atau diri seseorang. Oleh karena itu, rasa canggung merupakan keadaan khawatir yang menyangkut kesadaran-diri (selfconscious distress).
11.    Rasa khawatir
Rasa khawatir biasanya dijelaskan sebagai khayalan ketakutan atau gelisah tanpa alasan. Tidak seperti ketakutan yang nyata, rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan oleh rangsangan dalam lingkungan tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Rasa khawatir timbul karena karena membayangkan situasi berbahaya yang mungkin akan meningkat. Kekhawatiran adalah normal pada masa kanak-kanak, bahkan pada anak-anak yang penyesuaiannya paling baik sekalipun.
12.    Rasa cemas
Rasa cemas ialah keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Rasa cemas ditandai oleh kekhwatiran, ketidakenakan, dan merasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang; disertai dengan perasaan tidak berdaya karena merasa menemui jalan buntu; dan di sertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dicapai.


0 komentar:

Post a Comment