Ilmu ekonomi mikro (sering juga ditulis mikroekonomi)
adalah cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari perilaku konsumen dan
perusahaan serta penentuan hargaharga pasar dan kuantitas faktor input, barang,
dan jasa yang diperjualbelikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai
keputusan dan perilaku tersebut mempengaruhi penawaran dan permintaan atas
barang dan jasa, yang akan menentukan harga; dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal,
bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan dalam
skala makro; dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris paribus).
Kebalikan dari ekonomi mikro ialah ekonomi makro, yang
membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai pertumbuhan
ekonomi, inflasi, pengangguran, berbagai kebijakan perekonomian yang
berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan
tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
Tinjauan
umum
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa
pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa,
dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Ekonomi
mikro menganalisa kegagalan pasar,yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi
hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan
bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidangbidang penelitian yang penting
dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum (general
equilibrium), keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi
ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga
mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem
pasar.
Asumsi dan
definisi
Teori penawaran dan permintaan biasanya mengasumsikan
bahwa pasar merupakan pasar persaingan sempurna. Implikasinya ialah terdapat
banyak pembeli dan penjual di dalam pasar, dan tidak satupun diantara mereka
memiliki kapasitas untuk mempengaruhi harga barang dan jasa secara signifikan.
Dalam berbagai transaksi di kehidupan nyata, asumsi ini ternyata gagal, karena
beberapa individu (baik pembeli maupun penjual) memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi harga. Seringkali, dibutuhkan analisa yang lebih mendalam untuk
memahami persamaan penawaran-permintaan terhadap suatu barang. Bagaimanapun,
teori ini bekerja dengan baik dalam situasi yang sederhana.
Ekonomi arus utama (mainstream economics) tidak
berasumsi apriori bahwa pasar lebih disukai daripada bentuk organisasi sosial
lainnya. Bahkan, banyak analisa telah dilakukan untuk membahas beragam kasus
yang disebut “kegagalan pasar”, yang mengarah pada alokasi sumber daya yang
suboptimal, bila ditinjau dari sudut pandang tertentu (contoh sederhananya
ialah jalan tol, yang menguntungkan semua orang untuk digunakan tetapi tidak
langsung menguntungkan mereka untuk membiayainya). Dalam kasus ini, ekonomi
akan berusaha untuk mencari kebijakan yang akan menghindari kesia-siaan
langsung di bawah kendali pemerintah, secara tidak langsung oleh regulasi yang
membuat pengguna pasar untuk bertindak sesuai norma konsisten dengan
kesejahteraan optimal, atau dengan membuat “pasar yang hilang” untuk
memungkinkan perdagangan efisien dimana tidak ada yang pernah terjadi
sebelumnya. Hal ini dipelajari di bidang tindakan kolektif. Harus dicatat juga
bahwa “kesejahteraan optimal” biasanya memakai norma Pareto, dimana dalam
aplikasi matematisnya efisiensi Kaldor-Hicks, tidak konsisten dnegan norma
utilitarian dalam sisi normatif dari ekonomi yang mempelajari tindakan
kolektif, disebut pilihan masyarakat/publik. Kegagalan pasar dalam ekonomi
positif (ekonomi mikro) dibatasi dalam implikasi tanpa mencampurkan kepercayaan
para ekonom dan teorinya.
Permintaan untuk berbagai komoditas oleh perorangan
biasanya disebut sebagai hasil dari proses maksimalisasi kepuasan. Penafsiran
dari hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta dari barang yang diberi,
memberi semua barang dan jasa yang lain, pilihan pengaturan seperti inilah yang
akan memberikan kebahagiaan tertinggi bagi para konsumen.
Model
operasi
Diasumsikan bahwa semua perusahaan mengikuti pembuatan
keputusan rasional, dan akan memproduksi pada keluaran maksimalisasi
keuntungan. Dalam asumsi ini, ada empat kategori dimana keuntungan perusahaan
akan dipertimbangkan:
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah
keuntungan ekonomi ketika average total cost lebih rendah dari setiap produk
tambahan pada keluaran maksimalisasi keuntungan. Keuntungan ekonomi adalah
setara dengan kuantitas keluaran dikali dengan perbedaan antara average total
cost dan harga.
• Sebuah perusahaan dikatakan membuat sebuah
keuntungan normal ketika keuntungan ekonominya sama dengan nol. Keadaan ini
terjadi ketika average total cost setara dengan harga pada keluaran
maksimalisasi keuntungan.
• Jika harga adalah di antara average total cost dan
average variable cost pada keluaran maksimalisasi keuntungan, maka perusahaan
tersebut dalam kondisi kerugian minimal. Perusahaan ini harusnya masih
meneruskan produksi, karena kerugiannya akan makin membesar jika berhenti
produksi. Dengan produksi terus menerus, perusahaan bisa menaikkan biaya
variabel dan akhirnya biaya tetap, tetapi dengan menghentikan semuanya akan mengakibatkan
kehilangan semua biaya tetapnya.
• Jika harga dibawah average variable cost pada
maksimalisasi keuntungan, perusahaan harus melakukan penghentian. Kerugian
diminimalisir dengan tidak memproduksi sama sekali, karena produksi tidak akan
menghasilkan keuntungan yang cukup signifikan untuk membiayai semua biaya tetap
dan bagian dari biaya variabel. Dengan tidak berproduksi, kerugian perusahaan
hanya pada biaya tetap. Dengan kehilangan biaya tetapnya, perusahaan menemui
tantangan. Akan keluar dari pasar seutuhnya atau tetap bersaing dengan resiko
kerugian menyeluruh. Kegagalan pasar Dalam ekonomi mikro, istilah “kegagalan
pasar” tidak berarti bahwa sebuah pasar tidak lagi berfungsi. Malahan, sebuah
kegagalan pasar adalah situasi dimana sebuah pasar efisien dalam mengatur
produksi atau alokasi barang dan jasa ke konsumen. Ekonom normalnya memakai
istilah ini pada situasi dimana inefisiensi sudah dramatis, atau ketika
disugestikan bahwa institusi non pasar akan memberi hasil yang diinginkan. Di
sisi lain, pada konteks politik, pemegang modal atau saham menggunakan istilah
kegagalan pasar untuk situasi saat pasar dipaksa untuk tidak melayani
“kepentingan publik”, sebuah pernyataan subyektif yang biasanya dibuat dari
landasan moral atau sosial.
Empat jenis utama
penyebab kegagalan pasar adalah :
• Monopoli atau dalam kasus lain dari penyalahgunaan
dari kekuasaan pasar dimana “sebuah” pembeli atau penjual bisa memberi pengaruh
signifikan pada harga atau keluaran. Penyalahgunaan kekuasaan pasar bisa
dikurangi dengan menggunakan undang-undang anti trust.
• Eksternalitas, dimana terjadi dalam kasus dimana
“pasar tidak dibawa kedalam akun dari akibat aktifitas ekonomi didalam orang
luar/asing.” Ada eksternalitas positif dan eksternalitas negatif. Eksternalitas
positif terjadi dalam kasus seperti dimana program kesehatan keluarga di
televisi meningkatkan kesehatan publik. Eksternalitas negatif terjadi ketika
proses dalam perusahaan menimbulkan polusi udara atau saluran air.
Eksternalitas negatif bisa dikurangi dengan regulasi dari pemerintah, pajak, atau
subsidi, atau dengan menggunakan hak properti untuk memaksa perusahaan atau
perorangan untuk menerima akibat dari usaha ekonomi mereka pada taraf yang
seharusnya.
• Barang publik seperti pertahanan nasional dan
kegiatan dalam kesehatan publik seperti pembasmian sarang nyamuk. Contohnya,
jika membasmi sarang nyamuk diserahkan pada pasar pribadi, maka jauh lebih
sedikit sarang yang mungkin akan dibasmi. Untuk menyediakan penawaran yang baik
dari barang publik, negara biasanya menggunakan pajak-pajak yang mengharuskan
semua penduduk untuk membayar pda barang publik tersebut (berkaitan dengan
pengetahuan kurang dari eksternalitas positif pada pihak ketiga/kesejahteraan
sosial).
• Kasus dimana terdapat informasi asimetris atau
ketidak pastian (informasi yang inefisien). Informasi asimetris terjadi ketika
salah satu pihak dari transaksi memiliki informasi yang lebih banyak dan baik
dari pihak yang lain. Biasanya para penjua yang lebih tahu tentang produk
tersebut daripada sang pembeli, tapi ini tidak selalu terjadi dalam kasus ini.
Contohnya, para pelaku bisnis mobil bekas mungkin mengetahui dimana mbil
tersebut telah digunakan sebagai mobil pengantar atau taksi, informasi yang
tidak tersedia bagi pembeli. Contoh dimana pembeli memiliki informasi lebih
baik dari penjual merupaka penjualan rumah atau vila, yang mensyaratkan
kesaksian penghuni sebelumnya. Seorang broker real estate membeli rumah ini
mungkin memiliki informasi lebih tentang rumah tersebut dibandingkan anggota
keluarga yang ditinggalkan. Situasi ini dijelaskan pertamakali oleh Kenneth J.
Arrow di artikel seminartentang kesehatan tahun 1963 berjudul “ketidakpastian
dan Kesejahteraan Ekonomi dari Kepedulian Kesehatan,” di dalam American
Economic Review. George Akerlof kemudian menggunakan istilah informasi
asimetris pada karyanya ditahun 1970 The Market for Lemons. Akerlof menyadari
bahwa , dalam pasar seperti itu, nilai rata-rata dari komoditas cenderung
menurun, bahkan untuk kualitas yang sangat sempurnakebaikannya, karena para
pembelinya tidak memiliki cara untuk mengetahui apakah produk yang mereka beli
akan menjadi sebuah “lemon” (produk yang menyesatkan).
Biaya
peluang
Walaupun biaya peluang (opportunity cost) terkadang
sulit untuk dihitung, efek dari biaya peluang sangatlah universal dan nyata pada
tingkat perorangan. Bahkan, prinsip ini dapat diaplikasikan kepada semua
keputusan, dan bukan hanya bidang ekonomi. Sejak kemunculannya dalam karya
seorang ekonom Jerman bernama Freidrich von Wieser, sekarang biaya peluang
dilihat sebagai dasar dari teori nilai marjinal.
Biaya peluang merupakan salah satu cara untuk
melakukan perhitungan dari sesuatu biaya. Bukan saja untuk mengenali dan
menambahkan biaya ke proyek, tetapi juga mengenali cara alternatif lainnya
untuk menghabiskan suatu jumlah uang yang sama.
Keuntungan
yang akan hilang sebagai akibat dari alternatif terbaik lainnya; adalah
merupakan biaya peluang dari pilihan pertama. Sebuah contoh umum adalah seorang
petani yang memilih mengolah pertaniannya dibandingkan dengan menyewakannya ke
tetangga. Maka, biaya peluangnya adalah keuntungan yang hilang dari menyewakan
lahan tersebut. Dalam kasus ini, sang petani mungkin mengharapkan untuk
mendapatkan
keuntungan
yang lebih besar dari pekerjaan yang dilakukannya sendiri. Begitu juga dengan
memasuki universitas dan mengabaikan upah yang akan diterima jika memilih
menjadi pekerja, yang dibanding dengan biaya pendidikan, buku, dan barang lain
yang diperlukan (sebagai biaya total dari kehadirannya di universitas). Contoh
lainnya ialah biaya peluang dari melancong ke Bahamas, yang mungkin merupakan
uang untuk pembayaran cicilan rumah.
Perlu diingat bahwa biaya peluang bukanlah jumlah dari
alternatif yang ada, melainkan lebih kepada keuntungan dari suatu pilihan
alternatif yang terbaik. Biaya peluang yang mungkin dari keputusan sebuah kota
membangun rumah sakit di lahan kosong, merupakan kerugian dari lahan untuk
gelanggang olahraga, atau ketidakmampuan untuk menggunakan lahan menjadi sebuah
tempat parkir, atau uang yang bisa didapat dari menjual lahan tersebut, atau
kerugian dari penggunaan-pengguaan lainnya yang beragam – tapi bukan merupakan
agregat dari semuanya (ditotalkan). Biaya peluang yang sebenarnya, merupakan
keuntungan yang akan hilang dalam jumlah terbesar diantara
alternatif-alternatif yang telah disebutkan tadi.
Satu pertanyaan yang muncul dari ini ialah bagaimana
menghitung keuntungan dari alternatif yang tidak sama. Kita harus menentukan
sebuah nilai uang yang dihubungkan dengan tiap alternatif untuk memfasilitasi
pembandingan dan penghitungan biaya peluang, yang hasilnya lebih-kurang akan
menyulitkan untuk dihitung, tergantung dari benda yang akan kita bandingkan.
Contohnya, untuk keputusan-keputusan yang melibatkan dampak lingkungan, nilai
uangnya sangat sulit untuk dihitung karena ketidakpastian ilmiah. Menilai
kehidupan seorang manusia atau dampak ekonomi dari tumpahnya minyak di Alaska,
akan melibatkan banyak pilihan subyektif dengan implikasi etisnya.
Penerapan
ekonomi mikro
Ekonomi mikro yang diterapkan termasuk area besar
belajar, banyak diantaranya menggambarkan metode dari yang lainnya. Regulasi
dan organisasi industri mempelajari topik seperti masuk dan keluar dari firma,
inovasi, aturan merek dagang.Hukum dan Ekonomi menerapkan prinsip ekonomi mikro
ke pemilihan dan penguatan dari berkompetisi dengan rezim legal dan efisiensi
relatifnya. Ekonomi Perburuhan mempelajari upah, kepegawaian, dan dinamika
pasar buruh. Finansial publik (juga dikenal dengan ekonomi publik) mempelajari
rancangan dari pajak pemerintah dan kebijakan pengeluaran dan efek ekonomi dari
kebijakan-kebijakan tersebut (contohnya, program asuransi sosial). Ekonomi
kesehatan mempelajari organisasi dari sistem kesehatan, termasuk peran dari
pegawai kesehatan dan program asuransi kesehatan.
Politik ekonomi mempelajari peran dari institusi politik
dalam menentukan keluarnya sebuah kebijakan. Ekonomi kependudukan, yang
mempelajari tantangan yang dihadapi oleh kota-kota, seperti gepeng, polusi air
dan udara, kemacetan lalu-lintas, dan kemiskinan, digambarkan dalam geografi
kependudukan dan sosiologi. Finansial Ekonomi mempelajari topik seperti
struktur dari portofolio yang optimal, rasio dari pengembalian ke modal,
analisa ekonometri dari keamanan pengembalian, dan kebiasaan
finansial
korporat. Bidang Sejarah ekonomi mempelajari evolusi dari ekonomi dan institusi
ekonomi, menggunakan metode dan teknik dari bidang ekonomi, sejarah, geografi,
sosiologi, psikologi dan ilmu politik.
Mekanisme harga dan
Sistem Pasar
Semua anggota
Masyarakat terlibat dalam dua sektor yaitu :
1. Sektor proses
produksi
2. Sektor rumah tangga.
Transaksi antara
kedua sektor tersebut terjadi di dua pasar :
1. Pasar hasil produksi
(atau pasar output)
Di pasar output
produsen bertemu konsumen dan harga dari berbagai macam barang ditentukan. Gerak
harga-harga output ini memecahkan masalah WHAT.
2. Pasar faktor produksi (atau pasar input).
Di pasar input,
sektor produksi berperan sebagai “konsumen” faktor produksi dan sektor rumah tangga sebagai “penjual”
faktor produksi (karena semua penduduk tinggal di sektor rumah tangga, maka semua pemilik faktor produksi ada di sana).
Harga berbagai faktor produksi ditentukan di pasar ini. Gerak harga faktor
produksi mempunyai dua fungsi:
a.
Memberi petunjuk kepada produsen bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor
produksiagar biaya produksiserendah mungkin (masalah HOW).
b.Menunjukkan beberapa
imbalan (per unit faktor produksi) yang diberikan kepada para pemilik faktor
produksi (masalah FOR WHOM).
Perlu diperhatikan
serta diingat di sini , adalah :
1.Bahwa mekanisme harga
bisa memecahkan semua itu secara otomatis. Tidak ada perencanaan lebih
dulu.
2.Masing-masing warga
masyarakat bertindak sendiri-sendiri, tetapi hasil akhir dari semua
tindakan-tindakan yang tidak terkoordinir itu akan membuat semrawutnya harga di pasaran.
Pemecahan tiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat adalah adanya mekanisme pasar. Karena :
1.mekanisme ini bisa memecahkan
ketiga masalah ekonomi pokok yang dihadapi masyarakat dengan biaya yang
sangat murah.
2.Tidak perlu
masyarakat menggaji
birokrat-birokrat untuk menghitung dan merencanakan berapa masing-masing
barang yang harus diproduksikan, bagaimana dan untuk siapa.
Pada masyarakat industri modern, proses produksi
selalu dilakukan dengan menggunakan alat-alat, mesin dan barang-barang modal.
Akibat tersebut menimbulkan :
1.Penggunaan Barang-barang modal dalam proses produksi
menaikkan produktivitas.
2.Semakin banyak barang-barang modal yang digunakan
maka akan semakin tinggi produktivitas masyarakat tersebut.
3.Barang-barang modal dalam masyarakat akan semakin
banyak bila masyarakat tersebut tidak memakai habis (atau tidak mengkonsumsi
seluruh) barang-barang hasil produksi yang dihasilkan tiap tahun.
4.Setiapaktivitas Produksi setiap tahunnya harus
diarahkan pada produksi barang-barang modal;
5.Barang-barang ini disisihkan untuk ditambahkan pada
stok barang-barang modal yang telah ada di dalam masyarakan atau di
investasikan.
Mekanisme harga juga mampu memecahkan masalah
penentuan berapa bagian dari hasil produksi total yang dikonsumsikan. Masalah
ini dipecahkan melalui gerakan harga faktor produksi modal (kapital), yaitu
tingkat bunga.
1.Bila tingkat bunga naik maka warga masyarakat akan
bersediamenyisihkan lebih banyak dari penghasilannya untuk dipinjamkan (Ditabung
di bank) kepada produsen-produksen ( Kredit ke bank) untuk
memperluas pabrik-pabriknya, yaitu dengan penambahan barang-barang modal
investasinya, karena mendapat imbalan berupa bunga yang lebih tinggi.
2.Sebaliknya bila tingkat bunga menurun maka warga
masyarakat akan membelanjakan penghasilannya sebagai barang produktif,
diperjual belikan.
ØKeberadaan tingkat bunga akan menentukan berapa besar
konsumsi dan seberapa besarnya investasi.
Økarena besarnya investasimenentukan besarnya kenaikan
produktivitas.
ØKenaikan produktivitas; menentukan besarnya kenaikan
prosuksi ini berarti meningkatkan produksi masyarakat yang menimbulkan kenaikan
penghasilan masyarakat.
#Maka tingkat bunga menentukan pertumbuhan ekonomi
masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa mekanisme harga memecahkan masalah
ekonomi pokok yang keempat yaitu seberapa cepat perekonomian akan tumbuh atau
masalah HOW FAST
PERENCANAAN
DAN MEKANISME HARGA
Mekanisme harga dikatakan mampu memecahkan semua
permasalahan ekonomi. Namun untuk masalah-masalah ekonomi penting tertentu,
Mekanisme harga tidak bisa memecahkan permasalahan dengan baik. Masalah-masalah
Ekonomi lainya di mana mekanisme harga tidak memecahkan masalah ekonomi dengan
baik yaitu :
a.Distribusi pendapatan.
Mekanisme harga tidak selalu bisa menjamin
dipecahkannya masalah FOR WHOM secara “adil”.
b.Ketidaksempurnaan pasar
Apabila terdapat perbedaan yang menyolok dalam hal
kekuatan ekonomi antara pihak-pihak yang bertransaksi di pasar, maka harga yang
terbentuk tidak mencerminkan prioritas masyarakat secara wajar, sehingga
masalah WHAT dan HOW tidak bisa dipecahkan dengan baik.
c.Barang-barang kolektif
Ada barang-barang yang hanya bisa disediakan secara
kolektif oleh masyarakat (misalnya : keamanan, ketertiban hukum, beberapa macam
infrastruktur dan sebagainya). Harga pasar bagi barang-barang semacam ini tidak
ada, atau kalaupun ada tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya.
Lagi, masalah WHAT untuk barang-barang ini tidak bisa dipecahkan dengan baik
oleh mekanisme harga.
d.Eksternalitas
Mekanisme pasar tidak bisa memperhitungkan
pengaruh-pengaruh tidak langsung dari kegiatan ekonomi ( misalnya, pengaruh
suatu pabrik terhadap lingkungan ).
e.Pengelolaan perekonomian secara makro
Dalam perekonomian Makro Mekanisme pasar tidak bisa
diandalkan untuk menstabilkan gejolak naik turunnya kegiatan ekonomi nasional
secara total.
Pada kelima bidang masalah ekonomi ini, mekanisme
harga tidak bisa diharapkan menyelesaikan permasalahan ekonomi secara otomatis
dengan baik, Di sini perlu tindakan-tindakan yang dirumuskan dan dijalankan
secara sadar oleh masyarakat (Negara). Tindakan-tindakan ini disebut
perencanaan dalam arti luas. Di luar bidang-bidang ini mekanisme masih
efektif.. Dalam kenyataan mekanisme harga dan perencanaan digunakan
bersama-sama, karena keduanya saling melengkapi. tentunya Dengan “porsi” yang
berbeda-beda bagi masing-masing negara dan bagi waktu yang berbeda).
PERMINTAAN
PASARdan PERILAKU KONSUMEN
Sector rumah
tangga sebagai konsumen di pasar output. Akan berakibat :
1.Perilaku konsumen dalam memutuskan berapa jumlah
masing-masing barang yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
2.Konsumen-konsumen secara bersama-sama menimbulkan
permintaan di pasar.
PENDEKATAN –
PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN
Hukum
Permintaan, yang mengatakan bahwa “bilasesuatu barang naik maka ceteris paribus
jumlah yang diminta konsumen akan barang tersebut turun”. Dan sebaliknya bila
harga barang tersebut turun. Ceteris paribus berarti bahwa semua
faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang diminta dianggap tidak
berubah.
Pendekatanyang dinyatakan oleh Hukum Permintaan :
- Pendekatan marginal utility,yang bertitik tolak pada anggapan bahwa kepuasan(atau
utility) setiap konsumen bisa diukurdengan uang atau dengan satuan lain
(utility yang ber-sifat “cardinal”) seperti kita mengukur volume air,
panjang jalan atau berat dari sekarung beras.
- Pendekatan indifference curve, yang tidak memerlukan adanya anggapan bahwa
kepuasan konsumen bisa diukur; anggapan yang diperlukan adalah bahwa
tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah
tanpa me-ngatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah.
PENDEKATAN
MARGINAL UTILITY
Perilaku konsumen bisa diterangkan dengan menggunakan
pendekatan marginal utility sebagai berikut:
(a)Utility bisa diukur dengan uang, dan
(b)Hukum Gossen (law of diminishing marginal utility)
berlaku, yaitu bahwa semakin banyak sesuatu barang dikonsumsikan, maka tambahan
kepuasan (marginal utility) yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsikan akan menurun, dan
(c)Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total
yang maksimum.
Perhatikan perbedaan antara kepuasan total (total
utility) dan kepuasan marjinal (marginal utility).
Pada Gambar1 marginal utility diatas :
1.Dari konsumsi suatu barang X , Semakin banyak barang
X yang dikonsumsikan, semakin kecil marginal utility yang diperoleh dari barang
X yang terakhir dikonsumsikan [anggapan (b) di atas].
2.Bila harga barang X adalah OPx, maka pada tingkat
konsumsi yang lebihrendah dari 0X 3, tingkat kepuasan total (total utility)
konsumen belum mencapai maksimum. Misalnya pada tingkat konsumsi OX1, maka
setiap tambahan pembelian 1 (satu) unit X akan memberikan tambahan kepuasan
(yang dinilai dengan uang) sebesar X1 B sedangkan pengorbanan (berupa
pembayaran harga) untuk 1 unit tersebut adalah hanya X1 A ( = OPx).
Jadi ada tambahan kepuasan netto sebesar AB bila
konsumen membeli lebih banyak X. Oleh sebab itu masih menguntungkan baginya
apabila ia menambah pembelian barang X.
3.Sebaliknya, pada tingkat konsumsi lebih besar dari
OX 3 maka kepuasan total konsumen juga tidak maksimum. Misalnya pada imgkat
konsumsi OX2, maka tambahan kepuasan yang diperoleh dari pembelian 1 (satu)
unit terakhir dari barang X hanya sebesar X2E, sedangkan pengorbanan konsumen
adalah sebesar X2D (= OPx); jadi
4.Akan menambah kepuasan total konsumen bila ia
mengurangi tingkat konsumsi (pembeliannya). Konsumen akan mencapai kepuasan
total yangmaksimum pada tingkat konsumsi (pembelian) di mana pengorbanan untuk
pembelian unit terakhir dari barang tersebut (yang tidak lain adalah harga unit
terakhir tersebut) adalah sama dengan kepuasan tambahan yang didapatkan dari
unit terakhir tersebut.
Kepuasan total maksimum tercapai bila :
Penjelasannya :
1.Bila seandainya harga barang X naik dari OPx menjadi
OPx, maka untuk mencapai posisi kepuasan total yang maksimum (atau sering
disebut posisi equilibrium konsumen), konsumen akan me-milih tingkat konsumsi
(pembelian) sebesar OX4 (yang lebih kecil dari OX3). Jadi perilaku konsumen
yang dinyatakan oleh Hukum Permintaan terbukti.
2.Perhatikan bahwa dengan pendekatan marginal utility
ini, kurva Marginal Utility (yang diukur dengan uang) tidak lain adalah kurva
permintaan konsumen, karena menunjukkan tingkat pembeliannya (atau jumlah yang
ia minta) pada berbagai tingkat harga.
Untuk kasus di mana konsumen menghadapi beberapa macam
barang yang dibeli, maka posisi equilibrium konsumen adalah :
1.Syarat ini bisa dicapai dengan anggapan bahwa
konsumen mempunyai uang (atau penghasilan atau “budget” yang cukup untuk
dibelanjakan untuk setiap barang sampai marginal utility setiap barang sama
dengan harga masing-masing barang.
2.Bila kita menganggap suatu kasus yang lebih
realistis di mana konsumen hanya mempunyai sejumlah uang yang tertentu yang
tidak cukup untuk membeli barang-barang sampai pada tingkat MU = P untuk setiap
barang, maka bisa dibuktikan bahwa dengan uang yang ter-batas tersebut ia bisa
mencapai kepuasan total yang paling tinggi bila ia mengalokasikan
pembelanjaannya sehingga dipenuhi persyaratan tersebut :
Syarat ini disebut equilibrium konsumen dengan
constraint. (Yaitu dengan pembatasan jumlah uang yang dipunyai).
Dalam kasus banyak barang ini pun kita bisa
menunjukkan bahwa Hukum Permintaan berlaku bagi masing-masing barang (X, Y,Z
dan seterusnya).
PENDEKATAN
INDIFFERENCE CURVE
Perilaku konsumen bisa pula diterangkan dengan
pendekatan Indifference curve sebagai berikut:
(a)konsumen mempunyai pola preferensi akan
baarang-barang konsumsi (misalnya X dan Y) yang bisa dinyatakan dalam bentuk
indifference map atau kumpulan dari indifference curve,
(b)konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu dan
(c)konsumen lelaluberusaha mencapaikepuasan maksimum.
Definisi:
Indifference curve adalah
konsumsi (atau pembelian) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasanyang
sama.
Asumsi:
Indifference curve :
a.turun dari kiri
atas ke kanan bawah,
b.cembung ke
arah origin,
c.tidak saling
memotong,
d.yang
terletak di sebelah kanan atas menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi (
tanpa perlu menunjukkan berapa lebih tinggi, yaitu asumsi ordinal ulility)
Gambar
Perliatikan Gambar .2. di atas. Dengan sejumlah uang
ter-tentu (M) konsumen bisa membelikannya semua untuk barang X
memperoleh
sebanyak :M/Px ataumembelikannyasemua untuk barang Y dan memperoleh M/Pyatau
membelanjakan jumlah uang M tersebut untuk berbagai kemungkinan kombinasi X dan
Y seperti yang ditunjukkan oleh garis lurus yang menghubungkan M/Pxdan M/Py
Garis ini disebut garis budget atau budget line.
Tingkat kepuasan yang maksimum dicapai bila konsumen membelanjakan M untuk
membeli sebanyak OY 1 barang Y dan OX 1 barang X, yaitu pada posisi
persinggungan antara budget line dengan indifference curve.
(Posisi ini
menunjukkan posisi kepuasan yang maksimum atau posisi equilibrium konsumen
dengan constraint (M) karena I 1 adalah Indifference curve yang tertinggi yang
bisa dicapai oleh budget line tersebut; posisi selain A hanya bisa mencapai
indifference curve yang lebih rendah dari I 1).
bila harga X turun dari Px menjadi P’x dan harga Y
tetap. Maka budget line akan berayun ke kanan menjadi garisM/Py <-> M/PxPosisi
equilibrium yang baru adalah pada C.
Jadi dengan adanya penurunan harga barang X, maka
jumlah barang X yniig diminta naik dari OX 1 menjadi OX 3. Perilaku konsumen
Menurut
Hukum Permintaan terbukti.
Keunggulan
pendekatan Indifference Curve dibanding dengan pendekatan Marginal Utility,
adalah :
(a) tidak perlunya menganggap Bahwa utility konsumen
bersifat cardinal,
(b) efek perubahan harga terhadap jumlah yang diminta
bisa dipecah lebih lanjut menjadi dua, yaitu efek substitusi atau substitution effect
dan efek pendapatan atau income effect. Dari gambar di atas, efek total dari
penurunan harga :
·barang X dari Px menjadi P’x dapat dipecah menjadi X1 X2 = substitution
effect dan X2 X3 = income effect.
·Substitution effect didalam contoh ini adalah kenaikan konsumsi X karena
adanya substitusi Y dengan X, karena sekarang harga X relatif menjadi lebih
rendah dibanding harga Y.
·Income effect adalah kenaikan X, yang (disebabkan oleh kenaikan income riil
karena turunnya harga X; yaitu nilai M secara riil naik karena Px turun.
Contoh : Apabila dengan gajiDoni Rp 100.000,00, maka
doni sekarang bisa membeli 500 kg beras sedang sebelumnya hanya 400 kg beras,
karena harga beras turun dari Rp 500,00 menjadi Rp 400,00 per kg, maka daya
beli Doni meningkat, atau income riil Doni meningkat, meskipun M Doni tetap Rp
100.000,00).
Keunggulan lain dari pendekatan indifference curve
adalah bisa ditunjukkannya beberapa faktor lain yang sangat penting yang
mempengaruhi permintaan konsumen akan sesuatu barang. Faktor-faktor ini (yang
di dalam Hukum Permintaan dianggap tidak berubah, atau ceteris paribus) adalah
:
a.Penghasilan atau income riilkonsumen. Kenaikan
income riil konsumen, yang dicerminkan oleh kenaikan M bila harga-harga barang
dianggap tetap, biasanya menaikkan permintaan konsumen. Keadaan seperti ini
berlaku bagi barang-barang pada umumnya, atau barang “normal”. Pengecualian
terjadi untuk barang-barang “inferior”, di mana kenaikan income riil menurunkan
permintaan akan barang tersebut (income effect negatif). Contoh barang inferior
adalah gaplek dari rumah tangga-rumah tangga di kota-kota. Barang inferior
tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan barang yang kita beli adalah barang normal.
Gambar berikut menggambarkan pengaruh perubahan income terhadap jumlah barang
yang diminta.
06
b. Perubahan harga barang lain. Perubahan harga barang
yang mempunyai “hubungan” ekat dengan suatu barang bisa pula mempengaruhi
permintaan akan barang tersebut. Perubahan liarga Y bisa mempengaruhi
permintaan akan barang X. Gambar 111.4. berikut enunjukkan dua pengaruh yang
berbeda dari perubahan harga Y terhadap jumlah barang X yang diminta.
07
c. Selera konsumen. Perubahan selera konsumen bisa
ditunjuk-k;in oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map. I anpa
ada perubahan harga barang-barang maupun income, permintaan akan sesuatu barang
bisa berubah karena perubahan selera.
ØPermintaan (demand function) adalah : Jumlah suatu
barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada pelbagai kemungkinan harga,
dalam jangka waktu tertentu dengan anggapan hal-hal lain akan tetap sama (
Cateris Paribus)
ØPenawaran adalah : Jumlah dari suatu barang tertentu
yang mau dijual pada pelbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu (cateris
paribus)
0 komentar:
Post a Comment