Friday, July 29, 2016

Filled Under:

PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN

2.1 Kependudukan
2.1.1 Pengertian Penduduk 
            Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksiyang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingatadanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, di pihak lain, komunikasi termasuk transportasi semakin lancar. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batasadministratif/batas bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahanyang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.  
 .     
2.1.2 Teori penduduk modern
Pandangan-pandangan tentang Teori penduduk modern, diantaranya:
a.       Pandangan Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
b.      Pandangan Kaum Fisiokrat, kesempatan untuk meningkatkan jumlah produksi pertanian dalam rangka menunjang pertambahan penduduk.
c.       Pandangan Cantilion (Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat diproduksi oleh tanah.
d.      Pandangan Quesnay (Fisiokrat), suatu negara hendaknya mempunyai penduduk yang cukup banyak, tetapi dengan sayarat agar mereka dapat mencapai taraf hidup yang layak.
Pertumbuhan penduduk (populatin growth) di suatu negara adalah peristiwa berubahnya jumlah penduduk yang disebabkan oleh adanya pertambahan alami dengan migrasi neto. Pertambahan alami (natural increase) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah kelahiran dan jumlah kematian. Migrasi neto (nett migration) adalah pertambahan penduduk yang diperoleh dari selisih antara jumlah imigran dan jumlah emigran.

2.1.3 Faktor mendorong terjadinya kependudukan
     Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kependudukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif, antara lain:
a.       Kemajuan IPTEK.
b.      Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
c.       Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang diperlukan.

2.1.4 Upaya-upaya Mengatasi Masalah Kependudukan
Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut adalah:
a.       Jumlah penduduk dan pertumbuhannya diatasi dengan program Keluarga Berencana (KB).
b.      Persebaran dan Kepadatan penduduk diatasi dengan:
Ø  Program Transmigrasi
Ø  Pembangunan lebih intensif di Kawasan Indonesia Timur.
c.       Tingkat kesehatan yang rendah diatasi dengan:
Ø  Pembangunan fasilitas kesehatan seperti Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Ø  Pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
d.      Tingkat pendidikan yang rendah diatasi dengan:
Ø  a.Penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih lengkap dan merata di semua daerah di Indonesia.
Ø  b. Penciptaan kurikulum pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja
Ø  Peningkatan kualitas tenaga pengajar (guru dan dosen) di lembaga pendidikan milik pemerintah
Ø  Penyediaan program pelatihan bagi para pengajar dan pencari kerja
Ø  Mempelopori riset dan penemuan baru dalam bidang IPTEK di lembaga-lembaga pemerintah
e.       Tingkat  pendapatan yang rendah diatasi dengan:
Ø  Penciptaan perangkat hukum yang menjamin tumbuh dan berkembang- nya usaha/investasi, baik PMDN ataupun PMA.
Ø  Optimalisasi peranan BUMN dalam kegiatan perekonomian, sehingga dapat lebih banyak menyerap tenaga kerja.
Ø  Penyederhanaan birokrasi dalam   perizinan usaha. Pembangunan /menyediakan

2.2 Ketenagakerjaan
2.2.1 Pengertian Tenaga kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

2.2.2 Peranan Penduduk  dalam Pembangunan Ekonomi
            Ada 4 aspek penduduk yang perlu diperhatikan negara-negara sedang berkembang,yaitu:
a.       Adanya tingkat perkembangan penduduk yang relatif tinggi
b.      Adanya struktur umum yang favorable
c.       Tidak adanya distribusi penduduk yang merata
d.      Tidak adanya tenaga kerja yang terlatih dan terdidik

2.2.3 Tingkat Perkembangan Penduduk yang Tinggi
Tidak selamanya pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan ekonomi dalam suatu negara. Kaum klasik mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk yang cepat pada suatu negara yang maju, akan memberikan dampak positif. Dengan bertambahnya penduduk maka daya beli masyarakat semakin meningkat. Hal ini dikarenakan dalam negara maju, tingkat tabungan yang dimiliki mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk, sehingga dengan penduduk yang banyak justru meningkatkan purchasing power.
Permintaan akan meningkat seiring bertambahnya penduduk. Penawaranpun akan bertambah pula karena semakin banyak kebutuhan penduduknya yang harus dipenuhi. Efek yang lain, dengan semakin banyaknya penduduk yang berkualitas, maka sektor tenaga kerja ahli mudah didapat. Apalagi di negara maju ditunjang oleh banyak faktor. Hal ini sesuai dengan pendapat Keynes, bahwa dalam negara maju meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja akan selalu mengiringi kenaikan jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk di negara berkembang umumnya memberikan efek yang negatif, karena pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan kualitas dan produktivitas manusianya tersebut.
Sebagaimana dijelaskan oleh Kaum Klasik bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang akhirnya akan dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Hal itu terjadi karena penduduk juga berfungsi sebagai tenaga kerja, sehingga biasanya sering terdapat kesulitan dalam penyediaan lapangan pekerjaan. Kalau misalnya penduduk tersebut dapat mendapatkan pekerjaan, maka akan dapat meningkatkan kesejahteraan bangsanya, namun apabila tidak,mereka akan menjelma menjadi pengangguran yang hanya akan meningkatkan angka ketergantungan dan otomatis menurunkan tingkat kesejahteraan suatu negara. Produktivitas penduduk di negara berkembang relatif rendah sehingga mengakibatkan rendahnya produksi.Hal itu dikarenakan sebagian besar penduduk di negara berkembang berasal dari sektor agraris, sehingga hasil dari produksinya biasanya hanya habis untuk dikonsumsi sendiri.Bahkan untuk konsumsi sendiri saja masih kurang, sehingga mereka tidak terlalu memikirkan tentang menabung (saving) apalagi investasi.
a.       Isu Kependudukan
Di negara berkembang, masalah kependudukan merupakan masalah yang sulit untuk diatasi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan tingkat tabungan yang cukup. Apalagi jika kualitas penduduk itu sendiri tidak cukup bagus setidaknya untuk memproduksi atau memenuhi kebutuhannya sendiri. Dia akan menjadi pengangguran yang tentunya akan mengurangi tingkat kesejahteraan. Oleh karena itu, di negara berkembang dibutuhkan suntikan investasi untuk mengembangkan perekonomian. 
b.      Trend Fertilitas dan Mortalitas
Pada umumnya tingkat kelahiran yang tinggi dihubungkan dengan kemiskinannasional. Namun adalah keliru bila kita menyiimpulkan bahwa berhubung angka kelahiran yang tinggi pada umumnya terdapat di negara miskin. Sedangkan angka kelahiran rendah terdapat di negara maju. Maka dengan meningkatkan pendapatan per kapita lalu tingkat kelahiran akan menurun. Juga tidak ada kepastian hubungan antara laju pertumbuhanpendapatan nasional per kapita dengan tingkat kelahiran. Namun jelas ada bukti bahwa ada hubungan positif antara distribusi pendapatan dengan tingkat kelahiran. Akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa negara-negara yang berjuang untuk mengurangi tidak meratanya penghasilan atau dengan kata lain berusaha menyebarkan hasil (benefit) dari pembangunan ekonomi ke sebagian besar penduduk akan mungkin sekali mampu menurunkan tingkat kelahiran daripada negar-negara yang kurang memperhatikan pemerataan hasil pembangunan ekonominya. 
c.       Pertumbuhan Penduduk dan Kebutuhan Investasi
Untuk meningkatkan output, tambahan investasi harus cukup besar sehingga dapat meningkatkan penghasilan riil per kapita. Tetapi kesulitan dalam hal ini sering dialami oleh negara berkembang, sesuai dengan Teori Perangkap pada Keseimbangan Pendapatan yang Rendah Malthus. Kesimpulannya untuk dapat mempertinggi penghasilan per kapitanya negara berkembang memerlukan kebijakan dorongan yang besar. Atau perekonomian harus memenuhi apa yang disebut ³usaha minimum yang sangat perlu´. Pembangunan yang secara sedikit demi sedikit pun bisa dilakukan asal dengan memilih sektor yang yang mempunyai kapasitas berkembang yang cepat.
d.      Struktur Umur yang Tidak Favorable
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa pada umumnya pada negarayang berkembang memiliki angka ketergantungan yang tinggi karena besarnya jumlahpenduduk usia muda. Proporsi yang besar dari penduduk usia muda ini tidak menguntungkanbagi pembangunan ekonomi, karena:
e.     Penduduk golongan usia muda, cenderung untuk memperkecil angka penghasilan per kapita dan mereka semua merupakan konsumen dan bukan produsen dalam perekonomian tersebut. Adanya golongan penduduk usia muda yang besar jumlahnya di suatu negara akan mengakibatkan lebih banyak alokasi faktor-faktor produksi ke arah ³investasi-investasi sosial´ dan bukan ke ³investasi-investasi kapital´. Oleh karena itu, paling tidak ia akan menunda perkembangan ekonomi.
f.       Distribusi Penduduk yang Tidak Seimbang
Tingkat urbanisasi yang tinggi pada umumnya terjadi pada daerah-daerah yang sudahmaju. Sebab para penduduk lebih banyak berpindah dari daerah yang kurang maju ke daerah yang lebih maju, sehingga pada negara maju tingkat urbanisasi lebih kecil. Adanya tingkat upah yang leih menarik di sektor industri mendorong penduduk yang ada di desa berpindah ke kota yang menyebabkan penduduk di negara maju yang bekerja di sektor pertanian lebih sedikit. Berbeda dengan di negara yang berkembang. Urbanisasi yang tinggi menyebabkan ketidakseimbangan dalam proses perkembangan ekonomi antara sektor pertanian dengan sektor industri. Ketidakseimbangan distribusi penduduk baik antara desa dan kota maupun antara daerah yang lebih berkembang dan daerah yang kurang berkembang akan menghambat jalannya pembangunan ekonomi karena pembangunan ekonomi memerlukan mobilitas tenagakerja yang lebih mudah, yang didapati di negara-negara atau daerah-daerah yang memiliki distribusi penduduk yang lebih merata.
g.      Kualitas Tenaga Kerja yang
RendahRendahnya kualitas penduduk merupakan penghalang pembangunan ekonomi suatunegara disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan tenaga kerja yang rendah. Makamenurut Schumacher pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnyadibandingkan faktor-faktor produksi yang lain

2.2.4 Dinamika Pertumbuhan Penduduk  Indonesia
Penduduk Indonesia pada saat ini masih digolongkan sebagai penduduk muda. Itu berarti jika tidak ada kondisi yang sangat ekstrim, seperti misalnya peperangan (dalam peperangan akan banyak orang muda yang mati), maka penurunan pertumbuhan penduduk tidak secara otomatis menurunkan pertumbuhan angkatan kerja. Dalam kondisi normal, pertumbuhan penduduk akan menurunkan jumlah penduduk pada struktur yang muda (0 -15 tahun).
   
2.2.5 Solusi Pelaksanaan Pembangunan Ekonomi di Negara-Negara Berkembang
Pertambahan penduduk yang pesat tidak selalu merupakan penghambat jalannya pembangunan ekonomi, asal saja penduduk tersebut mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menghisap hasil produksi yang dihasilkan. Keberhasilan usaha pembangunan ekonomi dalam suatu negara dipengaruhi dan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu faktor tenaga kerja. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan ditentukan oleh jumlah dan mutu tenagakerja yang tersedia sebagai pelaksana berbagai usaha di lapangan pekerjaan yang tersedia. Tenaga kerja di negara-negara berkembang yang banyak bekerja di sektor pertanian dapat disalurkan pada sektor industri yang mampu menyerap relatif lebih banyak tenaga kerja, terutama yang bersifat padat karya. Jumlah penawaran tenaga kerja di negara-negara berkembang yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang pesat dapat dimanfaatkan dengan mengadakan pelatihan-pelatihan oleh pemerintah. Pelatihan-pelatihan yang diberikan tersebut bertujuan untuk memberdayakan tenaga kerja yang berlebih agar sumber-sumber alam yang melimpah dan belum diolah secara maksimal menghasilkan sesuatu yang dapat menaikkan angka pertumbuhan ekonomi.
Jumlah penduduk yang banyak atau khususnya tenaga kerja yang menganggur, tidak selalu menjadi bahaya stagnasi dalam pembangunan. Tenaga kerja yang kurang produktif terutama yang terpaksa menganggur dapat dimanfaatkan dengan menciptakan lapangan kerja, yang direalisasikan melalui berbagai proyek pekerjaan umum. Sehingga penciptaan lapangan pekerjaan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan. Pembangunan ekonomi harus dibarengi dengan pembangunan dalam pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja. Salah satu peningkatan pendidikan terhadap tenaga-tenaga kerja di negara-negara berkembang, yaitu dengan melakukan inovasi pendidikan dalam semua aspek. Hal ini dikarenakan untuk mengisi lapangan kerja yang tersedia diperlukan tenaga kerja yang memiliki kecakapan dan keterampilan yang sesuai dengan keperluan pembangunan.

2.2.5 Klasifikasi Tenaga Kerja
a.       Berdasarkan penduduknya
Ø  Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Ø  Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.

b.      Berdasarkan batas kerja
Ø  Angkatan kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.
Ø  Bukan angkatan kerja     
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:
·         anak sekolah dan mahasiswa
·         para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
·         para pengangguran sukarela
c.       Berdasarkan kualitasnya
Ø  Tenaga kerja terdidik
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
Ø  Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
Ø  Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

2.2.6 Masalah Ketenagakerjaan
Berikut ini beberapa masalah ketenagakerjaan di Indonesia.


a.       Rendahnya kualitas tenaga kerja
Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan denganmelihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.
b.      Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja
Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.
c.       Persebaran tenaga kerja yang tidak merata
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.
d.      Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran akan semakin banyak.

0 komentar:

Post a Comment