Sunday, July 31, 2016

Filled Under:

PASAR BARANG DAN KURVA I-S, SERTA TINGKAT BUNGA-INVESTASI DALAM KURVA I-S

HUBUNGAN PASAR BARANG DAN KURVA IS
Pasar barang adalah pasar dimana semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu. Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Dalam ekonomi konvensional, kesimbangan umum dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada di dalam keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini besarnya pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional (Y) dan tingkat bunga (i) yang seimbang baik di pasar barang maupun di pasar uang. Namun, dalam ekonomi Islam, system bunga dihapuskan. Kurva IS menyatakan hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan “tabungan”. Dengan asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka pengeluaran yang direncanakan sebagai jumlah konsumsi C, investasi yang direncanakan I, dan pembelian pemerintah G.
E = C + I + G , dimana : C = C(Y – T)
Persamaan ini menunjukkan bahwa konsumsi tergantung pada pendapatan disposibel (Y – T), yang merupakan pendapatan total Y dikurangi pajak T. Diasumsikan investasi yang direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat pembelian dan pajak pemerintah- adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan menjadi :
E = C(Y – T) + I + G
Selanajtunya perekonomian berada dalam keseimbangan (equilibrium) ketika pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana orang-orang telah direalisasikan, mereka tidak mempunyai alasan untuk mengubah apa yang mereka lakukan. Mengingat Y sebagai GDP aktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total atas barang dan jasa, sehingga dapat ditulis kondisi keseimbangan sebagai :
Pengeluaran Aktual / Y       =          Pengeluaran Yang Direncanakan / E
Dapat disimpulkan, kurva IS menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan jasa. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kiri.
B. INTERAKSI SUKU BUNGA, INVESTASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DALAM KURVA IS
            Sifat diantara suku bunga dan investasi menpunyai hubungan yang  berbalikan atau berlawanan arah. Dalam arti, jika tingkat suku bunga naik, maka tingkat investasi akan turun. Sebaliknya, jika tingkat suku bungan turun, maka tingkat investasi akan naik. Perubahan dalam investasi akan menimbulkan perubahan dalam perbelanjaan agregat dan keseimbangan pendapatan nasional. Dengan demikian diantara suku bungan dan keseimbangan pendapatan nasional terdapat rangkaian hubungan sebagai berikut :
∆r        →        ∆I        →        ∆AE    →        ∆Y
            Misalkan sifat hubungan diantara suku bunga dengan investasi adalah seperti yang digambarkan oleh kurva MEI0. Apabila terjadi perubahan dari tingkat suku bunga yang awalnya r0 mengalami penurunan menjadi r1, maka perubahan ini akan mengakibatkan pertambahan tingkat investasi dari I0 menjadi I1. Akibat hubungan antara suku bunga dan investasi maka kurva MEI akan mengalami pergerakan dari titik A ke titik B. hal ini dapat dilihat dengan jelas pada gambar 1.1 grafik a.
            Investasi adalah salah satu kompenen dari pembelanjaan agregat AE, maka perubahan dalam investasi akan memindahkan kurva pembelanjaan agregat. Perubahan iti ditunjukkan pada gambar 1.1 grafik b. Dalam keseimbangan pada grafik  b, dimisalkan pada suku bunga r0 dan tingkat investasi I0 pembalanjaan agregat adalah AE0. Dengan demikian keseimbangan pendapatan nasional dicapai dititik  E0 dan pendapatan nasional adalah Y0. Penurunan suku bunga dari r0 menjadi r1 meningkatkan investasi dari I0 menjadi I1. Perubahan ini menyebabkan perbelanjaan agregat meningkat menjadi AE1. Keseimbangan perekonomian yang baru dicapai di E1 dan pendapatan nasioanal yang baru adalah Y1.
            Kenaikan investasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari pergerakan kurva MEI, misalnya dari MEI0 menjadi MEI1. Perubahan seperti ini akan berlaku apabila penentu-penentu investasi disamping suku bunga seperti ekspektasi kegiatan ekonomi masa depang yang lebih baik atau perkembangan teknologi  mengalami kemajuan. Hal ini seperti ditunjukan oleh titik A dan C, pada tingkat suku bungan yang sama investasi mengalami peningkatan dari I0 menjadi I2.  Perubahan ini memindahkan MEI0 menjadi MEI2. Hal ini juga akan mengakibatkan perpindahan pembelanjaan agregat dari AE0 menjadi AE2 sehingga meninbulkan keseimbangan perekonomian yang baru pada titik E2 dan pendapatan nasional bertambah menjadi Y2.
Gambar 1.1


Text Box: Grafik .a
Text Box: AE
 






Text Box: AE2Text Box: AE2Text Box: E0Text Box: E1Text Box: E2Text Box: Grafik .b      
Text Box: AE0
Text Box: Y2
 






            Analisis di atas menunjukan bahwa terdapat dua sumber dari perubahan investasi, yaitu sebagai akibat dari perubahan suku bunga dan sebagai akibat dari perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat investasi. Kedua perubahan itu akan menggeser perbelanjaan agregat an keseimbangan perekonomian dan seterusnya keadaan ini akan menimbulkan perubahan dalam kegiatan perekonomian dan pendapatan nasional.
C. MEMBENTUK KURVA IS
            Ada dua cara yang dapat digunakan untuk membentuk kurva IS, yaitu membentuknya berdasarkan kepada perubahan keseimbangan dalam analisis Keynesian sederhana dan dengan menggunakan grafik 4-kuadran. Cara yang pertama relatif sederhana tetapi dengan cara tersebut tidak dapat ditunjukkan bagaimana komponen-komponen perbelanjaan agregrat dan faktor-faktor lain akan mempengaruhi bentuk kurva IS. Dengan menggunakan grafik 4-kuadran hal itu dapat ditunjukkan dengan jelas.
a. Menggunakan Perubahan Keseimbangan Pasaran Barang
Text Box: Pengeluaran Agregat Text Box: a. Keseimbangan Pendapatan Nasional            Cara pembentukan kurva IS menggunakan pendekatan analisis Keynesian sederhana untuk perekonomian tiga sektor dapat dijelaskan melelui gambar berikut :
Gambar 1.2







Text Box: b. Kurva IS 




Misalkan pada mulanya perbelanjaan agregat adalah AE0 = C + I + G. Dalam keadaan ini keseimbangan pendapatan nasional dicapai di E0 dan pendapatan nasionalnya adalah Y0. Misalkan suku bungan menjadi semakin rendah sehingga investasi meningkat dari I menjadi I1 dan kenaikan yang berlaku sebesar ∆I. Perbelanjaan agregat bergerak menjadi AE1 = C + I1 + G dan menyebabkan keseimbangan pendapatan nasional yang baru dicapai di E1 dan pendapatan nasionalnya telah meningkat menjadi Y1.
Analisis di atas, disamping menunjukkan hubungan diantara perubahan perbelanjaan agregat dan perubahanpendapatan nasional, dapat pula menerangkan hubungan diantara suku bungan dengan perbelanjaan agregat dan pendapatan nasional. Misalkan suku bunga awalnya adalah r0. Pada tingkat tingkat suku bungan ini perbelanjaan agregat adalah AE0 dan pendapatan nasional adalah Y0. Seterusnya pengurangan suku bunga yang berlaku adalah dari r0 menjadi r1 dan menyebabkan perbelanjaan agregat bergerak ke AE1 dan pendapatan nasionalnya adalah Y1. Sifat hubungan diantara suku bungan dan pendapatan nasional seperti yang baru diterangkan di atas digambarkan dengan jelas oleh kurva IS dalam grafik b.
Titik E0 menggambarkan kedudukan keseimbangan perekonomian dimana suku bunga adalah r0 dan perbelanjaan agregat serta pendapatan nasional masing-masing adalah AE0 dan Y0. Sedangkan titik E1 menunjukan tingkay keseimbangan apabila suku bunga adalah r1 dan perbelanjaan agregat adalah AE1 dan mewujudkan pendapatan nasional pada keseimbangan pada Y1. Dengan menghubungkan titik E0 dan E1 dan titik-titik lainnya yang menggambarkan keseimbangan pendapatan nasional yang dicapai pada suku bungan yang berbeda dapat dibentuk kurva IS. Dengan demikian kurva IS menggambarkan keadaan keseimbangan di pasar barang pada berbagai suku bunga dan pendapatan nasional.
b. Menggunakan Garfik 4-Kuadran
Disamping dengan cara seperti yang diterangkan di atas kurva IS dapat pula dibentuk dengan menggunakan diagram 4 kuadran, yaitu seperti yang ditunjukan gambar 5.4. Dalam menerangkan cara membentuk kurva IS dengan menggunakan diagram 4-kuadran tersebut dimisalkan perekonomian yang dianalisis adalah perekonomian tertutup. Dalam perekonomian tertutup bocoran (W) – yaitu aliran yang ke luar dari sirkulasi aliran pendapatan – terdiri dari dua jenis: tabungan dan pajak pemerintah. Dengan demikian
W = S + T. Suntikan (J) – yaitu aliran yang masuk ke dalam sirkulasi aliran pendapatan – terdiri dari investasi dan pengeluaran pemerintah. Maka J = I + G.
            Hubungan diantara suntikan dengan suku bunga ditunjukkan dalam kuadran (a). Kurva I + G arahnya menurun ke kanan yang berarti penurunan suku bunga meningkatkan nilai I + G, karena semakin rendah suku bunga semakin tinggi investasi. Dalam kuadran (b)
 S + T ditunjukkan pada sumbu tegak dan I + G ditunjukkan pada sumbu datar. Berarti sumbu 45 derajat menunjukan kesamaan diantara suntikan dan bocoran, yang berarti I + G = S + T. Kuadran (c) menunjukkan hubungan diantara bocoran dengan tingkat pendapatan nasional. Kurva S + T bergerak naik ke kanan karena semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi pula tabungan dan pajak yang dipungut.
Gambar 1.3
r                                      (a)                                     r                         (d)
 

    r2                                                                       r0                       A

                                                            
   r1                                                                                                                    B
                                          I + G                                                                          IS                   
                 J0                J1                            J                                 Y0                  Y1                           Y                                      
 W                                                                        W                                               S+T                         
                                            J = W                                            
                                B                                          W1

          
               A                                                           W0
                                                                                                                                                    
450                                                                                           J                                                                                                                         Y
                        (b)                                                                    (c)
            Keterangan :


(a)    Fungsi bocoran
(b)   Syarat keseimbangan
(c)    Fungsi suntikan
(d)   Kurva IS


Berdasarkan kepada kurva-kurva di kuadran (a), (b) dan (c) dapatlah dibentuk kurva IS. Kuadran (b) menunjukkan syarat keseimbangan yang perlu dipenuhi, yaitu kesamaan (ekuilibrium) nilai suntikan dan bocoran pada suatu tingkat keseimbangan di pasar barang. Perhatikan bagaimana titik A dan B dalam kuadran (b) menentukan keadaan keseimbangan di pasar barang dimana bocoran adalah sebanyak W0 dan suntikan sebanyak J0. Dengan memperhatikan kuadran (a) dapat dilihat bahwa suntikan sebanyak J0 akan dicapai bila suku bunga adalah r0. Sedangkan keadaan di kuadran (c) menunjukan bahwa bocoran sebanyak W0 hanya akan wujud apabila pendapatan nasional Y0. Ini berarti J0 = W0 hanya akan berlaku apabila suku bunga adalah r0 dan pendapatan nasional Y0. Hubungan ini ditunjukkan oleh titik A dalam kuadran (d)
            Sekarang perhatikan pula keadaan I + G = S + T yang ditunjukkan oleh titik B dalam kuadran (b). Kedudukan keseimbangan yang ditunjukkan titik B menggambarkan bahwa suntikan adalah sebesar J1 dan bocoran adalah sebesar W1. Berdasarkan kurva I + G di kuadran (a), suntikan sebesar J hanya akan berlaku apabila suku bunga adalah r1. Dan berdasarkan kurva S + T pada kuadran (c), bocoran sebesar W1 hanya akan berlaku apabila tingkat pendapatan nasional adalah Y1. Dengan demikian J1 = W1 hanya berlaku apabila suku bunga adalah r1 dan pendapatan nasional Y1. Keadaan itu ditunjukkan oleh titik B pada kuadran (d). Apabila titik A dan B dan titik-titik lain yang ditentukan dengan cara yang sama dihubungkan akan diperoleh kurva IS.

D. KECONDONGAN DAN KEDUDUKAN KURVA IS
Kurva IS dapat berbentuk curam dan landai. Juga kedudukannya dapat mendekati sumbu tegak atau lebih jauh daripadanya. Apakah faktor-faktor yang menentukan kedua hal tersebut? Dengan menggunakan pendekatan secara grafik hal tersebut akan diterangkan dalam uraian berikut
a. Kecondongan Kurva IS
Secara grafik akan dapat dilihat bahwa kecondongan kurva IS dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: (i) sampai dimana sensitifnya perubahaan investasi sebagai akibat perubahan suku bunga, dan (ii) besarnya kecondongan menabung marginal dan kondongan perpajakan marginal. Bagaimana faktor pertama mempengaruhi kurva IS diterangkan dalam gambar 5.5
1.        Efek sensitiviti investasi ke atas perubahan suku bunga
Perubahan investasi dikatakan sensitive terhadap perubahan suku bunga apabila perubahan yang kecil lke atas suku bunga mengakibatkan perubahan yang besar ke atas investasi. Dalam keadaan seperti ini kurva MEI akan lebih landai dan seterusnya menyebabkan kurva suntikan I + G lebih landai. Sebaliknya, apabila investasi bersifat tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga, perubahan yang besar dalam suku bunga akan menyebabkan perubahan yang relatif kecil ke atas investasi. Sifat hubungan ini menyebabkan kurva MEI lebih curam, dan menimbulkan akibat yang sama ke atas kurva I + G
Gambar 5.5 (a) menggambarkan dua kurva suntikan,yaitu kurva (I + G)1, yang bersifat tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga dan kurva (I + G)2 yang besifat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Perbedaan ini menyebabkan perubahan suku bunga akan menimbulkan perubahan yang berbeda keatas suntikan (I + G) dan pendapatan nasional. Untuk membuktikannya misalkan suku bunga turun dari r0 menjadi r1. Apabila kurva suntikan adalah (I + G)1 maka akan berlaku pergerakan dari titik A ke titik B yang berarti suntikan meningkat dari J0 menjadi J1. Tetapi apabila suntikan adalah (I + G)2 maka akan berlaku pergerakan dari titik A ketitik C yang berarti suntikan meningkat dari J0 menjadi J2.
Gambar 1.4
1. HUBUNGAN DIANTARA KECONDONGAN KURVA I + G DENGAN KURVA IS








Pertambahan suntikan akan menambah pendapatan nasional dan besarnya pertambahan pendapatan nasional tergantung ppada besarnya multiplier. Misalkan dalam kedua-dua kasus diatas besarnya multiplier adalah sama. Maka apabila suntikan hanya bertambah dari Jo menjadi J1 keseimbangan pasar barang yang ditunjukan oleh grafik bagian (b) hanya berubah dari titik E ke titik F dan keseimbangan di pasar barang pada berbagai tingkat suku bunga ditunjukan oleh kurva IS1. Perubahan suku bunga dan suntikan bunga yang berlaku hanya akan menambah pendapatan nasional dari Y0 menjadi Y1. Tetapi apabila suntikan berasal dari J0 menjadi J2 maka keseimbangan dipasaran barang akan berubah dari titik E ke titik G, dan ini membentuk kurva IS2 yang lebih landai dari kurva IS1. Pendapatan nasional bertambah dari Y0 menjadi Y2.
Berdasarkan kepada uraian ini dapat dibuat kesimpulan berikut : kurva IS akan menjadi lebih landai apabila investasi lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga. Keadaan yang sebaliknya menyebabkan kurva IS lebih curam/condong.
2. Efek kecondongan fungsi bocoran sekarang akan diperhatikan pula bagaimana faktor yang kedua, yaitu kecondongan menabung marginal dan kecondongan perpajakan marginal, akan memengaruhi kurva IS. Untuk menerangkannya akan digunakan gambar 5.6. Grafik (b) menunjukan dua kurva bocoran yang berbeda kecondongannya, yaitu kurva (S + T)1, dan kurva (S + T)2 . yang pertama adalah lebih landai dari yang kedua. Misalkan pada tingkat keseimbangan pasaran barang yang mula-mula, suntikan seimbang dengan bocoran pada tingkat dimana bocoran adalah W0 dan ini berlaku pada suku bunga r0. Apabila kurva bocoran adalah (S + T)2 maka keseimbangan akan dicapai di titik A yang ditunjukan dalam grafik (a) dan (b). Berarti pendapatan nasional adalah YA. Akan tetapi sekiranya kurva bocoran adalah (S + T)1 , keseimbangan dicapai di titik M dan pendapatan nasional adalah YM.
GAMBAR 1.5
2. HUBUNGAN DIANTARA KECONDORONGAN KURVA BOCORAN DENGAN IS















Apabila terjadi penurunan dalam suku bunga,  lebih banyak investasi akan dilakukan. Sebagai akibatnya suntikan meningkat dan menyebabkan keseimbangan diantara suntikan dan bocoran dicapai pada pendapatan nasional yang lebih tinggi. Misalkan perubahan suku bunga adalah adalah dari r0 ke r1 dan ini akan menambah suntikan. Pada keseimbangan yang baru pertambahan suntikan adalah sama dengan pertambahan bocoran, dan kenaikan itu adalah dari W0 menjadi W1 . Apabila fungsi bocoran adalah (S + T)2 maka perubahan keseimbangan akan berlaku dari titik A ke titik B. Pendapatan nasional meningkat menjadi YB dan garis AB membentuk kurva IS2. Untuk kurva bocoran (S + T)1 perubahan keseimbangan yang berlaku adalah dari titik M ke titik N. Berarti pendapatan nasional bertambah dari YM ke YN dan garis MN membentuk kurva IS1.
Dengan mengamati sifat hubungan diantara kecondongan kurva bocoran dengan kecondongan kurva IS seperti yang diterangkan diatas dapat dibuat kesimpulan berikut : semakin condong kurva bocoran semakin curam bentuk kurva IS. Mengapakah hubungan seperti itu berrlaku? Hal itu disebakan karena pengaruh dari kecondongan kurva bocorn ke atas multiplier. Sebagai akibatnya, suatu kenaikan tertentu dari suntikan, akan menimbulkan kenaikan yang semakin sedikit keatas pendapatan nasional apabila multiplier menjadi semakin kecil.
b. Kedudukan Kurva IS
Kedudukan kurva IS yaitu jarak kurva IS dari sumbu tegak ditentukan oleh dua faktor: (i) pengeluaran otonomi, dan (ii) multiplier. Yang dimaksudkan dengan pengeluaran otonomi adalah komponen dari pengeluaran agregat yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. komponen itu meliputi konsumsi otonomi yaitu nilai “a” dalam persamaan C = a+ bYd , investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Dalam analisis yang sedang dilakukan ini ekspor tidak akan dianggap sebagai sebagian dari pengeluaran otonomi, dan ini disebabkan karena masih diasumsikan bahwa yang dianalisis adalah perekonomian terutup yaitu mempertimbangkan pengaruh ekspor, impor dan aliran ke luar masuk modal dari sesuatu negara ke negara lain.
Bagaimana kedua faktor diatas (pengeluaran otonomi dan multiplier akan menentukan kedudukan kurva IS dapat dengan jelas diterangkan dengan cara menentukan persamaan aljabar dari kurva IS. Seperti telah dijelaskan dan diterangkan sebelum ini, kurva IS menggambarkan keseimbangan pasaran barang pada berbagai suku bunga. Dalam perekonomian tiga sektor keseimbangan pendapatan nasional ditentukan oleh pengeluaran agregat yang meliputi konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan dn pengeluaran pemerintah. Andaikan ciri-ciri dari ketiga komponen pengeluaran agregat tersebut adalah sebagai berikut :
        i.            Fungsi konsumsi adalah C = a + bYd dimana a adalah konsumsi otonomi, b kecondongan mengkonsumsi marginal, dan Yd adalah pendapatan disposibel.
      ii.            Investasi perusahaan adalah I =  – dr, di mana r adalah suku bunga, d adalah sensitiviti  dari investasi – yaitu suatu konstan (angka tetap) yang menunjukkan besarnya perubahan nilai investasi apabila suku bunga berubah sebanyak 1 persen, dan  adalh tingkat investasi apabila suku bunga adalah nol.
    iii.            Pajak yang dipungut pemerintah adalah T = tY.
    iv.            Pengeluaran pemerintah adalah tetap, yaitu sebanyak .
Berdasarkan kepada pemisalan-pemisalan di atas, pendapatan nasional pada setiap suku bunga dapat ditentukan dengan menyelesaikan persamaan berikut:
                             Y = C + I + G
                             Y = a + b + ( - dr) +
                             Y = a + b(Y –tY) + ( - dr) +
                              Y- bY + btY = a +  – dr +
                                                Y =  (a +  – dr +
Seperti telah diterangkan dalam pembahasan tentang  adalah nilai multiplier untuk perekonomian tiga sektor yang menggunakan sistem pajak proposional. Kita misalkan nilai multiplier tersebut adalah : . Nilai (a +  – dr + menunjukkan jumlah pengeluaran otonomi. Dengandemikian persamaan di atas membuktikan bahwa tingkat pendapatan nasional pada suatu tingkat suku bunga tertentu ditentukan oleh dua faktor: (i) pengeluaran otonomi dan (ii) multiplier.
Dengan menggunakan persamaan di atas secara grafik sekarang dapatlah ditentukan kedudukan kurva IS. Perhatikan gambar 2._ . Dalam grafik (a) ditunjukkan kurva suntikan dalam perekonomian tiga sektor. Kurva I +  - yang menggambarkan jumlah investasi dan pengeluaran pemerintah pada setiap suku bunga menggambarkan kurva suntikan yang permulaan berlaku. Sesuai dengan pemisalan (ii) dan (iv) di atas maka nilai suntikan I +  adalah:  – dr +. Kurva I +  memotong sumbu tegak pada suku bunga . Keadaan ini berarti  – dr + = 0. Dengan demikian pada suku bunga ini persamaan keseimbangan pendapatan nasional dapat disederhanakan menjadi:









Y =  (a) atau  = .a.                                    (1)
Gambar 1.6
Menentukan kedudukan kurva IS
       r
                                                                                     
                         


     (  – dr +
                            I +          I +  
(a)    Kurva suntikan
           r   
                       
                          .a                    
                                                . 

                                  (a +  – dr +      B
                                                                                   
                                                                                                I
                                                               IS

                                                                                  
(b)   Kurva IS
Persamaan (1) hanya berlaku apabila nilai  – dr + adalah  0. Dalam grafik hubungan di antara suku bunga  dengan  digambarkan oleh titik A dalam grafik (b). Apabila suku bunga lebih rendah dari - misalkan - nilai  – dr + adalah positif. Maka nilai pendapatan nasional pada keseimbangan ) dapat ditentukan dengan menggunkan persamaan berikut:
                                      =  (a +  – dr +                                  (2)
Atau :   = (a +  – dr +
Dalam grafik (b) hubungan di antara suku bunga  dan pendapatan nasional  digambarkan oleh titik B. Maka, berdasarkan kepada pemisalan-pemisalan yang dinyatakan dalam (i) hingga(iv), kedudukan kurva IS dalam grafik ditentukan dengan menghubungkan titik A dan B dalam grafik (b).
Seterusnya misalkan pengeluaran pemerintah bertambah sebanyak  . Dalam grafik (a) pertambahan ini menggeser kurva suntikan dari I +  menjadi I +  dan jumlah perubahannya adalah sebanyak  pada setiap suku bunga. Pertambahan suntikan sebanyak  ini akan menyebabkan, pada setiap suku bunga, pendapatan nasional pada keseimbangan bertambah sebanyak:
                       Y =  ( G)
Atau :            Y = α.G                                                                       (3)
Secara grafik perubahan itu digambarkan oleh perubahan kurva IS ,enjadi I. Jarak perubahan itu adalah sama dengan nilai perubahan pendapatan nasional ( Y) yaitu sebesar (αG). Perubahan itu ditunjukkan oleh grafik (b).


1 komentar: