HUBUNGAN
PASAR BARANG DAN KURVA IS
Pasar barang adalah pasar dimana
semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan dalam jangka waktu
tertentu. Permintaan dalam pasar barang merupakan agregasi dari semua
permintaan akan barang dan jasa di dalam negeri, sementara yang menjadi
penawarannya adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam negeri.
Dalam ekonomi konvensional,
kesimbangan umum dapat terjadi apabila pasar barang dan pasar uang ada di dalam
keseimbangan. Dalam keadaan keseimbangan umum ini besarnya pendapatan nasional
(Y) dan tingkat bunga (i) yang terjadi akan mencerminkan pendapatan nasional
(Y) dan tingkat bunga (i) yang seimbang baik di pasar barang maupun di pasar
uang. Namun, dalam ekonomi Islam, system bunga dihapuskan. Kurva IS menyatakan
hubungan antara tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang muncul di pasar
barang dan jasa. Kurva IS juga menyatakan “investasi” dan “tabungan”. Dengan
asumsi perekonomian tertutup, dimana ekspor adalah nol, maka pengeluaran yang
direncanakan sebagai jumlah konsumsi C,
investasi yang direncanakan I, dan
pembelian pemerintah G.
E
= C + I + G , dimana : C = C(Y – T)
Persamaan ini menunjukkan bahwa
konsumsi tergantung pada pendapatan disposibel (Y – T), yang merupakan
pendapatan total Y dikurangi pajak T. Diasumsikan investasi yang
direncanakan adalah tetap I, dan kebijakan fiskal-tingkat pembelian dan pajak
pemerintah- adalah tetap G dan T. Sehingga dikombinasikan menjadi :
E
= C(Y – T) + I + G
Selanajtunya perekonomian berada dalam keseimbangan
(equilibrium) ketika pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran yang
direncanakan. Asumsi ini didasarkan pada gagasan bahwa ketika rencana
orang-orang telah direalisasikan, mereka tidak mempunyai alasan untuk mengubah
apa yang mereka lakukan. Mengingat Y
sebagai GDP aktual tidak hanya pendapatan total tetapi juga pengeluaran total
atas barang dan jasa, sehingga dapat ditulis kondisi keseimbangan sebagai :
Pengeluaran Aktual / Y =
Pengeluaran Yang Direncanakan / E
Dapat disimpulkan, kurva IS
menunjukkan kombinasi dari tingkat bunga dan tingkat pendapatan yang konsisten
dengan keseimbangan dalam pasar untuk barang dan jasa. Perubahan-perubahan
dalam kebijakan fiskal yang meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa
menggeser kurva IS ke kanan. Perubahan-perubahan dalam kebijakan fiskal yang
mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa menggeser kurva IS ke kiri.
B. INTERAKSI SUKU
BUNGA, INVESTASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DALAM KURVA IS
Sifat
diantara suku bunga dan investasi menpunyai hubungan yang berbalikan atau berlawanan arah. Dalam arti,
jika tingkat suku bunga naik, maka tingkat investasi akan turun. Sebaliknya,
jika tingkat suku bungan turun, maka tingkat investasi akan naik. Perubahan
dalam investasi akan menimbulkan perubahan dalam perbelanjaan agregat dan
keseimbangan pendapatan nasional. Dengan demikian diantara suku bungan dan
keseimbangan pendapatan nasional terdapat rangkaian hubungan sebagai berikut :
∆r → ∆I → ∆AE → ∆Y
Misalkan
sifat hubungan diantara suku bunga dengan investasi adalah seperti yang
digambarkan oleh kurva MEI0. Apabila terjadi perubahan dari tingkat
suku bunga yang awalnya r0 mengalami penurunan menjadi r1,
maka perubahan ini akan mengakibatkan pertambahan tingkat investasi dari I0
menjadi I1. Akibat hubungan antara suku bunga dan investasi
maka kurva MEI akan mengalami pergerakan dari titik A ke titik B. hal ini dapat
dilihat dengan jelas pada gambar 1.1 grafik a.
Investasi
adalah salah satu kompenen dari pembelanjaan agregat AE, maka perubahan dalam
investasi akan memindahkan kurva pembelanjaan agregat. Perubahan iti
ditunjukkan pada gambar 1.1 grafik b. Dalam keseimbangan pada grafik b, dimisalkan pada suku bunga r0
dan tingkat investasi I0 pembalanjaan agregat adalah AE0.
Dengan demikian keseimbangan pendapatan nasional dicapai dititik E0 dan pendapatan nasional adalah
Y0. Penurunan suku bunga dari r0 menjadi r1
meningkatkan investasi dari I0 menjadi I1. Perubahan ini
menyebabkan perbelanjaan agregat meningkat menjadi AE1. Keseimbangan
perekonomian yang baru dicapai di E1 dan pendapatan nasioanal yang
baru adalah Y1.
Kenaikan
investasi dapat pula berlaku sebagai akibat dari pergerakan kurva MEI, misalnya
dari MEI0 menjadi MEI1. Perubahan seperti ini akan
berlaku apabila penentu-penentu investasi disamping suku bunga seperti
ekspektasi kegiatan ekonomi masa depang yang lebih baik atau perkembangan
teknologi mengalami kemajuan. Hal ini
seperti ditunjukan oleh titik A dan C, pada tingkat suku bungan yang sama
investasi mengalami peningkatan dari I0 menjadi I2. Perubahan ini memindahkan MEI0
menjadi MEI2. Hal ini juga akan mengakibatkan perpindahan
pembelanjaan agregat dari AE0 menjadi AE2 sehingga
meninbulkan keseimbangan perekonomian yang baru pada titik E2 dan
pendapatan nasional bertambah menjadi Y2.
Gambar 1.1
Analisis
di atas menunjukan bahwa terdapat dua sumber dari perubahan investasi, yaitu
sebagai akibat dari perubahan suku bunga dan sebagai akibat dari perubahan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkat investasi. Kedua perubahan itu
akan menggeser perbelanjaan agregat an keseimbangan perekonomian dan seterusnya
keadaan ini akan menimbulkan perubahan dalam kegiatan perekonomian dan
pendapatan nasional.
C.
MEMBENTUK KURVA IS
Ada
dua cara yang dapat digunakan untuk membentuk kurva IS, yaitu membentuknya berdasarkan
kepada perubahan keseimbangan dalam analisis Keynesian sederhana dan dengan
menggunakan grafik 4-kuadran. Cara yang pertama relatif sederhana tetapi dengan
cara tersebut tidak dapat ditunjukkan bagaimana komponen-komponen perbelanjaan
agregrat dan faktor-faktor lain akan mempengaruhi bentuk kurva IS. Dengan
menggunakan grafik 4-kuadran hal itu dapat ditunjukkan dengan jelas.
a.
Menggunakan Perubahan Keseimbangan Pasaran Barang
Cara
pembentukan kurva IS menggunakan pendekatan analisis Keynesian sederhana untuk
perekonomian tiga sektor dapat dijelaskan melelui gambar berikut :
Gambar
1.2
Misalkan pada mulanya perbelanjaan
agregat adalah AE0 = C + I + G. Dalam keadaan ini keseimbangan
pendapatan nasional dicapai di E0 dan pendapatan nasionalnya adalah
Y0. Misalkan suku bungan menjadi semakin rendah sehingga investasi
meningkat dari I menjadi I1 dan kenaikan yang berlaku sebesar ∆I.
Perbelanjaan agregat bergerak menjadi AE1 = C + I1 + G
dan menyebabkan keseimbangan pendapatan nasional yang baru dicapai di E1
dan pendapatan nasionalnya telah meningkat menjadi Y1.
Analisis di atas, disamping
menunjukkan hubungan diantara perubahan perbelanjaan agregat dan
perubahanpendapatan nasional, dapat pula menerangkan hubungan diantara suku
bungan dengan perbelanjaan agregat dan pendapatan nasional. Misalkan suku bunga
awalnya adalah r0. Pada tingkat tingkat suku bungan ini perbelanjaan
agregat adalah AE0 dan pendapatan nasional adalah Y0.
Seterusnya pengurangan suku bunga yang berlaku adalah dari r0
menjadi r1 dan menyebabkan perbelanjaan agregat bergerak ke AE1
dan pendapatan nasionalnya adalah Y1. Sifat hubungan diantara suku
bungan dan pendapatan nasional seperti yang baru diterangkan di atas
digambarkan dengan jelas oleh kurva IS dalam grafik b.
Titik E0 menggambarkan
kedudukan keseimbangan perekonomian dimana suku bunga adalah r0 dan
perbelanjaan agregat serta pendapatan nasional masing-masing adalah AE0
dan Y0. Sedangkan titik E1 menunjukan tingkay
keseimbangan apabila suku bunga adalah r1 dan perbelanjaan agregat
adalah AE1 dan mewujudkan pendapatan nasional pada keseimbangan pada
Y1. Dengan menghubungkan titik E0 dan E1 dan
titik-titik lainnya yang menggambarkan keseimbangan pendapatan nasional yang
dicapai pada suku bungan yang berbeda dapat dibentuk kurva IS. Dengan demikian
kurva IS menggambarkan keadaan keseimbangan di pasar barang pada berbagai suku
bunga dan pendapatan nasional.
b.
Menggunakan Garfik 4-Kuadran
Disamping
dengan cara seperti yang diterangkan di atas kurva IS dapat pula dibentuk
dengan menggunakan diagram 4 kuadran, yaitu seperti yang ditunjukan gambar 5.4.
Dalam menerangkan cara membentuk kurva IS dengan menggunakan diagram 4-kuadran
tersebut dimisalkan perekonomian yang dianalisis adalah perekonomian tertutup.
Dalam perekonomian tertutup bocoran (W) – yaitu aliran yang ke luar dari
sirkulasi aliran pendapatan – terdiri dari dua jenis: tabungan dan pajak
pemerintah. Dengan demikian
W = S + T.
Suntikan (J) – yaitu aliran yang masuk ke dalam sirkulasi aliran pendapatan –
terdiri dari investasi dan pengeluaran pemerintah. Maka J = I + G.
Hubungan diantara suntikan dengan
suku bunga ditunjukkan dalam kuadran (a). Kurva I + G arahnya menurun ke kanan
yang berarti penurunan suku bunga meningkatkan nilai I + G, karena semakin
rendah suku bunga semakin tinggi investasi. Dalam kuadran (b)
S + T ditunjukkan pada sumbu tegak dan I + G
ditunjukkan pada sumbu datar. Berarti sumbu 45 derajat menunjukan kesamaan
diantara suntikan dan bocoran, yang berarti I + G = S + T. Kuadran (c)
menunjukkan hubungan diantara bocoran dengan tingkat pendapatan nasional. Kurva
S + T bergerak naik ke kanan karena semakin tinggi pendapatan nasional, semakin
tinggi pula tabungan dan pajak yang dipungut.
Gambar
1.3
r (a) r (d)
r2
r0
A
r1
B
I +
G
IS
J0 J1 J Y0 Y1 Y
W
W
S+T
J =
W
B W1
A
W0
450
J
Y
(b) (c)
Keterangan :
(a) Fungsi bocoran
(b) Syarat keseimbangan
(c) Fungsi suntikan
(d) Kurva IS
Berdasarkan
kepada kurva-kurva di kuadran (a), (b) dan (c) dapatlah dibentuk kurva IS.
Kuadran (b) menunjukkan syarat keseimbangan yang perlu dipenuhi, yaitu kesamaan
(ekuilibrium) nilai suntikan dan bocoran pada suatu tingkat keseimbangan di
pasar barang. Perhatikan bagaimana titik A dan B dalam kuadran (b) menentukan
keadaan keseimbangan di pasar barang dimana bocoran adalah sebanyak W0 dan
suntikan sebanyak J0. Dengan memperhatikan kuadran (a) dapat dilihat
bahwa suntikan sebanyak J0 akan dicapai bila suku bunga adalah r0.
Sedangkan keadaan di kuadran (c) menunjukan bahwa bocoran sebanyak W0
hanya akan wujud apabila pendapatan nasional Y0. Ini berarti J0
= W0 hanya akan berlaku apabila suku bunga adalah r0 dan
pendapatan nasional Y0. Hubungan ini ditunjukkan oleh titik A dalam
kuadran (d)
Sekarang perhatikan pula keadaan I +
G = S + T yang ditunjukkan oleh titik B dalam kuadran (b). Kedudukan
keseimbangan yang ditunjukkan titik B menggambarkan bahwa suntikan adalah
sebesar J1 dan bocoran adalah sebesar W1. Berdasarkan
kurva I + G di kuadran (a), suntikan sebesar J hanya akan berlaku apabila suku
bunga adalah r1. Dan berdasarkan kurva S + T pada kuadran (c),
bocoran sebesar W1 hanya akan berlaku apabila tingkat pendapatan
nasional adalah Y1. Dengan demikian J1 = W1
hanya berlaku apabila suku bunga adalah r1 dan pendapatan nasional Y1.
Keadaan itu ditunjukkan oleh titik B pada kuadran (d). Apabila titik A dan B
dan titik-titik lain yang ditentukan dengan cara yang sama dihubungkan akan
diperoleh kurva IS.
D.
KECONDONGAN DAN KEDUDUKAN KURVA IS
Kurva IS dapat
berbentuk curam dan landai. Juga kedudukannya dapat mendekati sumbu tegak atau
lebih jauh daripadanya. Apakah faktor-faktor yang menentukan kedua hal
tersebut? Dengan menggunakan pendekatan secara grafik hal tersebut akan
diterangkan dalam uraian berikut
a.
Kecondongan Kurva IS
Secara grafik
akan dapat dilihat bahwa kecondongan kurva IS dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
(i) sampai dimana sensitifnya perubahaan investasi sebagai akibat perubahan
suku bunga, dan (ii) besarnya kecondongan menabung marginal dan kondongan
perpajakan marginal. Bagaimana faktor pertama mempengaruhi kurva IS diterangkan
dalam gambar 5.5
1.
Efek
sensitiviti investasi ke atas perubahan suku bunga
Perubahan investasi dikatakan
sensitive terhadap perubahan suku bunga apabila perubahan yang kecil lke atas
suku bunga mengakibatkan perubahan yang besar ke atas investasi. Dalam keadaan
seperti ini kurva MEI akan lebih landai dan seterusnya menyebabkan kurva
suntikan I + G lebih landai. Sebaliknya, apabila investasi bersifat tidak
sensitif terhadap perubahan suku bunga, perubahan yang besar dalam suku bunga
akan menyebabkan perubahan yang relatif kecil ke atas investasi. Sifat hubungan
ini menyebabkan kurva MEI lebih curam, dan menimbulkan akibat yang sama ke atas
kurva I + G
Gambar
5.5 (a) menggambarkan dua kurva suntikan,yaitu kurva (I + G)1, yang
bersifat tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga dan kurva (I + G)2
yang besifat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Perbedaan ini menyebabkan
perubahan suku bunga akan menimbulkan perubahan yang berbeda keatas suntikan (I
+ G) dan pendapatan nasional. Untuk membuktikannya misalkan suku bunga turun
dari r0 menjadi r1. Apabila kurva suntikan
adalah (I + G)1 maka akan berlaku pergerakan dari titik A ke titik B
yang berarti suntikan meningkat dari J0 menjadi J1. Tetapi
apabila suntikan adalah (I + G)2 maka akan berlaku pergerakan dari
titik A ketitik C yang berarti suntikan meningkat dari J0 menjadi J2.
Gambar 1.4
1. HUBUNGAN
DIANTARA KECONDONGAN KURVA I + G DENGAN KURVA IS
Pertambahan suntikan akan menambah pendapatan
nasional dan besarnya pertambahan pendapatan nasional tergantung ppada besarnya
multiplier. Misalkan dalam kedua-dua kasus diatas besarnya multiplier adalah
sama. Maka apabila suntikan hanya bertambah dari Jo menjadi J1
keseimbangan pasar barang yang ditunjukan oleh grafik bagian (b) hanya berubah
dari titik E ke titik F dan keseimbangan di pasar barang pada berbagai tingkat
suku bunga ditunjukan oleh kurva IS1. Perubahan suku bunga dan
suntikan bunga yang berlaku hanya akan menambah pendapatan nasional dari Y0
menjadi Y1. Tetapi apabila suntikan berasal dari J0 menjadi
J2 maka keseimbangan dipasaran barang akan berubah dari titik E ke
titik G, dan ini membentuk kurva IS2 yang lebih landai dari kurva IS1.
Pendapatan nasional bertambah dari Y0 menjadi Y2.
Berdasarkan kepada uraian ini dapat dibuat
kesimpulan berikut : kurva IS akan
menjadi lebih landai apabila investasi lebih sensitif terhadap perubahan suku
bunga. Keadaan yang sebaliknya menyebabkan kurva IS lebih curam/condong.
2. Efek kecondongan fungsi bocoran sekarang akan diperhatikan pula bagaimana faktor
yang kedua, yaitu kecondongan menabung marginal dan kecondongan perpajakan
marginal, akan memengaruhi kurva IS. Untuk menerangkannya akan digunakan gambar
5.6. Grafik (b) menunjukan dua kurva bocoran yang berbeda kecondongannya, yaitu
kurva (S + T)1, dan kurva (S + T)2 . yang pertama adalah
lebih landai dari yang kedua. Misalkan pada tingkat keseimbangan pasaran barang
yang mula-mula, suntikan seimbang dengan bocoran pada tingkat dimana bocoran
adalah W0 dan ini berlaku pada suku bunga r0. Apabila
kurva bocoran adalah (S + T)2 maka keseimbangan akan dicapai di
titik A yang ditunjukan dalam grafik (a) dan (b). Berarti pendapatan nasional
adalah YA. Akan tetapi sekiranya kurva bocoran adalah (S + T)1
, keseimbangan dicapai di titik M dan pendapatan nasional adalah YM.
GAMBAR 1.5
2. HUBUNGAN
DIANTARA KECONDORONGAN KURVA BOCORAN DENGAN IS
Apabila terjadi penurunan dalam suku bunga, lebih banyak investasi akan dilakukan.
Sebagai akibatnya suntikan meningkat dan menyebabkan keseimbangan diantara
suntikan dan bocoran dicapai pada pendapatan nasional yang lebih tinggi.
Misalkan perubahan suku bunga adalah adalah dari r0 ke r1
dan ini akan menambah suntikan. Pada keseimbangan yang baru pertambahan suntikan
adalah sama dengan pertambahan bocoran, dan kenaikan itu adalah dari W0
menjadi W1 . Apabila fungsi bocoran adalah (S + T)2 maka
perubahan keseimbangan akan berlaku dari titik A ke titik B. Pendapatan
nasional meningkat menjadi YB dan garis AB membentuk kurva IS2.
Untuk kurva bocoran (S + T)1 perubahan keseimbangan yang berlaku
adalah dari titik M ke titik N. Berarti pendapatan nasional bertambah dari YM
ke YN dan garis MN membentuk kurva IS1.
Dengan mengamati sifat hubungan diantara kecondongan
kurva bocoran dengan kecondongan kurva IS seperti yang diterangkan diatas dapat
dibuat kesimpulan berikut : semakin
condong kurva bocoran semakin curam bentuk kurva IS. Mengapakah hubungan
seperti itu berrlaku? Hal itu disebakan karena pengaruh dari kecondongan kurva
bocorn ke atas multiplier. Sebagai akibatnya, suatu kenaikan tertentu dari
suntikan, akan menimbulkan kenaikan yang semakin sedikit keatas pendapatan
nasional apabila multiplier menjadi semakin kecil.
b. Kedudukan
Kurva IS
Kedudukan kurva IS yaitu jarak kurva IS dari sumbu
tegak ditentukan oleh dua faktor: (i) pengeluaran otonomi, dan (ii) multiplier.
Yang dimaksudkan dengan pengeluaran
otonomi adalah komponen dari
pengeluaran agregat yang tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional.
komponen itu meliputi konsumsi otonomi
yaitu nilai “a” dalam persamaan C = a+ bYd , investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor. Dalam analisis yang sedang
dilakukan ini ekspor tidak akan dianggap sebagai sebagian dari pengeluaran
otonomi, dan ini disebabkan karena masih diasumsikan bahwa yang dianalisis
adalah perekonomian terutup yaitu mempertimbangkan pengaruh ekspor, impor dan
aliran ke luar masuk modal dari sesuatu negara ke negara lain.
Bagaimana kedua faktor diatas (pengeluaran otonomi
dan multiplier akan menentukan kedudukan kurva IS dapat dengan jelas
diterangkan dengan cara menentukan persamaan aljabar dari kurva IS. Seperti
telah dijelaskan dan diterangkan sebelum ini, kurva IS menggambarkan
keseimbangan pasaran barang pada berbagai suku bunga. Dalam perekonomian tiga
sektor keseimbangan pendapatan nasional ditentukan oleh pengeluaran agregat
yang meliputi konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan dn pengeluaran
pemerintah. Andaikan ciri-ciri dari ketiga komponen pengeluaran agregat
tersebut adalah sebagai berikut :
i.
Fungsi konsumsi adalah C = a + bYd dimana
a adalah konsumsi otonomi, b kecondongan mengkonsumsi marginal, dan Yd
adalah pendapatan disposibel.
ii.
Investasi
perusahaan adalah I = – dr,
di mana r adalah suku bunga, d adalah sensitiviti dari investasi – yaitu suatu konstan (angka
tetap) yang menunjukkan besarnya perubahan nilai investasi apabila suku bunga
berubah sebanyak 1 persen, dan adalh tingkat investasi apabila suku bunga
adalah nol.
iii.
Pajak
yang dipungut pemerintah adalah T = tY.
iv.
Pengeluaran
pemerintah adalah tetap, yaitu sebanyak .
Berdasarkan kepada pemisalan-pemisalan
di atas, pendapatan nasional pada setiap suku bunga dapat ditentukan dengan
menyelesaikan persamaan berikut:
Y
= C + I + G
Y
= a + b + ( - dr) +
Y
= a + b(Y –tY) + ( - dr) +
Y- bY + btY = a + – dr +
Y = (a + – dr +
Seperti telah diterangkan dalam pembahasan tentang adalah nilai multiplier untuk perekonomian
tiga sektor yang menggunakan sistem pajak proposional. Kita misalkan nilai
multiplier tersebut adalah : . Nilai (a + – dr + menunjukkan jumlah pengeluaran otonomi.
Dengandemikian persamaan di atas membuktikan bahwa tingkat pendapatan nasional
pada suatu tingkat suku bunga tertentu ditentukan oleh dua faktor: (i) pengeluaran otonomi dan (ii) multiplier.
Dengan menggunakan persamaan
di atas secara grafik sekarang dapatlah ditentukan kedudukan kurva IS.
Perhatikan gambar 2._ . Dalam grafik (a) ditunjukkan kurva suntikan dalam
perekonomian tiga sektor. Kurva I + - yang menggambarkan jumlah investasi dan
pengeluaran pemerintah pada setiap suku bunga menggambarkan kurva suntikan yang
permulaan berlaku. Sesuai dengan pemisalan (ii) dan (iv) di atas maka nilai
suntikan I + adalah: – dr +. Kurva I + memotong sumbu tegak pada suku bunga . Keadaan ini berarti – dr + = 0. Dengan demikian pada suku bunga ini
persamaan keseimbangan pendapatan nasional dapat disederhanakan menjadi:
Y
= (a) atau = .a. (1)
Gambar
1.6
Menentukan kedudukan kurva IS
r
( – dr +
I + I +
(a) Kurva suntikan
r
.a
.
(a + – dr + B
I
IS
(b) Kurva IS
Persamaan (1) hanya
berlaku apabila nilai – dr + adalah
0. Dalam grafik hubungan di antara suku bunga dengan digambarkan oleh titik A dalam grafik (b).
Apabila suku bunga lebih rendah dari - misalkan - nilai – dr + adalah positif. Maka nilai pendapatan nasional
pada keseimbangan ) dapat ditentukan
dengan menggunkan persamaan berikut:
= (a + – dr + (2)
Atau
: = (a + – dr +
Dalam grafik (b) hubungan di antara suku bunga dan pendapatan nasional digambarkan oleh titik B. Maka, berdasarkan
kepada pemisalan-pemisalan yang dinyatakan dalam (i) hingga(iv), kedudukan
kurva IS dalam grafik ditentukan dengan menghubungkan titik A dan B dalam
grafik (b).
Seterusnya misalkan
pengeluaran pemerintah bertambah sebanyak
. Dalam grafik (a)
pertambahan ini menggeser kurva suntikan dari I + menjadi I + dan jumlah perubahannya adalah sebanyak pada setiap suku bunga. Pertambahan suntikan
sebanyak ini akan menyebabkan, pada setiap suku bunga,
pendapatan nasional pada keseimbangan bertambah sebanyak:
Y = ( G)
Atau : Y = α.G (3)
Secara grafik perubahan itu digambarkan oleh
perubahan kurva IS ,enjadi I. Jarak perubahan itu
adalah sama dengan nilai perubahan pendapatan nasional ( Y) yaitu sebesar (αG). Perubahan itu
ditunjukkan oleh grafik (b).
utk lambang picture itu apa yahh kalo boleh tau?
ReplyDelete