2.1. Pengembangan Sistem
2.1.1.
Definisi
Pengembangan Sistem
Terdapat
beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai definisi dari pengembangan sistem,
diantaranya :
1.
Pengembangan
sistem merupakan suatu proyek yang harus melalui suatu proses pengevaluasian
seperti pelaksanaan proyek lainnya. (Amsa,
2008)
2.
Pengembangan
sistem dapat berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang
lama secara keseluruhan atau untuk memperbaiki sistem yang sudah ada (kami, 2008).
3.
Pengembangan
sistem adalah metode/prosedur/konsep/aturan yang digunakan untuk mengembangkan
suatu sistem informasi atau pedoman bagaimana dan apa yang harus dikerjakan
selama pengembangan sistem (algorithm). Metode adalah suatu cara, teknik
sistematik untuk mengerjakan sesuatu (dinu, 2008).
2.1.2.
Hal Mendasar
Dalam Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan dan perancangannya, penganalisa
sistem merupakan bagian dari tim yang berfungsi mengembangkan sistem yang
memiliki daya guna tinggi dan memenuhi kebutuhan pemakai akhir. Pengembangan
dipengaruhi sejumlah hal (Okta, 2007),
yaitu:
a. Produktifitas
Saat ini dibutuhkan sistem yang
lebih banyak, lebih baik dan lebih cepat. Hal ini membutuhkan lebih banyak programmer dan penganalisa sistem yang
berkualitas, kondisi kerja ekstra, kemampuan pemakai untuk mengembangkan
sendiri, bahasa pemrograman yang lebih baik, perawatan sistem yang lebih baik
(umumnya 50% s.d 70% sumber daya digunakan untuk perawatan sistem), disiplin
teknis pemakaian perangkat lunak, dan perangkat pengembangan sistem yang terotomasi.
b. Reliabilitas
Waktu yang dihabiskan untuk
testing sistem secara umum menghabiskan 50% dari waktu total pengembangan
sistem. Dalam kurun waktu 30 tahun sejumlah sistem yang digunakan diberbagai
perusahaan mengalami kesalahan dan ironisnya tidak mungkin untuk diubah.
Sebagai contoh kasus; untuk setiap program yang dihasilkan dari IBM’s superprogramer project punya tiga sampai
lima kesalahan untuk setiap kesalahan untuk setiap sepuluh statement pemrograman.
2.1.3. Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Dalam pengembangan sistem
terdapat beberapa hal yang menjadi faktor utama (klas,2008) diantaranya :
1. Perencanaan Sistem (System Planning)
Beberapa hal yang termasuk
kedalam tahap perencanaan sistem diantaranya yang menyangkut
kebutuhan-kebutuhan fisik yang digunakan untuk mendukung pengembangan sistem
serta mendukung operasi setelah diterapkan.
Adapun proses-proses yang
dilakukan dalam tahapan perencanaan sistem, diantaranya :
- Merencanakan
proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana sistem. Dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Mengkaji tujuan dan perencanaan
strategi
b. Mengidentifikasikan
proyek-proyek sistem
c. Menetapkan sasaran
proyek-proyek sistem
d. Menetapkan kendala
proyek-proyek sistem
e. Menentukan proyek-proyek sistem
prioritas
f. Membuat laporan perencanaan
sistem
g. Meminta persetujuan manajemen
- Menentukan proyek-proyek
sistem yang akan dikembangkan. Tahapan yang dilakukan diantaranya :
a. Menunjukan team analis
b. Mengumumkan proyek pengembangan
sistem
- Mendefinisikan
proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh analis sistem.
Tahapannya sebagai berikut:
a. Melakukan study kelayakan
b. Menilai kelayakan proyek sistem
c. Membuat usulan proyek sistem
d. Meminta persetujuan manajemen
Adapun tahapan utama dalam siklus
pengembangan sistem, yaitu :
1. Perencanaan Sistem ( Systems Planning)
2. Analisis Sistem (System
Analysis)
3. Perancangan Sistem (Systems Design) Secara Umum
4. Seleksi Sistem (System
Selection)
5. Perancangan Sistem (Systems Design) Secara Umum
6. Implementasi dan Pemeliharaan Sistem (System
Implementation & Maintenance)
Penggambaran
dari siklus hidup pengembangan sisten dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2.1. Siklus Hidup
Pengembangan Sistem
2.2. Konsep Dasar Sistem
2.2.1. Definisi Sistem
Ada beberapa
pendapat yang menjelaskan definisi sistem, yaitu :
1.
Menurut (wiki, 2008) “Pengertian sistem diambil dari asal mula
sistem yang berasal dari bahasa Latin (systema)
dan bahasa Yunani (sustema)
yang memiliki pengertian bahwa sutatu sistem merupakan suatu kesatuan yang
didalamnya terdiri dari komponen
atau elemen yang berhubungan
satu dengan yang lainnya, yang berfungsi untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Istilah
ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi”.
2.
Menurut (Stoa, 2008) “Pengertian dari sistem merupakan
gabungan dari keseluruhan langit dan bumi yang saling bekerja sama yang membentuk suatu keseluruhan dan apabila salah
satu unsur tersebut hilang atau tidak berfungsi, maka gabungan keseluruhan
tersebut tidak dapat lagi kita sebut suatu sistem”.
3.
Menurut (Kerz, 2008) “Sistem yaitu gabungan dari sekelompok
komponen baik itu manusia dan/atau bukan manusia (non-human) yang saling
mendukung satu sama lain serta diatur menjadi sebuah kesatuan yang utuh untuk
mencapai suatu tujuan, sasaran bersama atau hasil akhir”.
4.
Menurut (Hart, 2005) “Sistem
mengandung dua pengertian utama yaitu:
(a) Pengertian sistem yang menekankan pada komponen atau elemennya yaitu sistem
merupkan komponen-komponen atau
subsistem-subsistem yang saling berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing
bagian tersebut dapat bekerja secara sendiri-sendiri (independent) atau
bersama-sama serta saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan
atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai secara keseluruhan (b) Definisi
yang menekankan pada prosedurnya yaitu merupakan suatu jaringan kerja dari
prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama untuk melakukan
suatu kegiatan atau untuk menyelasaikan suatu sasaran tertentu”.
Berdasarkan
beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Sistem
adalah kumpulan bagian-bagian atau subsistem-subsistem yang disatukan dan
dirancang untuk mencapai suatu tujuan”.
2.3. Konsep Dasar Informasi
2.3.1. Definisi Data
Sumber
informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum
atau data item.
1.
Data merupakan deskripsi dari
suatu kejadian yang kita hadapi serta menggambarkan kesatuan nyata yang terjadi
pada saat tertentu (Prabu, 2006).
2.
Data merupakan kumpulan
objek-objek beserta atributnya yang menunjukan karakteristik dari objek
tersebut (Phil, 2006).
Informasi
tanpa adanya data maka informasi tersebut tidak akan terbentuk. Begitu
pentingnya peranan data dalam terjadinya suatu informasi yang berkualitas.
Keakuratan data sangat mempengaruhi terhadap keluaran informasi yang akan
terbentuk.
2.3.2. Definisi Informasi
Informasi
ibarat darah yang mengalir di dalam tubuh suatu organisasi, sehingga informasi
ini sangat penting di dalam suatu organisasi. Informasi (information)
dapat didefinisikan sebagai berikut:
1.
Informasi (Information) adalah data yang telah dibentuk menjadi sesuatu yang
memiliki arti dan berguna bagi manusia (kent, 2008).
2.
Menurut Leitel dan Davis dalam bukunya
“Accounting Information System” menjelaskan bahwa Informasi merupakan data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan serta lebih berarti bagi yang
menerimanya (kami, 2008).
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa “Informasi adalah sebagai data yang
sudah diolah, dibentuk, atau dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu”.
2.3.3. Kualitas Informasi
Kualitas informasi (quality of information) (Prabu, 2006) diantaranya ditentukan oleh beberapa hal, yaitu :
1.
Relevan (Relevancy), dalam hal ini informasi yang
diterima harus memberikan manfaat bagi pemakainya. Kadar relevancy
informasi antara orang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tergantung kepada
kebutuhan masing-masing pengguna informasi tersebut. How is the message used for problem solving (decision
masking)?
2.
Akurat (Accurate), yaitu berarti informasi harus
bebas dari kesalahan-kesalahan. Selain itu informasi yang didapatkan tidak boleh bias atau menyesatkan bagi
penggunanya, serta harus dapat mencerminkan dengan jelas maksud dari informasi
tersebut. Ketidak akuratan data terjadi karena sumber dari informasi tersebut
mengalami gangguan dalam penyampaiannya baik hal itu dilakukan secara sengaja
maupun tidak sehingga menyebabkan data asli tersebut berubah atau rusak.
Komponen
keakuratan suatu informasi diantaranya:
a.
Completeness ;
Are necessary message items present ? Hal ini dapat berarti bahwa
informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki kelengkapan yang baik,
karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian tentunya akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan atau menentukan tindakan secara
keseluruhan, sehingga akan berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mengontrol
atau memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam suatu organisasi tersebut.
b.
Correctness ;
Are message items correct ? maksudnya
bahwa informasi yang diterima kebenarannya
tidak perlu diragukan
lagi. Kebenaran
dari informasi tersebut harus dapat dipertanggung jawabkan.
c.
Security ;
Did the message reach all or only the intended systems users?
Informasi yang diterima harus terjamin keamanan datanya.
d.
Time Lines (Tepat waktu); Informasi yang dibutuhkan oleh si
pemakai tidak dalam hal penyampaiannya tidak boleh terlambat (usang) karena
informasi yang usang maka informasi tersebut tidak mempunyai nilai yang baik
dan kualitasnya pun menjadi buruk sehingga tidak berguna lagi. Jika informasi
tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan maka akan berakibat
fatal sehingga salah dalam pengambilan keputusan tersebut. Kondisi tersebut
mengakibatkan mahalnya nilai suatu informasi, sehingga kecepatan untuk
mendapatkan, mengolah serta mengirimnya memerlukan teknologi terbaru.
e.
Economy (Ekonomis); What
level of resources is needed to move information through the
problem-solving cycle ?. Kualitas dari
Informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan juga bergantung pada nilai ekonomi yang terdapat didalamnya.
f. Efficiency (Efisien);
What level of resources is required for each unit of information output ?
g. Reliability (Dapat dipercaya); Informasi yang didapatkan oleh pemakai harus
dapat dipercaya, hal ini menentukan terhadap kualitas informasi serta dalam hal
pengambilan keputusan setiap tingkatan manajemen.
2.3.4. Nilai Informasi
Fungsi informasi yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan terkadang diperlukan dengan proses yang
cepat dan tidak terduga. Hal itu mengakibatkan penggunaan informasi hanya
berdasarkan perkiraan-perkiraan serta informasi yang apa adanya. Dengan
perlakukan seperti ini mengakibatkan keputusan yang diambil tidak sesuai dengan
yang diharapkan. Oleh karena itu untuk memperbaiki keputusan yang telah diambil
maka pencarian informasi yang lebih tepat perlu dilakukan. Suatu Informasi
memiliki nilai karena informasi tersebut dapat menjadikan keputusan yang baik
serta menguntungkan (memiliki nilai informasi yang tepat). Besarnya nilai
informasi yang tepat dapat didapatkan dari perbedaan hsil yang didapat dari
keputusan yang baru dengan hasil keputusan yang lama dikurangi dengan biaya
untuk mendapatkan informasi tersebut. Penghitungan atas informasi yang tepat
memberikan banyak manfaat diantaranya untuk menghilangkan pemborosan biaya yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan tersebut (Sofa, 2008).
Menurut
Gordon B. Davis nilai informasi
dikatakan sempurna apabila perbedaan
antara kebijakan optimal, tanpa informasi yang sempurna dan kebijakan optimal
menggunakan informasi yang sempurna dapat dinyatakan dengan jelas.
Nilai suatu informasi dapat ditentukan berdasarkan sifatnya. Tentang 10 sifat yang dapat
menentukan nilai informasi, yaitu sebagai berikut :
1. Kemudahan dalam memperoleh
Informasi memperoleh
nilai yang lebih sempurna apabila dapat diperoleh secara mudah. Informasi yang
penting dan sangat dibutuhkan menjadi tidak bernilai jika sulit diperoleh.
2. Sifat luas dan kelengkapannya
Informasi mempunyai
nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai lingkup/ cakupan yang luas dan
lengkap. Informasi sepotong dan tidak lengkap menjadi tidak
bernilai, karena tidak dapat digunakan secara baik.
3. Ketelitian (accuracy)
Informasi mempunyai
nilai yang lebih sempurna apabila mempunyai ketelitian yang tinggi/akurat. Informasi
menjadi tidak bernilai jika tidak akurat, karena akan mengakibatkan kesalahan
pengambilan keputusan.
4. Kecocokan dengan pengguna (relevance)
Informasi mempunyai
nilai yang lebih sempurna apabila sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai jika tidak sesuai dengan kebutuhan
penggunanya, karena tidak dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan.
5. Ketepatan waktu
Informasi mempunyai
nilai yang lebih sempurna apabila dapat diterima oleh pengguna pada saat yang
tepat. Informasi berharga dan penting menjadi tidak bernilai
jika terlambat diterima/ usang, karena tidak dapat dimanfaatkan pada saat
pengambilan keputusan.
6. Kejelasan (clarity)
Informasi
yang jelas akan
meningkatkan kesempurnaan nilai informasi. Kejelasan informasi dipengaruhi
oleh bentuk dan format informasi.
7. Fleksibilitas/ keluwesannya
Nilai
informasi semakin
sempurna
apabila memiliki fleksibilitas tinggi. Fleksibilitas
informasi diperlukan oleh para manajer/pimpinan pada saat pengambilan keputusan.
8.
Dapat dibuktikan
Nilai informasi semakin sempurna apabila
informasi tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Kebenaran informasi
bergantung pada validitas data sumber yang diolah.
9.
Tidak ada prasangka
Nilai
informasi
semakin sempurna
apabila informasi tersebut tidak menimbulkan prasangka dan keraguan adanya
kesalahan informasi.
10. Dapat diukur
Informasi untuk
pengambilan keputusan seharusnya dapat diukur agar dapat mencapai nilai yang
sempurna.
2.3.5. Mutu Informasi
Menurut Gordon B. Davis, kesalahan informasi adalah
antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Metode
pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
2. Tidak
dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3. Hilang/tidak
terolahnya sebagian data.
4.
Pemeriksaan/pencatatan data yang salah.
5. Dokumen
induk yang salah.
6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan (contoh:
kesalahan program aplikasi komputer yang digunakan).
7. Kesalahan
yang dilakukan secara sengaja.
Penyebab kesalahan tersebut dapat diatasi
dengan cara-cara sebagai berikut:
1.
Kontrol sistem untuk menemukan
kesalahan.
2.
Pemeriksaan internal dan
eksternal.
3.
Penambahan batas ketelitian data.
4.
Instruksi dari pemakai yang
terprogram secara baik dan dapat menilai adanya kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi.
2.4. Konsep Dasar Sistem Informasi
2.4.1. Definisi Sistem Informasi
Terdapat
berbagai macam pengertian Sistem
Informasi menurut beberapa ahli, diantaranya :
1.
Sistem informasi (Information System) adalah sekumpulan
komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan atau mendapatkan, memproses,
menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan
dan pengawasan dalam suatu organisasi serta membantu manajer dalam mengambil
keputusan (Kent ,
2008).
2.
Pengertian dari sistem informasi
menurut Komunitas Mahasiswa Sistem Informasi di Yogykarta memaparkan bahawa
Sistem informasi adalah sebuah aplikasi komputer yang digunakan untuk mendukung
operasi dari suatu organisasi serta merupakan aransemen dari orang, data dan
proses yang terjadi di dalamnya yang berinteraksi satu sama lain dalam
menudukung dan memperbaiki organisasi serta mendukung dalam pemecahan
masalah
dan kebutuhan pembuat keputusan (KAMI, 2008).
0 komentar:
Post a Comment