IMPLIKASI TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH
Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Bapak Drs.
Prih Hardianto M. dan Ibu Rizky Dwi P, S.E, S.Pd
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI
PEMBANGUNAN
PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN
EKONOMI
Oktober 2012
Kata
Pengantar
Puji syukur
kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Implikasi Tugas-tugas Perkembangan anak-anak dalam
penyelenggaraaan pendidikan”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak
Drs. Prih Hardianto, M. Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik.
2.
Ibu
Rizky Dwi Putri, S.E., S.Pd selaku asisten dosen dari mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang berguna dalam
pembuatan makalah ini.
3.
Orangtua
yang telah membiayai dan mendukung kami dalam mencari ilmu.
4.
Teman-teman
yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT berkenan mencatat sebagai amal soleh. Penulis
menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membantu untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, Oktober
2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar……………………………......……..……………....................ii
Daftar Isi…….………………………………….......…..…………..……………iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3. Tujuan penulisan.........................................................................2
Bab II Pembahasan
II.1 Definisi.......................................................................................3
II.2Pendidikan Masa Awal Anak-anak................................................5
II.2.1 Prasekolah.....................................................................5
II.2.2 Transisi ke Taman
Kanak-kanak.....................................6
II.2.3 Taman
Kanak-kanak yang Berpusat Pada Anak...............7
II.3Pendidikan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak......................9
II.3.1 Transisi ke
Sekolah Dasar...............................................9
II.3.2 Memasuki Tingkat
Pertama...........................................10
II.3.3 Yang
Mempengaruhi Prestasi ……………………….......11
Bab III Penutup
III.1 Kesimpulan…………………………………………………………...13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pergi ke sekolah merupakan langkah penting, memperluas lingkungan fisik,
kognitif ,dan sosial anak. Saat ini anak usia 4 tahun, bahkan 3 tahun sudah ada
yang didaftarkan ke pendidikan masa kanak-kanank awal. Transisi ke “sekolah
yang sebenarnya” merupakan salah satu langkah penting yang menurut kami penting
untuk diperhatikan oleh orang tua.
Karena dengan pendidikan, secara tidak langsung anak-anak menggabungkan
perkembangannya yang mereka alami dengan kondisi penyelenggaraan pendidikan
yang masih berlangsung. Maksudnya, di tahun-tahun itulah mereka masih mengalami
fase tumbuh dan berkembang, yang pada saat tertentu pula mereka harus
mengkombinasinya dengan pendidikan yang memang harus dijalani, bagi setiap anak
mungkin berbeda dalam menanggapi pendidikan yang mereka hadapi, dan tugas orang
tualah yang harus mengontrol anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang
baik supaya perkembangannya dapat
berkembang dengan baik setelah anak-anak mendapatkan pendidikan.
Makalah ini dibuat dikarenakan adanya kebutuhan
untuk mengerti apa saja yang harus dilakukan oleh para pendidik untuk tahu
perkembangan belajar dari peserta didik itu, supaya anak-anak dapat
mendapatkan hasil yang optimal setelah mendapatkan pendidikan tersebut, maka makalah ini di buatlah demi memenuhi kebutuan
tersebut.
1.2 Rumusan
masalah
Dari latar belakang diatas ada beberapa
masalah yang bisa diangkat menjadi bahan-bahan dalam makalah ini, yang rumusan
masalahnya sebagi berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan implikasi tugas-tugas perkembangan
anak-anak dalam penyelenggaraaan pendidikan?
2.
Bagaimana pendidikan masa awal anak-anak ?
3.
Bagaimana pendidikan masa akhir dan pertengahan
anak-anak ?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui implikasi tugas-tugas
perkembangan anak-anak dalam penyelenggaraaan pendidikan
2. Mengetahui bagaimana pendidikan masa awal
anak-anak.
3. Mengetahuyi bagaimana pendidikan masa akhir
dan pertengahan anak-anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Menurut
wikipedia, implikasi adalah Keterlibatan atau keadaan terlibat; yang termasuk
atau tersimpul yang disugestikan, tetapi tidak dinyatakan. Dan tugas adalah pekerjaan
yang menjadi tanggungjawab seseorang ; pekerjaan yang dibebankan ; sesuatu yang
wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.
Perjalanan
kehidupan manusia akan melewati beberapa fase (periode masa) pertumbuhan atau
perkembangan yaitu : fase bayi, fase kanak-kanak, fase pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dilakukan
dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat.
Havighuerst (1961) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah
”Tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, yang
jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, akan tetapi kalua gagal menimbulkan rasa
tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berkutnya”.
Menurut
kelompok kami tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan
oleh masing-masing individu, setiap individu pasti mengalami perkembangan, baik
itu cepat maupun lambat. Karena secara tidak langsung tugas-tugas itulah yang
menunjukkan individu tersebut berkembang atau tidak.
Menurut
kelompok kami Implikasi Tugas-tugas Perkembangan anak-anak dalam
penyelenggaraaan pendidikan adalah keterlibatan tugas perkembangan anak dalam
penyelnggaraan pendidikan baik itu dirumah atau di sekolah yang diharapkan
dapat dilakukan oleh anak dengan baik.
Menurut teori Piaget, pikiran anak bukanlah suatu
kotak yang kosong, tetapi malah sebaliknya anak memiliki sejumlah gagasan
tentang dunia fisi dan alamiah, yang berbeda dari gagasan–gagasan orang dewasa.
Pertama, kita harus memahami apa yang dikatakan anak-anak dan menanggapi dengan
cara berbicara yang sama dengan yang digunakan oleh anak-anak. Kedua, anak
selalu tidak mau belajar dan mau belajar kembali lebih lanjut untuk memperoleh
pengetahuan. Anak belajar ke sekolah dengan gagasan-gagasan mereka sendiri
tentang ruang, waktu, sebab, jumlah, dan angka. Ketiga, anak pada dasarnya
adalah suatu makhluk yang berpengetahuan , yang selalu termotivasi untuk
memperoleh pengetahuan. Cara terbaik untuk memelihara motivasi akan pengetahuan
ini ialah membiarkan anak untuk secara spontan berinteraksi dengan lingkungan.
Pendidikan harus menjamin bahwa pendidikan tidak akan menumpulkan rasa
keingintahuan anak denga menyusun suatu kurikulum yang sangnt kaku yang merusak
irama dan langkah belajar anak itu sendiri.
Perjalanan kehidupan manusia akan melewati beberapa fase (periode masa)
pertumbuhan atau perkembangan yaitu : fase bayi, fase kanak-kanak, fase
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang
harus dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat.
Havighuerst (1961) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah ”Tugas yang muncul pada saat
periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan
rasa bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, akan tetapi kalua gagal menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berkutnya”.
Menurut kelompok kami tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang
harus dilakukan oleh masing-masing individu, setiap individu pasti mengalami
perkembangan, baik itu cepat maupun lambat. Karena secara tidak langsung
tugas-tugas itulah yang menunjukkan individu tersebut berkembang atau tidak.
Contoh :
Antara usia 2 dan 4 tahun, mampu mengekspresikan diri mereka sendiri secara
verbal atau menunggu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka
biasanya bergeser dari menunjukkan agresio dengan tangisan dan melaukannya
dengan kata-kata. Dan di usia inilah mereka sering bermain dengan kata-kata,
ketika dia bertemu dengan ayahnya misal, mereka reflek bilang “ayah”, tetapi
ada juga di saat mereka merasa berada di lingkungan yang kurang nyaman, mereka
akan teringat dengan ibunya dan memanggil-manggil ibunya.
Disisni Individu diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu dalam sepanjang
rentang kehidupannya. Hal ini menjadi penting karena dengan kesadaran akan
mempengaruhi pola hidup dan perilakunya sendiri, kegagalan dan atau hambatan
sebaiknya diatasi sedini mungkin.
2.2 Pendidikan Masa Awal Anak-anak
2.2.1 Prasekolah
Pergi ke
prasekolah merupakan langkah penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif,
dan sosial anak. Saat ini, dengan jumlah yang belum pernah ada sebelumnya, anak
usia 4 tahun bahkan yang berusia 3 tahun, telah didaftarkan ke pendidikan masa
kanak-kanak awal. Transisi ke taman kanak-kanak, dan awal “sekolah yang
sebenarnya” merupakan langkah penting lainnya.
Prasekolah yang
berpusat pada anak muncul sebagai respons atas kritik terhadap prasekolah yang
berpusat dengan masyarakat yang dituduh mematikan ekspresi diri, kreativitas
dan kualitas yang dibutuhkan dalam masyarakat industri Jepang. Program yang
berpusat pada anak, sebagaiman yang ada di barat, lebih individualis. Anak
dapat denga bebas memilih aktivitas dan berinteraksi secara individual dengan
guru mereka.
Program
berpusat pada peran yang berpusat 30% dari prasekolah privat di Jepang menolak individualisme Barat dan mempertahankan
prinsip tradisional Jepang. Mereka berkonsentrasi mempersiapkan anak untuk
menjalankan perannya di masyarakat. Ketika prasekolah yang berpusat pada
masyarakat meremehkan pembelajaran akademis, prasekolah yang berpusat pada
peran tidak hanya mempelajari yang “dasar” seperti membaca, menulis dan
mtematika, tetapi juga bahasa inggris, seni, senam, bermain pedang,
upacara minum teh, dan seni tari Jepang.
Tipe prasekolah
apa yang terbaik bagi anak? Berbagai studi di AS mendukung pendekatan
perkembangan berpusat pada anak. Salah satu studi lapangan (Marcon, 1999)
membandingkan 721 anak Afro-Amerika berusia 4-5 tahun dari keluarga
berpenghasilan rendah yang berasal dari tiga tipe prasekolah di Washington, D. C,: child initiated, academically
derected, dan middle of road (campuran dari dua pendekatan sebelumnya).
Anak-anak yang berasal dari program child
initiated, dimana mereka secara aktif mengarahkan pengalaman belajar
mereka, memiliki hasil yang bagus dalam keterampilan akademis dasar. Mereka
juga memiliki keterampilan yang lebih maju dibandingkan dua kelompok dan
dinilai lebih tinggi dibandingkan middle
of road dalam keterampilan berprilaku dan berkomunikasi. Temuan tersebut
juga menyatakan bahwa pendekatan yang berfokus kepada anak lebih efektif
dibandingkan dengan yang berfokus kepada akademis.
2.2.2 Transisi ke Taman Kanak-kanak
Yang pada
awalnya merupakan awal tahun transisi antara kebebasan rumah atau prasekolah
dengan struktur “sekolah taman kanak-kanak yang sebenarnya” saat ini lebih
mirip tingkat 1. Anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu untuk aktifitas
yang mereka pilih sendiri dan lebih banyak untuk mengerjakan lembar tugas dan
persiapan untuk membaca. Banyak taman kanak-kanak saat ini menghabiskan waktu
sehari penuh ketimbang taman kanak-kanak tradisional yang setengah hari. Dan,
sering dengan semakin memuncaknya tekanan akademis dan emosional, banyak
orangtua yang menahan anaknya setahun lebih lama sehingga anak-anak tersebut
saat ini mulai masuk taman kanak-kanak pada usia 6 tahun.
Anak-anak
dengan pengalaman prasekolah yang panjang cenderung lebih mudah beradaptasi di
tama kanak-kanak dibandingkan mereka yang hanya sebentar atau tidak pernah sama
sekali merasakan prasekolah, anak-anak yang memulai taman kanak-kanak dengan
teman yang mereka ketahui dan sukai cenderung akan lebih baik (Ladd, 1996).
Dalam sebuah
kelompok penelitian, yang diikuti oleh 399 siswa taman kanak-kanak sepanjang
satu tahun, menemukan sejumlah faktor saling terkait yang memengaruhi
pencapaian kognitif dan penyesuaian sosial. Resiko yang sudah ada dan berkaitan dengan anak dan lingkungan rumah
berinteraksi dan karakteristik alamiah dari lingkungan kelas, seperti perkembangan
hubungan antara anak dengan guru dan teman sebaya dan efek yang muncul terus
menguat dari waktu ke waktu. Anak yang menunjukkan prilaku prososial di awal
menjadi lebih disukai sedangkan anak yang sudah menunjukkan non-soaial diawal
menjadi semakin tidak disukai. Jenis yang terakhir seringkali konflik dengan
guru, kurang berpartisipasi dan mendapatkan prestasi yang lebih rendah.
Anak-anak yang sudah matang secara kognitif memiliki kecenderunga yang lebih
besar untuk berpartisipasi, dan mereka yang berpartisipasi lebih banyak akan
mendapat lebih banyak. Latar belakang keluarga yang mendukung juga mempengaruhi
prestasi (Ladd, Birch, & Buhs 1999). Anak-anak yang ditolak teman sebayanya
biasanya dikarenakan cenderung kurang berpartisipasi dalam kelas dan kurang
berprestasi. Mereka cenderung merasa sendiri dan ingin terus berada di rumah
(Buhs & Ladd, 2001).
2.2.3 Taman Kanak-kanank yang
berpusat pada anak
Program taman
kanak-kanak sangat berfariasi. Beberapa pendekatan lebih menekankan pada
perkembangan sosial anak-anak kecil, pendekatan lain lebih menekankan pada
kognitifnya. Sejumlah pakar dalam bidang pendidikan, masa awal anak-anak
percaya bahwa kurikulum di kebanyakan taman kanak-kanak dan program-program
prasekolah dewasa ini menaruh terlalu
banyak penekanan pada prestasi dan keberhasilan. Hal itu menyebabkan anak-anak
kecil itu mengalami tekanan yang terlalu dini dalam perkembangn mereka (Bredekamp & Shepard, 1989; Burts &
others, In Press; Charlesworth, 1989: Elkind, 1987, 1988; Moyer, Egertson,
& Isenberg, 1987). Menaruh
penekanan untuk pencapaian keberhasilan semacam itu sama sekali tidak sesuai
dengan tujuan semula taman kanak-kanak didirikan. Pada tahun 1849an,
keprihatinan Friedrich Froebel akan kualitas pendidikan bagi anak-anak kecil
menuntunnya kearah pendirian taman kanak-kanak, yang secara harfiah berarti
“taman bagi anak-anak”. Pendirian taman kanak-kanak itu mengerti bahwa, seperti
tanaman yang bertumbuh, anak-anak memerlukan pengasuhan yang baik. Sayangnya,
terlalu banyak taman kanak-kanak dewasa ini telah melupakan pentingnya pengasuhan
yang baik bagi anak-anak kecil bangsa ini.
Di taman kanak-kanak yang berpusat pada anak,
(Cild Centert Kindergarten) pendidikan melibatkan seluruh anak dan mencakup
kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif dan sosial anak, pembelajaran
diorganisasikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat-minat dan gaya belajar
anak. Penekanan adalah pada proses belajar dan bukan pada apa yang dipelajari. Setiap
anak mengikuti suatu pola perkemabngan yang unik, dan anak-anak kecil paling
baik belajart melalui penganlaman tangan pertama (langsung) dengan manusia dan
benda-benda. Bermain sangat penting dalam perkembangan total anak. Mencoba,
menjelajahi, menemukan, menguji coba, merestrukturisasi, berbicara, dan
mendenganr ialah kata-kata yang menggambarkan program-program taman kanak-kanak
yang bagus. Program-program seperti itu terkait erat dengan setatus
perkembangan dengan anak-anak usia 4 dan 5 tahun. Program didasarkan atas suatu
keadaan yang tengah berlangsung, bukan atas suatu keadaan yang akan jadi (
Ballenger, 1983).
Karena program taman kanak-kanak dan prasekolah
sangat beragam, sulit untuk mengambil kesimpulan meyeluruh tentang pengaruhnya
terhadap perkembangan anak-anak. Namun demikian, dalam suatu tinjauan tentang
pengaruh pendidikan masa awal anak-anak (Clarke-Stewart & Vein, 1983),
disimpulkan bahwa anak-anak yang mengikuti prasekolah atau taman kanak-kanak:
·
Berinteraksi
lebih banyak dengan rekan-rekan sebayanya, secara positif dan negatif.
·
Kurang
kooperatif dan kurang responsif terhadap orang dewasa dibanding anak-anak yang
diasuh di rumah
·
Lebih
berkompeten dan dewasa secara sosial dalam arti mereka lebih percaya diri,
mandiri, mengekspreksikan diri secara verbal, mengetahui dunia sosial dan
keadaan yang tidak menyenangkan, dan menyesuaikan diri dengan lebih baik ketika
mereka masuk sekolah (memperlihatkan ketekunan dalam melaksanakan tugas,
kepemimpinan, dan arah tujuan, misalnya)
·
Kurang
berkompeten secara sosial dalam arti kurang sopan kurang tunduk terhadap
tuntutan-tuntutan guru, lebih berisik, lebih agresif dan lebih bossy, utamanya bila sekolah atau
keluarga mendukung prilaku seprti itu.
Singkatnya,
pendidikan masa awal kanak-kanak pada umumnya memiliki pengaruh positif terhadap
perkembangan anak-anak, karena prilaku-prilaku yang baru saja disebutkan, meski
kadang-kadang negatif-tampak berada pada arah kedewasaan perkembangan. Dalam
arti, mereka meningkat sesuai usia mereka melalui tahun-tahun prasekolah.
2.3 Pendidikan Masa Pertengahan dan
Akhir Anak-anak
2.3.4 Transisi ke Sekolah Dasar
Bagi kebanyakan
anak-anak, masuk kelasa satu SD menandai suatu perubahan dari seorang “anak
rumah” (homechild) menjadi seorang
“anak sekolah” (scoolchild) di mana
peran-peran dan kewajiban-kewajiban baru dialami. Anak-anak menerima suatu
peran yang baru (menjadi murid), berinteraksi dan mengembangkan hubungan dengan
orang-orang baru yang penting lainnya, mengadopsi kelompok acuan baru, dan
mengembangkan standar-standar baru untuk menilai diri mereka sendiri. Sekolah
memberi anak-anak suatu sumber gagasan-gagasan baru yang kaya untuk membentuk
rasa diri mereka (Stipek, 1992).
Salah satu
tekanan utama pada guru-guru adalah tuntutan untuk “meliput kurikulum”.
Seringkali guru-guru memenuhi tuntutan tersebut dengan cara menjadwalkan secara
ketat waktu-waktu yang berlainan untuk setiap mata pelajaran. Pendidikan ini mengabaikan
fakta bahwa anak-anak seringkali tidak perlu membedakan pelajaran menurut
bidang studi. Misalnya, anak-anak mengalami kemajusan dalam pelajaran membaca
dan menulis melalui pelajaran ilmu-ilmu sosial, mereka mempelajaran
konsep-konsep matematika melalui musik dan pendidikan jasmani (Katz & Chard, 1989); Van Henkel &
Argondizza, 1987).
Suatu kurikulum
dapat dilengkapi dengan cara menyediakan bidang-bidang pelajaran dimana
anak-anak dapat merencanakan dan memilih kegiatan-kegiatan mereka. Misalnya,
ruang kelas dijadikan sebagai pudat penerbitan yang diberi perlengkapan penuh,
lengkap dengan bahan-bahan untuk menulis, menggambar, mengetik, dan menjilid
buku-buku yang dibuat oleh murid; bidang sains dilengkapi dengan
binatang-binatang dan tanaman-tanaman untuk keperluan observasi dan buku-buku
untuk dipelajari; dan bidang yang sama lainnya (Van Deusen-Henkel & Argondizza, 1987). Dalam tipe ruang kelas
ini, anak-anak belajar membaca ketika mereka menemukan informasi tentang sains;
mereka belajar menulis ketika mereka mengerjakan bersama tugas-tugas menarik.
Ruang-ruang kelas semacam ini juga memberi peluang bagi permainan spontan yang
menyadari bahwa anak-anak sekolah dasar terus belajar dalam suatu bidang
melalui permainan yang tidak terstruktur, baik sendiri maupun dengan teman
lain.
2.3.2 Memasuki Tingkat Pertama
Performa
tingkat pertama seseorang anak dapat mempengaruhi keseluruhan karier sekolah.
Sama seperti kurikulum tiap tingkat yang didasarkan apa yang telah diajarkan
ebelumnya, begitu pula catatan yang mengikuti anak dari tahun ke tahun.
“Rangkaian catatan” ini membantu untuk persepsi dan ekspektasi guru
baru-ekspektasi yang dapat mempengaruhi prestasi pada tingkat pertengahan (midle grades) dan bahkan pada sekolah
menengah umum (hight grades) (Entwisle & Alexander, 1998).
Untuk membuat
sebagian besar kemajuan, seorang anak harus dilibatkan dalam apa yang terjadi
di kelas. Semakin baik perasaan anak tingkat pertama akademis mereka, mereka
cenderung semakin “masuk” dan sebaliknya, semakin keras anak bekerja di
sekolah, semakin besar rasa percaya diri terhadap kemampuan akademik yang
mereka bangun (Valeksi & Stipek,
2001). Ketertarikan, perhatian dan partisipasi aktif diasosiasikan dengan
pencapaian nilai ujian, dan bahkan lebih jauh lagi, kepada jejak yang
ditinggalkan guru, biasanya dari kelas satu sampai kelas empat.
Karena pola
prilaku kelas dibentuk di tahun pertama, tahun penting ini menawarkan “window of opportunity” kepada orangtua
dan guru untuk membantu anak membentuk kebiasaan belajar yang baik.
2.3.3 Yang Mempengaruhi Prestasi
Sekolah
·
Keyakinan
Kecakapan Diri dan Motivasi akademis
Siswa dengan
kecakapan diri yang tinggi yaitu mereka yang dapat menguasai tugas sekolah dan
mengatur pembelajaran mereka sendiri, hal ini memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk mencoba berprestasi dan cenderung sukses dibandingkan mereka yang
tidak yakin akan kemampuan mereka sendiri.
·
Praktek
Pengasuhan
Orang tua
menyediakan tempat untuk belajar dan menyimpan buku, menentukan waktu makan,
tidur dan pekerjaan rumah, Memonitor seberapa banyak acara tv yang ditonton dan
apa yang dilakukan anak setelah sekolah, orangtua menunjukkan ketertarikan
kepada kehidupan anak dengan berbincang-bincang tentang sekolah.
Dengan
demikian, ketika usia si anak semakin bertambah, tanggungjawab memeriksa yang
dilakukan oleh orang tua beralih kepada anak (Cooper, Lindsay, Ney, & Greathous, 1998).
Bagaimana
orangtua memotivasi anak untuk belajar baik?
§ Ekstrinsik
Contohnya :
Memberikan uang atau barang apabila anak mendapatkan nilai atau peringkat yang
bagus. Memberikan hukuman apabila anak peringkat yang buruk
§ Intrinsik
Contonya :
Memuji kemampuan atau kerjakeras mereka.
Motivasi
Intrinsik tampaknya lebih efektif. Dalam studi terdapat 77 anak kelas tiga dan
empat, mereka yang tertarik kepada tugas itu sendiri mengerjakannya dengan baik
dibandingkan mereka yang pada dasarnya mengejar peringkat atau pengakuan orang
tua (Miserandino, 1996).
Status
sosioekonomi dapat memengaruhi kemampuan orang tua untuk menyediakan lingkungan
yang mendukung pembelajaran.
Orangtua yang
memiliki keuangan yang memadai cenderung percaya diri dalam efektivitas mereka
sebagai orangtua, mempersiapkan tujuan positif bagi anak meraka, dan
menggunakan praktek pengasuhan yang memunculkan kompetensi anak. Mereka
membentuk rutinitas konsisten, memiliki hubungan keluarga yang harmonis, dan
terlibat secara aktif di sekolah.
Walaupun
demikian, masih banyak anak muda dari lingkungan yang kurang menguntungkan
memiliki reputasi bagus di sekolah. Salah satunya yang dapat membuat perbedaan
adalah modal sosial (social capital):
sumber daya keluarga dan komunitas yang dapat digunakan oleh anak tersebut.
·
Ekspektasi
Guru
Merujuk prinsip
Self Fulfilling Prophecy (peramalan
pencapaian diri), yaitu ekspektasi atau prediksi perilaku yang cenderungbenar
karena ekspektasi tersebut menggiring seseorang untuk bertindak seakan-akan hal
tersebut adalah benar adanya.
Walaupun
demikian, dalam situasi tertentu, misalnya ketika kebaikan hati sang guru
sangat tinggi terhadap mereka yang berprestasi rendah, atau pada saat guru
memiliki ekspektasi yang rendah kepada anak-anak miskin, dalam hal ini ekspektasi harus benar-benar
berfungsi sebagai peramal pencapaian diri, karena keduanya memprediksi dan
mempengaruhi pembelajaran anak.
Apabila
peramalan pencapaian diri sedang berlangsung , entri awal catatan kumilatif
anak akan menjadi sangat penting, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pencapaian siswa ketika si anak berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Konsep kebutuhan tidak akan terlepas dari konsep
motivasi, konsep motivasi dorongan konsep perilaku serta tujuan. Kebutuhan
sebagai suatu kekurangan di dalam sesuatu (manusia, tumbuhan, ataupun manusia).
Kebuthan manusia menurut aspek fisiologis dan aspek
psiukologis di bagi menjadi 3 macam yaitu Kebutuhan fisiologis, kebutuhan
psikologis, dan kebutuhan sosial.
Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada
saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu yang jika akan
menimbulkan bahagia dari kehidupan individu yang jika akan menimbulkan bahagia
dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
berikutnya. Adapun sepuluh tugas perkembangan peserta didik yang masing-masing
dapat dikaji mengenai hakikat tugas, dasar biologis, dan dasar psikologis serta
masing-masing membawa implikasi yang berbeda penyelenggaraan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
John W. Santrock. 1995.
Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga
Hurlock, Elizabeth.
1953. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Erlangga
Soeparno,2007. Psikologi
Perkembangan. Semarang : unnes press
Diane E. Papalia. 2010.
Human Development : Psikologi pPerkembangan. Jakarta : Kencana
0 komentar:
Post a Comment