Thursday, December 5, 2013

Filled Under:

IMPLIKASI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

IMPLIKASI TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN ANAK-ANAK DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Perkembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Bapak Drs. Prih Hardianto M. dan Ibu Rizky Dwi P, S.E, S.Pd





UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN EKONOMI
Oktober 2012





Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Implikasi Tugas-tugas Perkembangan anak-anak dalam penyelenggaraaan pendidikan”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Bapak Drs. Prih Hardianto, M. Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
2.      Ibu Rizky Dwi Putri, S.E., S.Pd selaku asisten dosen dari mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah berbagi ilmu dan pengalaman yang berguna dalam pembuatan makalah ini.
3.      Orangtua yang telah membiayai dan mendukung kami dalam mencari ilmu.
4.      Teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT berkenan mencatat sebagai amal soleh. Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,  penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membantu untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Oktober 2012


Penulis











DAFTAR ISI

Halaman judul
Kata Pengantar……………………………......……..……………....................ii
Daftar Isi…….………………………………….........…………..……………iii
Bab I  Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................2
1.3. Tujuan penulisan.........................................................................2
Bab II  Pembahasan
II.1 Definisi.......................................................................................3
II.2Pendidikan Masa Awal Anak-anak................................................5
II.2.1 Prasekolah.....................................................................5
II.2.2 Transisi ke Taman Kanak-kanak.....................................6
II.2.3 Taman Kanak-kanak yang Berpusat Pada Anak...............7
II.3Pendidikan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak......................9
II.3.1 Transisi ke Sekolah Dasar...............................................9
II.3.2 Memasuki Tingkat Pertama...........................................10
II.3.3 Yang Mempengaruhi Prestasi ……………………….......11
Bab III Penutup
III.1 Kesimpulan…………………………………………………………...13
Daftar Pustaka








BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pergi ke sekolah merupakan langkah penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif ,dan sosial anak. Saat ini anak usia 4 tahun, bahkan 3 tahun sudah ada yang didaftarkan ke pendidikan masa kanak-kanank awal. Transisi ke “sekolah yang sebenarnya” merupakan salah satu langkah penting yang menurut kami penting untuk diperhatikan oleh orang tua.
Karena dengan pendidikan, secara tidak langsung anak-anak menggabungkan perkembangannya yang mereka alami dengan kondisi penyelenggaraan pendidikan yang masih berlangsung. Maksudnya, di tahun-tahun itulah mereka masih mengalami fase tumbuh dan berkembang, yang pada saat tertentu pula mereka harus mengkombinasinya dengan pendidikan yang memang harus dijalani, bagi setiap anak mungkin berbeda dalam menanggapi pendidikan yang mereka hadapi, dan tugas orang tualah yang harus mengontrol anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik  supaya perkembangannya dapat berkembang dengan baik setelah anak-anak mendapatkan pendidikan.
Makalah ini dibuat dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengerti apa saja yang harus dilakukan oleh para pendidik untuk tahu perkembangan belajar dari peserta didik itu, supaya anak-anak dapat mendapatkan hasil yang optimal setelah mendapatkan pendidikan tersebut, maka makalah ini di buatlah demi memenuhi kebutuan tersebut. 










1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas ada beberapa masalah yang bisa diangkat menjadi bahan-bahan dalam makalah ini, yang rumusan masalahnya sebagi berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan implikasi tugas-tugas perkembangan anak-anak dalam penyelenggaraaan pendidikan?
2.      Bagaimana pendidikan masa awal anak-anak ?
3.      Bagaimana pendidikan masa akhir dan pertengahan anak-anak ?

1.3  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui implikasi tugas-tugas perkembangan anak-anak dalam penyelenggaraaan pendidikan
2.      Mengetahui bagaimana pendidikan masa awal anak-anak.
3.      Mengetahuyi bagaimana pendidikan masa akhir dan pertengahan anak-anak.

























BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Menurut wikipedia, implikasi adalah Keterlibatan atau keadaan terlibat; yang termasuk atau tersimpul yang disugestikan, tetapi tidak dinyatakan. Dan tugas adalah pekerjaan yang menjadi tanggungjawab seseorang ; pekerjaan yang dibebankan ; sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk dilakukan.
Perjalanan kehidupan manusia akan melewati beberapa fase (periode masa) pertumbuhan atau perkembangan yaitu : fase bayi, fase kanak-kanak, fase pertumbuhan dan perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat.
Havighuerst (1961) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah ”Tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, akan tetapi kalua gagal menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berkutnya”.
Menurut kelompok kami tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing individu, setiap individu pasti mengalami perkembangan, baik itu cepat maupun lambat. Karena secara tidak langsung tugas-tugas itulah yang menunjukkan individu tersebut berkembang atau tidak.
Menurut kelompok kami Implikasi Tugas-tugas Perkembangan anak-anak dalam penyelenggaraaan pendidikan adalah keterlibatan tugas perkembangan anak dalam penyelnggaraan pendidikan baik itu dirumah atau di sekolah yang diharapkan dapat dilakukan oleh anak dengan baik.
Menurut teori Piaget, pikiran anak bukanlah suatu kotak yang kosong, tetapi malah sebaliknya anak memiliki sejumlah gagasan tentang dunia fisi dan alamiah, yang berbeda dari gagasan–gagasan orang dewasa. Pertama, kita harus memahami apa yang dikatakan anak-anak dan menanggapi dengan cara berbicara yang sama dengan yang digunakan oleh anak-anak. Kedua, anak selalu tidak mau belajar dan mau belajar kembali lebih lanjut untuk memperoleh pengetahuan. Anak belajar ke sekolah dengan gagasan-gagasan mereka sendiri tentang ruang, waktu, sebab, jumlah, dan angka. Ketiga, anak pada dasarnya adalah suatu makhluk yang berpengetahuan , yang selalu termotivasi untuk memperoleh pengetahuan. Cara terbaik untuk memelihara motivasi akan pengetahuan ini ialah membiarkan anak untuk secara spontan berinteraksi dengan lingkungan. Pendidikan harus menjamin bahwa pendidikan tidak akan menumpulkan rasa keingintahuan anak denga menyusun suatu kurikulum yang sangnt kaku yang merusak irama dan langkah belajar anak itu sendiri.
               Perjalanan kehidupan manusia akan melewati beberapa fase (periode masa) pertumbuhan atau perkembangan yaitu : fase bayi, fase kanak-kanak, fase pertumbuhan dan perkembangan mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dilakukan dalam rangka mencapai kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat.
Havighuerst (1961) menyatakan bahwa tugas perkembangan adalah ”Tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, akan tetapi kalua gagal menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berkutnya”.
Menurut kelompok kami tugas perkembangan adalah serangkaian tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing individu, setiap individu pasti mengalami perkembangan, baik itu cepat maupun lambat. Karena secara tidak langsung tugas-tugas itulah yang menunjukkan individu tersebut berkembang atau tidak.
Contoh :
Antara usia 2 dan 4 tahun, mampu mengekspresikan diri mereka sendiri secara verbal atau menunggu untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka biasanya bergeser dari menunjukkan agresio dengan tangisan dan melaukannya dengan kata-kata. Dan di usia inilah mereka sering bermain dengan kata-kata, ketika dia bertemu dengan ayahnya misal, mereka reflek bilang “ayah”, tetapi ada juga di saat mereka merasa berada di lingkungan yang kurang nyaman, mereka akan teringat dengan ibunya dan memanggil-manggil ibunya.
Disisni Individu diharapkan menguasai tugas-tugas tertentu dalam sepanjang rentang kehidupannya. Hal ini menjadi penting karena dengan kesadaran akan mempengaruhi pola hidup dan perilakunya sendiri, kegagalan dan atau hambatan sebaiknya diatasi sedini mungkin.
2.2 Pendidikan Masa Awal Anak-anak
2.2.1 Prasekolah
Pergi ke prasekolah merupakan langkah penting, memperluas lingkungan fisik, kognitif, dan sosial anak. Saat ini, dengan jumlah yang belum pernah ada sebelumnya, anak usia 4 tahun bahkan yang berusia 3 tahun, telah didaftarkan ke pendidikan masa kanak-kanak awal. Transisi ke taman kanak-kanak, dan awal “sekolah yang sebenarnya” merupakan langkah penting lainnya.
Prasekolah yang berpusat pada anak muncul sebagai respons atas kritik terhadap prasekolah yang berpusat dengan masyarakat yang dituduh mematikan ekspresi diri, kreativitas dan kualitas yang dibutuhkan dalam masyarakat industri Jepang. Program yang berpusat pada anak, sebagaiman yang ada di barat, lebih individualis. Anak dapat denga bebas memilih aktivitas dan berinteraksi secara individual dengan guru mereka.
Program berpusat pada peran yang berpusat 30% dari prasekolah privat di Jepang menolak individualisme Barat dan mempertahankan prinsip tradisional Jepang. Mereka berkonsentrasi mempersiapkan anak untuk menjalankan perannya di masyarakat. Ketika prasekolah yang berpusat pada masyarakat meremehkan pembelajaran akademis, prasekolah yang berpusat pada peran tidak hanya mempelajari yang “dasar” seperti membaca, menulis dan mtematika, tetapi juga bahasa inggris, seni, senam, bermain pedang, upacara  minum teh, dan seni tari Jepang.
Tipe prasekolah apa yang terbaik bagi anak? Berbagai studi di AS mendukung pendekatan perkembangan berpusat pada anak. Salah satu studi lapangan (Marcon, 1999) membandingkan 721 anak Afro-Amerika berusia 4-5 tahun dari keluarga berpenghasilan rendah yang berasal dari tiga tipe prasekolah di Washington, D. C,: child initiated, academically derected, dan middle of road (campuran dari dua pendekatan sebelumnya). Anak-anak yang berasal dari program child initiated, dimana mereka secara aktif mengarahkan pengalaman belajar mereka, memiliki hasil yang bagus dalam keterampilan akademis dasar. Mereka juga memiliki keterampilan yang lebih maju dibandingkan dua kelompok dan dinilai lebih tinggi dibandingkan middle of road dalam keterampilan berprilaku dan berkomunikasi. Temuan tersebut juga menyatakan bahwa pendekatan yang berfokus kepada anak lebih efektif dibandingkan dengan yang berfokus kepada akademis.
2.2.2 Transisi ke Taman Kanak-kanak
Yang pada awalnya merupakan awal tahun transisi antara kebebasan rumah atau prasekolah dengan struktur “sekolah taman kanak-kanak yang sebenarnya” saat ini lebih mirip tingkat 1. Anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu untuk aktifitas yang mereka pilih sendiri dan lebih banyak untuk mengerjakan lembar tugas dan persiapan untuk membaca. Banyak taman kanak-kanak saat ini menghabiskan waktu sehari penuh ketimbang taman kanak-kanak tradisional yang setengah hari. Dan, sering dengan semakin memuncaknya tekanan akademis dan emosional, banyak orangtua yang menahan anaknya setahun lebih lama sehingga anak-anak tersebut saat ini mulai masuk taman kanak-kanak pada usia 6 tahun.
Anak-anak dengan pengalaman prasekolah yang panjang cenderung lebih mudah beradaptasi di tama kanak-kanak dibandingkan mereka yang hanya sebentar atau tidak pernah sama sekali merasakan prasekolah, anak-anak yang memulai taman kanak-kanak dengan teman yang mereka ketahui dan sukai cenderung akan lebih baik (Ladd, 1996).
Dalam sebuah kelompok penelitian, yang diikuti oleh 399 siswa taman kanak-kanak sepanjang satu tahun, menemukan sejumlah faktor saling terkait yang memengaruhi pencapaian kognitif dan penyesuaian sosial. Resiko yang sudah ada dan  berkaitan dengan anak dan lingkungan rumah berinteraksi dan karakteristik alamiah dari lingkungan kelas, seperti perkembangan hubungan antara anak dengan guru dan teman sebaya dan efek yang muncul terus menguat dari waktu ke waktu. Anak yang menunjukkan prilaku prososial di awal menjadi lebih disukai sedangkan anak yang sudah menunjukkan non-soaial diawal menjadi semakin tidak disukai. Jenis yang terakhir seringkali konflik dengan guru, kurang berpartisipasi dan mendapatkan prestasi yang lebih rendah. Anak-anak yang sudah matang secara kognitif memiliki kecenderunga yang lebih besar untuk berpartisipasi, dan mereka yang berpartisipasi lebih banyak akan mendapat lebih banyak. Latar belakang keluarga yang mendukung juga mempengaruhi prestasi (Ladd, Birch, & Buhs 1999). Anak-anak yang ditolak teman sebayanya biasanya dikarenakan cenderung kurang berpartisipasi dalam kelas dan kurang berprestasi. Mereka cenderung merasa sendiri dan ingin terus berada di rumah (Buhs & Ladd, 2001).
2.2.3 Taman Kanak-kanank yang berpusat pada anak
Program taman kanak-kanak sangat berfariasi. Beberapa pendekatan lebih menekankan pada perkembangan sosial anak-anak kecil, pendekatan lain lebih menekankan pada kognitifnya. Sejumlah pakar dalam bidang pendidikan, masa awal anak-anak percaya bahwa kurikulum di kebanyakan taman kanak-kanak dan program-program prasekolah  dewasa ini menaruh terlalu banyak penekanan pada prestasi dan keberhasilan. Hal itu menyebabkan anak-anak kecil itu mengalami tekanan yang terlalu dini dalam perkembangn mereka (Bredekamp & Shepard, 1989; Burts & others, In Press; Charlesworth, 1989: Elkind, 1987, 1988; Moyer, Egertson, & Isenberg, 1987). Menaruh penekanan untuk pencapaian keberhasilan semacam itu sama sekali tidak sesuai dengan tujuan semula taman kanak-kanak didirikan. Pada tahun 1849an, keprihatinan Friedrich Froebel akan kualitas pendidikan bagi anak-anak kecil menuntunnya kearah pendirian taman kanak-kanak, yang secara harfiah berarti “taman bagi anak-anak”. Pendirian taman kanak-kanak itu mengerti bahwa, seperti tanaman yang bertumbuh, anak-anak memerlukan pengasuhan yang baik. Sayangnya, terlalu banyak taman kanak-kanak dewasa ini telah melupakan pentingnya pengasuhan yang baik bagi anak-anak kecil bangsa ini.
Di taman kanak-kanak yang berpusat pada anak, (Cild Centert Kindergarten) pendidikan melibatkan seluruh anak dan mencakup kepedulian akan perkembangan fisik, kognitif dan sosial anak, pembelajaran diorganisasikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan, minat-minat dan gaya belajar anak. Penekanan adalah pada proses belajar dan bukan pada apa yang dipelajari. Setiap anak mengikuti suatu pola perkemabngan yang unik, dan anak-anak kecil paling baik belajart melalui penganlaman tangan pertama (langsung) dengan manusia dan benda-benda. Bermain sangat penting dalam perkembangan total anak. Mencoba, menjelajahi, menemukan, menguji coba, merestrukturisasi, berbicara, dan mendenganr ialah kata-kata yang menggambarkan program-program taman kanak-kanak yang bagus. Program-program seperti itu terkait erat dengan setatus perkembangan dengan anak-anak usia 4 dan 5 tahun. Program didasarkan atas suatu keadaan yang tengah berlangsung, bukan atas suatu keadaan yang akan jadi ( Ballenger, 1983).
Karena program taman kanak-kanak dan prasekolah sangat beragam, sulit untuk mengambil kesimpulan meyeluruh tentang pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak. Namun demikian, dalam suatu tinjauan tentang pengaruh pendidikan masa awal anak-anak (Clarke-Stewart & Vein, 1983), disimpulkan bahwa anak-anak yang mengikuti prasekolah atau taman kanak-kanak:
·         Berinteraksi lebih banyak dengan rekan-rekan sebayanya, secara positif dan negatif.
·         Kurang kooperatif dan kurang responsif terhadap orang dewasa dibanding anak-anak yang diasuh di rumah
·         Lebih berkompeten dan dewasa secara sosial dalam arti mereka lebih percaya diri, mandiri, mengekspreksikan diri secara verbal, mengetahui dunia sosial dan keadaan yang tidak menyenangkan, dan menyesuaikan diri dengan lebih baik ketika mereka masuk sekolah (memperlihatkan ketekunan dalam melaksanakan tugas, kepemimpinan, dan arah tujuan, misalnya)
·         Kurang berkompeten secara sosial dalam arti kurang sopan kurang tunduk terhadap tuntutan-tuntutan guru, lebih berisik, lebih agresif dan lebih bossy, utamanya bila sekolah atau keluarga mendukung prilaku seprti itu.
Singkatnya, pendidikan masa awal kanak-kanak pada umumnya memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak-anak, karena prilaku-prilaku yang baru saja disebutkan, meski kadang-kadang negatif-tampak berada pada arah kedewasaan perkembangan. Dalam arti, mereka meningkat sesuai usia mereka melalui tahun-tahun prasekolah.
2.3 Pendidikan Masa Pertengahan dan Akhir Anak-anak
2.3.4 Transisi ke Sekolah Dasar
Bagi kebanyakan anak-anak, masuk kelasa satu SD menandai suatu perubahan dari seorang “anak rumah” (homechild) menjadi seorang “anak sekolah” (scoolchild) di mana peran-peran dan kewajiban-kewajiban baru dialami. Anak-anak menerima suatu peran yang baru (menjadi murid), berinteraksi dan mengembangkan hubungan dengan orang-orang baru yang penting lainnya, mengadopsi kelompok acuan baru, dan mengembangkan standar-standar baru untuk menilai diri mereka sendiri. Sekolah memberi anak-anak suatu sumber gagasan-gagasan baru yang kaya untuk membentuk rasa diri mereka (Stipek, 1992).
Salah satu tekanan utama pada guru-guru adalah tuntutan untuk “meliput kurikulum”. Seringkali guru-guru memenuhi tuntutan tersebut dengan cara menjadwalkan secara ketat waktu-waktu yang berlainan untuk setiap mata pelajaran. Pendidikan ini mengabaikan fakta bahwa anak-anak seringkali tidak perlu membedakan pelajaran menurut bidang studi. Misalnya, anak-anak mengalami kemajusan dalam pelajaran membaca dan menulis melalui pelajaran ilmu-ilmu sosial, mereka mempelajaran konsep-konsep matematika melalui musik dan pendidikan jasmani (Katz & Chard, 1989); Van Henkel & Argondizza, 1987).
Suatu kurikulum dapat dilengkapi dengan cara menyediakan bidang-bidang pelajaran dimana anak-anak dapat merencanakan dan memilih kegiatan-kegiatan mereka. Misalnya, ruang kelas dijadikan sebagai pudat penerbitan yang diberi perlengkapan penuh, lengkap dengan bahan-bahan untuk menulis, menggambar, mengetik, dan menjilid buku-buku yang dibuat oleh murid; bidang sains dilengkapi dengan binatang-binatang dan tanaman-tanaman untuk keperluan observasi dan buku-buku untuk dipelajari; dan bidang yang sama lainnya (Van Deusen-Henkel & Argondizza, 1987). Dalam tipe ruang kelas ini, anak-anak belajar membaca ketika mereka menemukan informasi tentang sains; mereka belajar menulis ketika mereka mengerjakan bersama tugas-tugas menarik. Ruang-ruang kelas semacam ini juga memberi peluang bagi permainan spontan yang menyadari bahwa anak-anak sekolah dasar terus belajar dalam suatu bidang melalui permainan yang tidak terstruktur, baik sendiri maupun dengan teman lain.
2.3.2 Memasuki Tingkat Pertama
Performa tingkat pertama seseorang anak dapat mempengaruhi keseluruhan karier sekolah. Sama seperti kurikulum tiap tingkat yang didasarkan apa yang telah diajarkan ebelumnya, begitu pula catatan yang mengikuti anak dari tahun ke tahun. “Rangkaian catatan” ini membantu untuk persepsi dan ekspektasi guru baru-ekspektasi yang dapat mempengaruhi prestasi pada tingkat pertengahan (midle grades) dan bahkan pada sekolah menengah umum (hight grades) (Entwisle & Alexander, 1998).
Untuk membuat sebagian besar kemajuan, seorang anak harus dilibatkan dalam apa yang terjadi di kelas. Semakin baik perasaan anak tingkat pertama akademis mereka, mereka cenderung semakin “masuk” dan sebaliknya, semakin keras anak bekerja di sekolah, semakin besar rasa percaya diri terhadap kemampuan akademik yang mereka bangun (Valeksi & Stipek, 2001). Ketertarikan, perhatian dan partisipasi aktif diasosiasikan dengan pencapaian nilai ujian, dan bahkan lebih jauh lagi, kepada jejak yang ditinggalkan guru, biasanya dari kelas satu sampai kelas empat.
Karena pola prilaku kelas dibentuk di tahun pertama, tahun penting ini menawarkan “window of opportunity” kepada orangtua dan guru untuk membantu anak membentuk kebiasaan belajar yang baik.
2.3.3 Yang Mempengaruhi Prestasi Sekolah
·         Keyakinan Kecakapan Diri dan Motivasi akademis
Siswa dengan kecakapan diri yang tinggi yaitu mereka yang dapat menguasai tugas sekolah dan mengatur pembelajaran mereka sendiri, hal ini memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mencoba berprestasi dan cenderung sukses dibandingkan mereka yang tidak yakin akan kemampuan mereka sendiri.
·         Praktek Pengasuhan
Orang tua menyediakan tempat untuk belajar dan menyimpan buku, menentukan waktu makan, tidur dan pekerjaan rumah, Memonitor seberapa banyak acara tv yang ditonton dan apa yang dilakukan anak setelah sekolah, orangtua menunjukkan ketertarikan kepada kehidupan anak dengan berbincang-bincang tentang sekolah.
Dengan demikian, ketika usia si anak semakin bertambah, tanggungjawab memeriksa yang dilakukan oleh orang tua beralih kepada anak (Cooper, Lindsay, Ney, & Greathous, 1998).
Bagaimana orangtua memotivasi anak untuk belajar baik?
§  Ekstrinsik
Contohnya : Memberikan uang atau barang apabila anak mendapatkan nilai atau peringkat yang bagus. Memberikan hukuman apabila anak peringkat yang buruk
§  Intrinsik
Contonya : Memuji kemampuan atau kerjakeras mereka.
Motivasi Intrinsik tampaknya lebih efektif. Dalam studi terdapat 77 anak kelas tiga dan empat, mereka yang tertarik kepada tugas itu sendiri mengerjakannya dengan baik dibandingkan mereka yang pada dasarnya mengejar peringkat atau pengakuan orang tua (Miserandino, 1996).
Status sosioekonomi dapat memengaruhi kemampuan orang tua untuk menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran.
Orangtua yang memiliki keuangan yang memadai cenderung percaya diri dalam efektivitas mereka sebagai orangtua, mempersiapkan tujuan positif bagi anak meraka, dan menggunakan praktek pengasuhan yang memunculkan kompetensi anak. Mereka membentuk rutinitas konsisten, memiliki hubungan keluarga yang harmonis, dan terlibat secara aktif di sekolah.
Walaupun demikian, masih banyak anak muda dari lingkungan yang kurang menguntungkan memiliki reputasi bagus di sekolah. Salah satunya yang dapat membuat perbedaan adalah modal sosial (social capital): sumber daya keluarga dan komunitas yang dapat digunakan oleh anak tersebut.
·         Ekspektasi Guru
Merujuk prinsip Self Fulfilling Prophecy (peramalan pencapaian diri), yaitu ekspektasi atau prediksi perilaku yang cenderungbenar karena ekspektasi tersebut menggiring seseorang untuk bertindak seakan-akan hal tersebut adalah benar adanya.
Walaupun demikian, dalam situasi tertentu, misalnya ketika kebaikan hati sang guru sangat tinggi terhadap mereka yang berprestasi rendah, atau pada saat guru memiliki ekspektasi yang rendah kepada anak-anak miskin,  dalam hal ini ekspektasi harus benar-benar berfungsi sebagai peramal pencapaian diri, karena keduanya memprediksi dan mempengaruhi pembelajaran anak.
Apabila peramalan pencapaian diri sedang berlangsung , entri awal catatan kumilatif anak akan menjadi sangat penting, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian siswa ketika si anak berpindah dari satu kelas ke kelas lainnya.


















BAB III
PENUTUP
3.1     Simpulan
Konsep kebutuhan tidak akan terlepas dari konsep motivasi, konsep motivasi dorongan konsep perilaku serta tujuan. Kebutuhan sebagai suatu kekurangan di dalam sesuatu (manusia, tumbuhan, ataupun manusia).
Kebuthan manusia menurut aspek fisiologis dan aspek psiukologis di bagi menjadi 3 macam yaitu Kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan sosial.
Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu yang jika akan menimbulkan bahagia dari kehidupan individu yang jika akan menimbulkan bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan berikutnya. Adapun sepuluh tugas perkembangan peserta didik yang masing-masing dapat dikaji mengenai hakikat tugas, dasar biologis, dan dasar psikologis serta masing-masing membawa implikasi yang berbeda penyelenggaraan pendidikan.















DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrock. 1995. Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga 
Hurlock, Elizabeth. 1953. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Erlangga
Soeparno,2007. Psikologi Perkembangan. Semarang : unnes press
Diane E. Papalia. 2010. Human Development : Psikologi pPerkembangan. Jakarta : Kencana

0 komentar:

Post a Comment