1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masa remaja merupakan periode
kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara
efisien mencapai puncaknya. Hal
ini karena selama periode ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan.
Sistem syaraf yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat. Di
samping itu, pada masa remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran syaraf
prontal lobe ( belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral
). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti
kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan.
Perkembangan
prontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga
mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberikan suatu tingkat
pertimbangan moral dan kesadaran social yang baru. Di samping itu,
sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikirannya sendiri
dan pemikiran orang lain, remaja mulai membayangkan apa yang dipikirkan oleh
orang tentang dirinya.
Ketika
kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakan anak remaja mulai
memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat
mereka, orang tua mereka dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri.
Kemudian, dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan
remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik
abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Kalau
pada awal anak-anak ( ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik ),
Allah dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja
mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Allah
dan eksistensi. Disini lah konsep ciri-ciri pemikiran pada saat tahap
opersional yaitu berpikir sacara abstrak, logis dan idealis. Dimana seorang
remaja tidak hanya menerima apa yang ia lihat tetapi ia juga mampu berpikir
jauh menelaah tentang hal itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian
kognitif ?
2. Apa pengertian remaja ?
3. Apa saja
macam-macam dari ciri-ciri remaja ?
4. Bagaimana
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget ?
5. Bagaimana
perkembangan kognitif menurut Le Vogotsky ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui
pengertian kognitif
2. Untuk mengetahui
pengertian remaja
3. Untuk mengetahui
macam-macam dari ciri-ciri remaja
4. Untuk mengetahui
perkembangan kognitif menurut Jean Piaget
5. Untuk mengetahui
perkembangan kognitif menurut Le Vogotsky
2.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kognitif
Kognitif
adalah salah satu ranah dalam taksonomi
pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi
intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge),
pemahaman ( comprehention ), penerapan ( aplication ), analisa (analysis),
sintesa ( sinthesis ), evaluasi ( evaluation ).
Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan
kemampuan rasional ( akal ). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses
atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh
orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan
cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang
dosen diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut
harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliahan,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai mahasiswa dan
sebagainya.
Berdasarkan
pakar teoritis, beberapa penulis mendefinisikan kognitif dengan pengertian yang
berbeda-beda, namun pada dasarnya sama, yaitu aktivitas mental dalam mengenal
dan mengetahui tentang dunia. Neisser mendefinisikan kognitif sebagai proses
berpikir dimana informasi dari pancaindera ditransformasi,
direduksi, dielaborasi, diperbaiki, dan digunakan.
Secara
ringkas, Morgan, dkk menyatakan bahwa kognitif sebagai pemrosesan informasi
tentang lingkungan yang dipersepsikan melalui pancaindera. Menurut Santrock,
kognitif mengacu kepada aktivitas mental tentang bagaimana informasi masuk ke
dalam pikiran, disimpan dan ditransformasi, serta dipanggil kembali dan
digunakan dalam aktivitas kompleks seperti berpikir. Jadi, perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan ( kapasitas )
individu untuk memanipulasi dan mengigat suatu informasi.
Jean
Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget,
terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi). Kecenderungan organisasi dapat
dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi
proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Adaptasi dapat
dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan
diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Sedangkan Lev Vygotsky
(1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti
ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan
temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat
ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan
bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut.
Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan
kognitif berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang
kesepian. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif
dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti
ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
2.2
Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti ” tumbuh ” atau “
tumbuh menjadi dewasa “. Bangsa primitive ataupun orang-orang pada zaman
purbakala memandang masa remaja tidak berbeda dengan periode-periode lain dalam
rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan
reproduksi. Istilah adolescence
mempunyai arti yang luas yaitu kematangn mental, emosional, social, dan fisik.
Pandangan ini dikemukakan oleh Piaget (121).
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama. Integrasi dalam masyarakat ( dewasa ) mempunyai banyak
aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari
cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencpai integrasi dalam mencapai
hubungan social orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini.
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada
umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun. Papalia
& Olds (2001) juga berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara
kanak-kanak dan dewasa. Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan
biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari
masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi
reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir
secara abstrak.
Transisi
perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan dewasa sudah dicapai. Yang dimaksud
dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan..
Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi
atau berat tubuh; dan kulitati, misalnya perubahan ara berpikir secara kankret
menjadi abstrak.
Menurut Erickson
masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Selain itu, James Marcia juga menemukan bahwa ada empat status identitas
diri pada remaja yaitu
a)
identity diffusion confussion ( kebingungan identiras )
b)
moratorium ( penundaan )
c)
foreclosure ( penyitaan )
d)
identity achieved ( pengakuan identitas )
Karakteristik
remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering
menimbulkan masalah pada diri remaja. Beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu :
1.
Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan
2.
Ketidakstabilan emosi
3.
Adanya perasaan kosong kosong akibat perombakan pandangan
dan petunjuk hidup.
4.
Adanya sikap menentang dan menantang orang tua
5.
Pertentangan didalam dirinya sering menjadi pangkal
penyebab pertentangan-pertentangan dengan orang tua
6.
Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja
tidak sanggup memenuhi semuanya
7.
Senang bereksperimentasi
8.
Senang bereksplorasi
9.
Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan
10. Kecenderungan
membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan kelompok
2.3 Ciri-ciri
masa remaja
Masa remaja adalah
suatu masa perubahan. Ada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara
fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa
remaja antara lain :
1.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal yang dikenal dengan masa storm & stess. Peningkatan emosional
ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa
remaja berada dalam kondisi baru yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi
sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja daam kondisi baru
yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan
yang ditunjukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi
bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu,
dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja
merasa tidak yakin dengan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik
yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi,
pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi
badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
3.
Perubahan dalam
hal yang menarik bagi dirinya dan berhubungan dengan orang lain. Selama masa
remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja
tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa
4.
Perubahan nilai,
dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang
penting karena sudah mendekat dewasa.
5.
Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Disisi
mereka menginginkan kebebasan terjadi, disisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan.
6.
Tugas utama
remaja adalah menghadapi identity versus identity confussion, yang merupakan
krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas
perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja
dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan
peran yang bernilai di masyarakat. Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus
berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah
nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya menuntut seorang
remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai,
serta minat yang dimilikinya.
2.4
Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Kognisi Remaja
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
mempunyai empat aspek, yaitu
1)
Kematangan,
sebagai hasil perkembangan susunan syaraf
2)
Pengalaman,
yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya
3) Interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial
4) Ekuilibrasi, yaitu
adanya kemampuan atau sistem mengatur
dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
Kematangan
Kematangan
sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaat
secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk
perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi
secara kognitif. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang berlainan
tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
Pengalaman
Interaksi
antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak
dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika
intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
Interaksi Sosial
Lingkungan
sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau
menghambat perkembangan struktur kognitif
Ekuilibrasi
Proses
pengaturan diri dan pengoreksi diri (ekuilibrasi), mengatur interaksi spesifik
dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan
perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara
terpadu dan tersusun baik.
Dalam
pandangan Piaget, anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka dengan
menggunakan skema untuk menjelaskan hal-hal yang mereka alami. Skema adalah
struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap
lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada
dua proses yang bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi
skema mereka yaitu :
1. Asimilasi
adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena
seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang
diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain
yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru
yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula
terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam
4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan
usia yaitu :
1. Tahap
sensorimotor berlangsung sejak lahir hingga usia 2 tahun
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik
(gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya
pengalaman itu bersatu dengan
dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya.
Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya
terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat.
Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan
dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang.
Ia mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya
mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2. Tahap
praoperasional berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.
Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit
daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya
berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada
pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan ( conservation ),
yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu,
cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua
aspek atau lebih secara bersamaan.
3. Tahap
operasional konkret pada usia 7 hingga 11 tahun
Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan,
kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari
sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup
matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada
saat ini ( karena itu disebut tahap operasional konkrit ). Namun, tanpa objek
fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan
besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4. Tahap
operasional formal yang berlangsung pada masa remaja, usia 11 hingga 15 tahun.
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret
tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan
objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya
telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan
generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan
operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami
konsep promosi.
Pada tahap terakhir tersebut, individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan
lebih logis. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kecerdasan kognitif manusia
pada tahap remaja ini telah sampai ke tahap maksimal. Tahap kognitif ini
menunjukkan para remaja berfikir tentang fikiran itu sendiri, mempelajari
tatabahasa yang kompleks, konsep matematik dan mengendalikan tugas mental
dengan menggunakan konsep serta fikiran yang kompleks. Individu telah dapat mencari jalan untuk menyelesaikan
masalah berdasarkan rasonal dan lebih sistematik.
Tahap operasional
formal dibagi menjadi dua, yaitu :
ü
Operasional formal tahap awal
Peningkatan
kemampuan remaja untuk berpikir dengan menggunakan hipotesis membuat mereka
mampu berpikir bebas dengan kemungkinan tak terbatas. Pada masa awal ini, cara
berpikir operasional formal mengalahkan realitas, dan terlalu banyak terjadi
asimilasi sehingga dunia dipersepsi secara terlalu subyektif dan idealistis.
ü
Operasional formal akhir mengembalikan keseimbangan
intelektual.
Remaja pada tahap
ini mengujikan hasil penalarannya pada realitas dan terjadi pemantapan cara
berpikir operasional formal. Keseimbangan intelektual terjadi kembali sejalan
dengan usaha remaja untuk mengakomodasi gejolak kognitif yang dialaminya.
Ciri-ciri pemikiran
operasional formal yaitu :
Abstrak
Remaja akan berpikir lebih abstrak dibandingkan anak-anak. Remaja tak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka dapat membayangkan suatu rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis.
Remaja akan berpikir lebih abstrak dibandingkan anak-anak. Remaja tak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka dapat membayangkan suatu rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proposisi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis.
Idealistis
Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal ini. Contohnya berfantasi akan masa depan, mengkhayal tentang sesuatu hal yang tidak dimilikinya. Mereka menjadi tidak sabar dengan patokan ideal yang dimilikinya dan bingung patokan ideal manakah yang akan dipegangnya.
Remaja mulai berpikir tentang ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain dan membandingkan diri mereka dan orang lain dengan standar-standar ideal ini. Contohnya berfantasi akan masa depan, mengkhayal tentang sesuatu hal yang tidak dimilikinya. Mereka menjadi tidak sabar dengan patokan ideal yang dimilikinya dan bingung patokan ideal manakah yang akan dipegangnya.
Logis
Remaja akan berpikir logis, mulai berpikir layaknya ilmuwan yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah. Piaget menyebutkan hal ini dengan pemikiran deduktif hipotesis. Penalaran deduktif hipotesis (Hypothetical deductive reasoning) adalah konsep operational formal Piaget yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik, mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudia mereka menarik kesimpulan secara sistematis atau menyimpulkan pola mana yang diterapkan dalam memecahkan masalah
Remaja akan berpikir logis, mulai berpikir layaknya ilmuwan yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah. Piaget menyebutkan hal ini dengan pemikiran deduktif hipotesis. Penalaran deduktif hipotesis (Hypothetical deductive reasoning) adalah konsep operational formal Piaget yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik, mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudia mereka menarik kesimpulan secara sistematis atau menyimpulkan pola mana yang diterapkan dalam memecahkan masalah
Gagasan Piaget mengenai pemikiran operasional formal baru-baru ini ditentang. Pada kenyataanya lebih banyak variasi individual pada pemikiran operasional Piaget. Hanya satu remaja dari tiga remaja muda yang merupakan pemikir operasional formal. Jadi tak semua orang menjadi pemikir operasional formal. Karena pengalaman kebudayaan mempengaruhi para individu mencapai suatu tahap pemikiran Piagetian. Pendidikan dalam logika sains dan matematika adalah suatu pengalaman kebudayaan yang penting untuk mengembangkan pemikiran operational formal.
Remaja
yang menjadi pemikir operasional formal, proses asimilasi mendominasi
perkembangan awal pemikiran operasional formal dan dunia dilihat secara
subyektif dan ideal. Belakangan pada masa remaja, ketika keseimbangan
intelektual tercapai, individu ini mengakomodasikan pergolakan kognitif yang
terjadi. Pada tahap ini juga, pemikiran baru dihasilkan yaitu berbentuk
abstrak, formal dan logik. Walaupun pemikiran operasional formal dimulai sejak
masa remaja, pemikiran seperti ini jarang digunakan. ( Burbulus & Linn 1988
).
Perkembangan kognitif seseorang itu tidak hanya ditentukan dari pertumbuhan dan kematangan sistem saraf pusat maupun perifer saja, namun juga cara ia memproses informasi, meningkatkan daya ingat dan kapasitas memorinya, dan kedekatannya dengan suatu objek pengetahuan. Walaupun demikian, tingkat kematangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan dan usaha untuk memperbaiki cara belajar dan mengorganisasi memori. Hal ini juga tidak terlepas dari potensi-potensi yang dimilikinya, termasuk bakat tentang pengetahuan tertentu. Suatu hal yang harus diperhatikan pada perkembangan kognitif remaja adalah bukan pada cara berfikir dan banyaknya informasi yang dikuasainya, namun lebih kepada cara remaja itu menggunakan informasi yang dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan
teori dan eksperimen dari piaget tersebut Keating (alam seiffert dan hoffnung,
1994), membedakan gaya pemikiran formal operasional dari gaya pemikiran konkrit
operasional dalam tiga hal penting yaitu :
1. Penekanan pada kemungkinan vs
kenyatan (emphasizing the possible vs the real).
2. Penggunaan penalaran ilmiah ( using
scientific reason ).
3. Kecakapan dalam mengkombinasikan
ide-ide (skillfully combining ideas).
Unsur yang terpenting
dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan pengalaman. Latihan
berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan
membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Piaget membedakan
dua macam pengalaman, yaitu :
1. Pengalaman
fisis: terdiri dari
tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi untuk mengabstraksi
sifat-sifatnya.
2. Pengalaman
matematis-logis: terdiri dari
tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap
objek itu.
Selain itu,
unsur paling penting dalam perkembangan pemikiran adalah mekanisme internal ( ekuilibrium ) sebagai self-regulasi
yang mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan
dari luar. Piaget juga menyebutkan adanya pengaruh afeksi dalam perkembangan
pemikiran. Unsur yang
terpenting dalam mengembangkan pemikiran seseorang adalah latihan dan
pengalaman. Latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta
mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya
ataupun intelegensinya. Piaget membedakan dua macam pengalaman,
yaitu :
1. Pengalaman
fisis terdiri dari tindakan atau aksi seseorang terhadap objek yang di hadapi
untuk mengabstraksi sifat-sifatnya.
2. Pengalaman
matematis-logis terdiri dari
tindakan terhadap objek untuk mempelajari akibat tindakan-tindakan terhadap
objek itu.
2.5 Teori
Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky
Vygotsky menekankan bahwa anak-anak
secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut Vygotsky,
fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky berpendapat
bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan
rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli. Konsep-konsep
yang di keluarkan oleh Vygotsky yaitu :
ü Konsep Zona Perkembangan Proksimal
(ZPD)
Zona
Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan
bantuan dan bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut
teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang
anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak
dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat
keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah
tingkat tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan
seorang instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada
interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak.
ü
Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah
istilah terkait perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk
mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang
lebih terampil mengubah bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah
alat yang penting dalam ZPD ( Zona Perkembangan Proksimal ). Vygotsky memandang
anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan. Dalam dialog,
konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang sistematis,
logis dan rasional.
ü Bahasa dan Pemikiran
Menurut
Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial,
tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky
yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan,
membimbing, dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan
pikiran pada awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat
memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus
berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang
lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan bicara ekternal menjadi
internal.
3.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari beberapa
tahapan yaitu pengetahuan ( knowledge
), pemahaman ( comprehention ), penerapan (aplication),
analisa ( analysis ), sintesa ( sinthesis ), evaluasi ( evaluation
). Teori kognitif lebih menekankan
bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang
dimiliki oleh orang lain.
2. Remaja
adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang
pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir
belasan tahun atau awal 20 tahun yang ditandai dengan proses perubahan
biologis, proses kematangan organ tubuh dan proses kematangan kognitif.
3.
Ciri-ciri perubahan pada masa
remaja antara lain :
·
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal
·
Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai
kematangan seksual.
·
Perubahan dalam
hal yang menarik bagi dirinya dan berhubungan dengan orang lain.
·
Menghadapi
identity versus identity confussion
4. Jean
Piaget mengelompokkan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak. Usia
remaja termasuk dalam tahap operasional remaja. Operasional dibagi menjadi 2 yaitu operasional tahap
awal dan operasional formal akhir yang
mengembalikan keseimbangan intelektual. Ciri-ciri pemikiran operasional adalah
abstrak, idealis dan logis
5. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak
mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional sebagai
akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang ahli. Konsep-konsep yang di
keluarkan oleh Vygotsky yaitu konsep Zona Perkembangan Proksimal, konsep Scaffolding dan Bahasa dan Pemikiran.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock
Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Edisi Kelima.Erlangga
Teori
Piaget Tentang Perkembangan Kognitif. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/teori-piaget-dan-vygotsky/. Diakses 1November 2012
2010. Psikologi Umum Sebuah
Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Piaget dan Teorinya”. Online.
http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/. Diakses 1November 2012
“Teori Perkembangan Kognitif
Vigotsky”. Online. http://valmband.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2FitemDiakses 1November 2012 .
“Teori
Piaget Tentang Perkembangan Kognitif”. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/01/01/teori-piaget-dan-vygotsky/.
Diakses 1November 2012
“Teori Pendidikan: Teori
Perkembangan Sosial Kognitif Lev Vygotsky”. Online. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/03/teori-pendidikan-teori-perkembangan-sosial-kognitif-lev-vygotsky/.
Diakses 1November 2012
0 komentar:
Post a Comment